15

6 1 0
                                    

LINE
Doyoung
Bang
Udah sampai rumah?

"Kak, dari Doyoung." Ucap gue sembari meng-scroll chatting antara Kak Taeil dan Doyoung satu minggu lalu.

"Emmm.. dia chat apa?" Tanya Kak Taeil tanpa menoleh dari pandangan jalan raya. Padahal jarak sekolah ke rumah sekitar lima belas menitan, tapi rasanya lama.

"Nanya.. Kak Taeil udah sampai rumah?"

"Lah.. piye to? Jelas-jelas belum sampe gini loh."

"Lah.. Doyoung kan yang nanya. Kenapa Kak Taeil ngegas ke gue?"

"Balas aja, belum."

"Wes, semono wae (sudah, segitu saja)?" Tanya gue sambil kedua alis gue yang terangkat.

"Iya."

Gue melakukan apa yang diperintahkan Kak Taeil. Setelahnya gue melanjutkan aktivitas scroll chat ini. Chat itu cukup panjang karena Doyoung, pihak penanya, menanyakan soal ruang lingkup kampus yang terdapat fakultas kesenian. Gue sekedar membacanya, pasalnya yang ditanyakan seputar administrasi dan keuangannya, jenjangnya apa, kuota mahasiswa, dan sebagainya. Lagipula, gue juga udah ngerasa kalau Doyoung bakalan mengembangkan bakat menyanyinya sekaligus seni. Nggak berkutat seputar dunia perkuliahan, salah satu chat lima hari lalu sebelum Kak Taeil datang ke rumah dan mampu membuat perasaan gue mencelos, campur aduk, bahkan kedua mata gue nggak lepas dari kalimat yang dikirim Doyoung ini.

Doyoung
Bang Taeil, ini kedengeran lancang dan nggak sopan, karena gue ngomong secara nggak langsung dan kelihatan nggak gentle. Gue, Kim Doyoung, temen lama adek Bang Taeil, mau ngomong, bahwa Taeri itu bagi gue seperti terang bulan rasa red velvet dengan topping cokelat-keju-kacang.
Gue tahu bang, kalau chat yang gue kirim ini nampak konyol dan nggak banget. Karena ini sebagai jawaban dan bukti dari seorang Kim Doyoung.

Satu hal yang nggak pernah gue tahu apa maksud dan mengapa alasannya hingga Doyoung serius sampai seperti itu. Chat dari Doyoung itu hanya di read Kak Taeil. Lalu, belum selesai dari situ, Doyoung mengirimkan chat lagi pukul 21:58 di hari yang sama.
Doyoung
Maaf gue ganggu malam-malam bang. Chat yang tadi gue kirim, Bang Taeil bisa hapus atau bila perlu, block aja kontak gue, bang. Gue nggak keberatan. Because, I'd already telling you my truth.

Taeil
Ku tahu
Apa untungnya buat saya, kalau nge-block kontak kamu?

Sebelum Kak Taeil merampas barangnya dari tangan gue, gue meng-copy chat Doyoung yang panjang kali lebar kali tinggi itu dan gue kirim ke kontak LINE gue lewat LINE Kak Taeil. Gue rasa Kak Taeil juga udah tahu kalau gue baca chatting mereka.

Gue nggak mau mikirin chat itu, gue harus bersikap seolah gue nggak baca apa-apa, tapi hati kecil gue bertolak belakang dari apa yang gue targetkan. Apa yang berkaitan dengan Doyoung, itu selalu meleset dari apa yang gue targetkan, contohnya ini.

Nggak lama, notifikasi panggilan masuk dari Mami berhasil memecah lamunan gue.

"Halo?"
"Ada apa mi?

"Ri, kamu masih di jalan?"

"Iya mi"

"Masih sama kakakmu?"

"Iya mi, kan yang dirumah cuma Mami dan Mami kan telpon ke nomornya Kak Taeil. Kenapa Mi? Mau nitip?"

"Kirain sama Doyoung."
Wela dalah.. Ampun Yang Mulia Mami :)
"Mampir ke supermarket, beliin semangka 2 buah." Tambah Mami


"Itu aja? Nanti kelupaan lagi apa yang mau dipesen. Mami cek lagi. Taeri tungguin" gue sengaja segera mengalihkan pembicaraan Mami. Hehe. Urusan Doyoung, masih ada waktu.

"Kak, ke Superindo dulu. Beli semangka." Ucap gue ke Kak Taeil yang sejak tadi mendengarkan percakapan gue sama Mami dan hanya direspon anggukan. Sebelum sampe rumah, Kak Taeil mampir ke pom bensin dulu, karena Papi mau ada pertanggungjawaban kalau mobilnya dipakai. Memang Papi hari ini tidak ada di kediaman hingga dua hari kedepan karena rapat kerja. Daripada bolak-balik, gue sama Kak Taeil masih antre isi bensin sekaligus gue pengen beli minuman mumpung ada minimarket, tapi nggak jadilah, Kak Taeil bilang sekalian aja nanti, nanggung mobil di depan mau capcus.

Perintahmu adalah titah untukku :)

"Itu aja titipan Mami."

"Yakin mi..?"

"Yakin"

"Yakin? Nggak ada lagi? Nggak ada yang kelewatan?"

"Iyaaaa"
"Kalau gini terus, kapan Mami mau masak?!"

"Hehe.. di rumah ada tamu, Mi?"

"He em.. sepupumu."

"Mark?"

"Iya. Cepet pulang, Mami tunggu."

"Siap Mi."

PIP

Setelah sambungan telepon dari Mami berakhir, gue menengok ke kursi pengemudi dan tidak mendapati Kak Taeil disitu. Ternyata, beliau sedang diluar. Gue mengembalikan handphone Kak Taeil ke dashboard dan senderan lagi.

Biasanya gue akan pecicilan nggak karuan kalau denger Mark mau dateng ke rumah, tapi hari ini gue biasa aja. Kenapa? Pada siapa aku harus bertanya?
Mark dan gue sering main bareng sejak kecil, itupun kalau Mark dateng ke rumah 2 kali sebulan cuma melepas kangen dan saling tahu-mengetahui kabar satu sama lain secara langsung. Kali ini Mark dateng sendiri setelah sepuluh tahun. Maklum, Mark anak tunggal, jadi setiap kali ke rumah, selalu barengan sama orang tua.

Akhirnya isi bensinnya sudah selesai. Nggak sabar gue. Rasa kehausan ini sudah ada di ujung penantian. Gue langsung minta Kak Taeil segera melajukan mobil.

Bye bye world of thirsty, welcome fresh water.

"Nggak sabar banget pengen minum."

"Daritadi kali kak. Gue mah rela bertahan, walaupun berat."
"Gue langsung ke Re.juve dan Kak Taeil meluncur beli semangka. Jadi, beresnya barengan."

"Terserah"

"Oke" jawab gue seraya cengengesan dan menggerak-gerakkan kepala serta badan mengikuti ritme lagu dari Dan, Shay feat Justin Bieber - 10000 hours yang diputar di speaker bluetooth dari spotify Kak Taeil. Lagu itu menjadi teman perjalanan gue ke supermarket. Gue rasa lagu ini menjadi lagu favorite gue sekarang.

Moi et toi (?)| DoyoungWhere stories live. Discover now