A13. Commander

81 10 13
                                    

Takemichi tidak mengatakan apapun atas ide Koko, tapi Kakucho jelas ragu atas rencana ini, "Kita sudah sepakat untuk tidak mengumumkan nama komandan BlackDragon sampai sisa anggota di Shibuya selesai pindah ke Yokohama."

"Kita tidak bisa menutup kemungkinan jika Terano mengajukan pertarungan untuk mengambil Hanagaki sebagai bawahan," Koko membenarkan, tidak menyangah seperti biasa. "Tolong jangan tersinggung, tapi orang itu tidak mungkin berhenti sampai kau menunjukkan siapa yang lebih unggul dan untuk melakukan itu kau harus mengalahkannya sampai menjadi bubur, Hanagaki."

Inupi berdehem sementara Takemichi bersidekap, masih tidak mengatakan apapun.

"Dengar, Terano terlalu mulia untuk melawan seseorang yang kehilangan setengah tenaga karena bertarung beberapa menit sebelumnya. Dia hanya akan menggertak sedikit dan melepaskan siapapun yang ia lawan setelah mendapat janji untuk bertarung di esok hari."

Kakucho angkat tangan, jelas tidak bisa berargumen melawan Hajime Kokonoi dengan kapasitas otak yang ia miliki.

Tentu saja, disini Koko memiliki lawan yang imbang untuk beradu opini.

"Tapi kami memiliki Tenjiku, kita tidak harus membuka kartu AS kita seawal ini." Kisaki berkomentar didetik pertama Koko selesai mengatakan rancangan rencananya.

Koko tidak mengigit balik dan mempertahankan seringainya. Terlalu bahagia untuk tersinggung atas kalimat seorang Kisaki Tetta. Inupi tidak kalah antusias, netra hijaunya menatap kearah Takemichi dengan kesetiaan seharga nyawanya.

"Aku kira kartu AS kalian adalah Tenjiku, ternyata aku salah."

Oh lihat seberapa banyak arogansi yang berada di nada suara Koko. Kisaki bahkan sampai kehilangan ketenangannya sesaat dan berniat menendangnya keluar.

"Baiklah," Izana menyetujui, tutup mata saat dua adik kecilnya menoleh dan memberikan tatapan tidak percaya kalau Izana akan menggunakan cara Koko. "Kita gunakan BlackDragon, tapi jika sampai ada satu saja persiapan yang salah... aku sendiri yang akan merobek benderamu, kalian paham BlackDragon?"

Semua orang menyaksikan bagaimana warna di wajah para BlackDragon luntur.

Mochi menertawai bocah kucing dan Inupi yang berusaha mengembalikan ekspresi wajah mereka seperti normal, Ran dan Rindou ikut tertawa. Sementara Mucho tetap diam, tidak tertarik masuk dalam permainan, "aku yakin Yuki akan mengoceh mendengar ini."

Kazutora mengangguk setuju dan mengatakan, "jika itu sampai terjadi, nii-san yang akan aku salahkan karena dia memperbolehkan rencana ini--"

Takemichi ikut mengangguk sampai ia melihat pijar api di netra ungu Izana yang terlihat berbahaya dan ganti menggelengkan kepala, tidak jadi berkomentar apapun.

"Sekarang, bagaimana kalau kita mulai membicarakan perpindahan kekuasaan gang yang akan terjadi, BlackDragon?"

"Kami sudah menyiapkan segala hal," Inupi tersenyum bangga atas persiapan dan kesabarannya bersama dua kawannya selama ini.

.
.
.

Takemichi menggerutu, mengelap tetesan darah yang mengalir dari ujung bibirnya sebelum meludah dan melotot kearah Terano South.

Waktu sudah bergulir sekian lama dan mereka masih tersangkut di pertarungan tanpa akhir ini. Takayuki beberapa langkah di belakang, mengintai dan bersiap menyerang jika sampai Terano bergerak. Ia sudah menerima cukup banyak pukulan yang membuat Takemichi memintanya mundur. Tidak mengira akan melihat batas kekuatan adik kembarnya di saat seperti ini.

Hanagaki(s)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt