40

2 0 0
                                    

"Rebahan sebentar boleh lah ya", monolog Taeri sambil berjalan ke tempat tidurnya. Lalu menjatuhkan tubuhnya ke kasur dan mengambil Bernard Bear untuk menyangga kepala dan lehernya yang terasa pegal. Sebelum meletakkan boneka itu dibawah kepala dan lehernya, ia memandangi boneka itu dan menonjok dada Bernard, lalu mendengus sambil tersenyum singkat. "Dasar. Kok bisa itu lho?" Taeri bermonolog pelan tanpa menghilangkan senyum dari wajahnya.

"Kak.. kakak" panggil Icung dari luar kamar Taeri disertai gedoran-gedoran kecil di pintu kamarnya. Sesekali adekknya meletakkan telinga kirinya di pintu kamar kakak perempuannya. Icung sampe menelepon Taeri dua kali mentang-mentang udah punya handphone sendiri.

Gue bersuara dari dalam kamar, "Iya, bentar napa..", lalu pintu itu terbuka sya la la.. Gue menunjukkan layar handphone didepan wajah adek gue, "Ini nomer lo?". Icung mengangguk senang (?) serta tersenyum malu-malu.

"Selamat ya.. udah nggak ngejar-ngejar gue lagi karena rebutan hp melulu. Kapan dibeliin?"

"Kemarin. Sama papi"

"Mami nggak ikut? Karena hobinya beliau kan menghirup udara segar"

"Enggak. Soalnya papi beli habis pulang kerja."

Gue mengangguk dan nggak heran sama tingkah randomnya Icung. Gedor-gedor pintu karena mau nunjukin dia udah punya hp sendiri. Pernah juga cerita kalau dia pernah nggak sengaja lihat kebun sawi punya tetangga oma gue. Dia bilang kalau pengen makan daun sawinya karena tumbuhnya bagus banget. Oh iya ada juga cerita, dia sampe pernah dateng ke kamar gue padahal dia lagi kerja kelompok di ruang tamu, cuma tanya ke gue soal perbedaan omnivora sama herbivora, dia jawabnya bener tapi temennya kekeuh sama jawabannya yang jelas-jelas itu salah hingga berakhir temennya nyusul ke atas, dan sopannya.. temen Icung berdiri diluar kamar gue, and yap.. mereka berdua berdebat jauh-jauhan seolah beda dimensi. Ada cerita lagi kalau dia pernah debat dengan teman yang sama soal perbedaan AM sama PM. Sampai pernah tanya, kenapa rata-rata orang-orang waktu kecil sering nge-hidup matiin tombol lampu kulkas. Dan masih banyak lagi cerita random lainnya yang bisa Anda temukan di toko buku terdekat. "Untung mami nggak ngedumel karena nggak diajak keluar sama papi"

"Kakak salah besar" Icung tertawa

"Eh? Tapi biasanya langsung cerita diem-diem lho ke gue. Ya udah, digunain baik-baik tuh hp nya, biar awet. Jangan buat pacaran."

Icung lagi-lagi tertawa salting (?), "Ah kakak mah.. Icung nggak akan pacaran sebelum ada kata boleh dari kak Taeil sama kakak"

"Mami papi enggak?" Gue menyenggol bahu kiri adek gue yang lagi mikirin jawaban

"Mami papi pokoknya pernah bilang, mami papi terserah hasil diskusi kak Taeil sama kak Taeri soal pacar Icung nantinya. Mami papi dukung dari belakang."

Gue rasanya terharu gitu, kemudian mencebik. Gue menepuk-nepuk kepala adek gue sambil berjinjit karena perbedaan tinggi badan :)

"Sejak kapan lo jadi bijak gini sih? Pinter ngomong lagi.."

"Sejak SMP ..?" Icung menaikkan kedua alisnya.

Gue terkekeh, "Iya iya yang udah dewasa dari SMP.."

Dari arah berlawanan, tampak Mark berjalan sambil mengeringkan rambut basahnya, ya you know lah pake handuk besar yang dikalungkan di lehernya.

"Kok lo mandi di kamar mandi bawah?"

"Lampu kamar mandi bang Taeil nggak nyala. Kata aunty emang udah waktunya ganti. Eh temenin gue dong beli lampu ya habis ini, tapi gue mau ganti baju dulu." Ujar Mark, lalu meraih gagang pintu kamar (sementara) Mark .

"Nanti aja gue beliin sekalian gue mau keluar sama Doy"

Mark tersenyum miring, "Ada yang mau nge date lagi nih setelah sekian lama diadili sama ujian-ujian hidup"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 14, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Moi et toi (?)| DoyoungWhere stories live. Discover now