Pesta

3.3K 119 6
                                    


Pagi hari aku bangun dan kulihat Bang Egi sudah tidak ada di sebelahku.

Karena tujuan aku menginap adalah membantu, maka bukan saatnya aku untuk malas-malasan.

Akupun bangkit dan langsung keluar dari kamar...

Kubuka pintu kamar...

"Eh, A Aldi sudah bangun?", tanya Revan.

"Iya Revan, aku sudah bangun. Oh iya, mana ayah?", tanyaku.

"Ayah tadi pergi dulu sebentar ke toko kue basah untuk camilan tamu", jawab Revan.

"Ooooh gitu, betewe Revan, selamat ulang tahun ya! Semoga panjang umur, semakin baik, sayang ayah dan ibu, dan pokoknya wish you all the best deh!", doaku untuk Revan.

"Makasih ya A Aldi, makasih bangeet, aku senang kehadiran A Aldi disini", katanya.

Sebenarnya Revan ini ganteng banget, turunan dari ayahnya, Bang Egi.

Wajahnya maskulin dan tampan, aura lelaki banget, tegap, punya bibir tebal, dan dadanya bidang karena sering olah raga.

Aku sendiri lebih memilih ayahnya, karena sudah membuktikan percintaan kami sebanyak 2x dengan memasukkan kontol Bang Egi ke dalam lubangku...

Ahh, aku jadi pengen merasakannya lagi...

Hehehe...

"A Aldi kenapa senyum-senyum sendiri sambil melamun?", ucap Revanmembuyarkan lamunanku.

"Eeeehh... anu... engga kok Revan", kataku ngeles.

"Oh iya kata Ibu, kita disuruh sarapan dulu nih, mau ikut beli nasi kuning bareng aku ga A? Ke warung depan, dekat kok", ajak Revan.

"Yuk lah aku ikut", kataku bersemangat.

Sepanjang perjalanan aku banyak bertanya tentang kehidupan Bang Egi. Ternyata Bang Egi adalah sosok yang kuat mentalnya dan kuat fisiknya dengan berbagai cobaan yang ada.

Sambil mencicipi nasi kuning yang sudah dipesan, aku memulai orolan agar tidak kikuk.

"Apa sih masa tersulit keluarga Abang... eh ayah kalian?", tanyaku penasaran.

"Ya aku tau kasus teror siswi yang mengejar-ngejar ayah, itu membuat beberapa kali retak keharmonisan rumah tangga ayah, tapi sekarang untungnya sudah tidak lagi...", Revan menjelaskan.

"Wah... parah memang Bu Indah ini...", pikirku.

"Terus mungkin karena ayah punya anak 5, maksudnya aku punya adik-adikku 4 orang, pastinya aku jadi ada beban sebagai anak pertama... Di satu sisi aku berprestasi, tapi aku sendiri tidak memiliki fasilitas seperti teman-teman, karena mereka dari keluarga yang berada. Sedangkan aku...", mata Revan mulai berkaca-kaca.

"Aku merasa hidup pas-pasan... Ayah ngefokusin untuk anak-anak lainnya juga, Ibu pastinya banyak mengurus adik-adikku... Aku sendiri belum bisa mencari nafkah... hiks...", sambil menangis Revan menjelaskan.

"Tapi... Revan bangga tidak punya keluarga ini?", tanyaku.

"Tentu A, keluarga ini benar-benar keluarga yang tidak ternilai, pendidikan yang ayah lakukan pasti itu yang terbaik untukku. Aku belum punya HP, karena ayah dan ibu tau dampak besar punya HP... Aku juga tetap bisa berprestasi, punya banyak teman, bahagia, walaupun dari segi harta tidak punya banyak...", katanya sambil mengusap air matanya.

"Kalau begitu, harusnya Revan tidak menangis dan harusnya bisa banyak bantu ayah dan ibu. Sekarang Revan umurnya 15 tahun, sepertinya Revan juga harus coba mulai hidup mandiri...", kataku menjelaskan.

Kisahku Dengan Suami OrangWhere stories live. Discover now