13

572 78 8
                                    

"Uhuk..uhuk.." luhan hampir tersedak lidah dalam mulutnya. Apa dia tak salah dengar? Apa itu tadi 'sayang?'

Xiao zhan menoleh, "sebentar lagi, lulu sedang merapikan rambut ku"

Panggilan itu lagi, luhan merasa jengah.

"Cepatlah, tak perlu terlalu formal ini hanya sarapan saja" wang yibo berjalan mendekat.

Xiao zhan mengangguk. "Hnn.. ayo.." sembari mengibaskan rambutnya.

Wang yibo tersenyum dan mengangguk.

"Ayo.." tangannya mengapit lengan xiao zhan. Mereka berjalan beriringan menuju ruang makan wang.

Sedangkan Luhan masih menganga di tempatnya.

"Ya tuhan,,, apa itu tadi?" Luhan masih tak percaya bisa dua kali melihat senyum wang yibo, pagi ini dan semalam.

Luhan memangku kedua tangannya di dada, "sepertinya xiao zhan membuat banyak perubahan dalam hidup tuan muda wang"

...

Acara makan pagi tak semenyenang-kan seperti dugaan xiao zhan, sebab di sana tuan wang tengah duduk dan memandang xiao zhan masih dengan tatapan menusuk.

"Sayang, kau ingin bacon?"

Xiao zhan melirik wang yibo sekilas, dia mengangguk saja tampa menjawab pertanyaan wang yibo.

"Apa kau bekerja?" Satu pertanyaan di layangkan pada xiao zhan.

Wang yibo menoleh ke arah ayahnya, "ayah, ini masih di meja makan, jangan menakuti kekasih ku"

Wang leung merubah pandangan ke arah putranya, "apa yang salah, aku hanya bertanya hal biasa"

"Ya, aku bekerja tuan.."

Wang leung dan wang yibo menoleh bersamaan.

Xiao zhan menunduk dan meremat garpu makannya, "ak- aku membantu bibi ku bekerja, dia punya usaha kecil. Aku membantu di sana. Aku bukan dari kalangan atas, aku hanya putra dari seorang petani"

Mendengar penuturan xiao zhan, wang yibo merasa tak enak hati. Dia yang telah memaksa xiao zhan mengikuti permainan yang di rancangnya. Wang yibo masih menata ekspresi xiao zhan yang menunduk sedih.

Wang yibo merekat tangan xiao zhan lembut, "jangan berkecil hati. Aku mencintai mu dan kau mencintai ku saja sudah cukup" wang yibo tersenyum.

Xiao zhan melihat senyuman di bibir yibo, jantungnya berdetak cepat. Tampa sadar dia ikut tersenyum dan mengangguk pelan.

Sedangkan Tuan leung hanya dia di posisinya.

"Eekheem.."

Suara batuk tuan leung membuat kedua insan yang masih saling menatap itu tersadar.

Wang yibo segera melepas tautan tangannya pada xiao zhan karena merasa gugup.

"Kau,, Wangs tak pernah memandang semua dari materi. Yang kami junjung tinggi adalah kehormatan keluarga Wang, asal kau bersedia untuk menjaga nama baik Wang tak tercoreng, maka aku bisa menerima mu. Tapi, jika sekali saja kau membuat wangs malu dan di tertawakan orang, maka jangan harap kau bisa selamat dari dunia ini-"

"AYAH.."

"Dengar yibo, suara mu tak akan berguna, peraturan tetap peraturan, aku tak akan memandang seberapa besar kau mencintai nya atau seberapa besar dia mencintai mu. Semuanya akan sia-sia jika dia mempermainkan keluarga Wang." Tekan Wang Leung.

Wang yibo mengeratkan giginya emosi, nafasnya juga naik turun.

Xiao zhan yang merasa suasana cukup tegang, segera menarik lengan yibo.

Wang yibo menoleh dan mendapati xiao zhan menggeleng ke arahnya.

"Yibo- jangan.." isyaratnya lewat bibir.

Wang yibo menutup matanya meredakan emosi. Kemudian dia menoleh kembali pada ayahnya.

"Dengar ayah, Apapun akan ku lakukan untuk-nya. Jangan pernah mengancam ku atau mengancam kekasih ku. Urusan dunia ku biar aku yang mengaturnya. Ayah tak perlu ikut campur"

"YIBO!!" Wang leung mengeraskan rahang karena wang yibo berani menekan keinginannya.

"Benar ayah. Sudah cukup kau terlalu mengekang hidup ku. aku mencintainya, dan aku akan memperjuangkan dirinya apapun yang terjadi"

Wang yibo segera menarik lengan xiao zhan dan membawanya pergi.

Braak

Wang leung menggebrak meja di depannya. Tapi itu sama sekali tak di indahkan wang yibo. Wang yibo tetap berlalu pergi bersama xiao zhan yang di tariknya menjauh.

...

"Enak bukan?"

Pria tampan itu tersenyum, "enak, kau membuatnya sendiri?"

Pria cantik di hadapannya tersenyum, "tidak aku membelinya" kemudian dia tertawa.

Pria tampan di hadapannya memutar mata, Luhan memang pandai membuat lelucon.

Luhan yang melihat ekspresi pria di hadapan nya berubah seketika berhenti tertawa.

"Oke..oke.. maaf, kau tau kan aku ini hanya sibuk dengan para bodyguard tuan wang? Mana mungkin aku sempat memasak cookies ini ge?" tunjuk luhan pada toples kecil di depannya.

Sedang pria yang di panggil gege itu hanya menghela nafas, dia selalu kalah saat beradu debat dengan luhan.

Hah, untungnya Luhan pria cantik dan menggemaskan, jika saja itu orang lain, mungkin dia sudah menendangnya.

"Oh iya, apa tujuan Tuan Leung masih sama? Yaitu menjodohkan Tuan muda wang?"

Pria tampan itu mengangguk, "benar, entahlah, tuan besar sangat berambisi agar tuan muda bisa segera menikah. Aku tak tahu alasan pastinya, yah mungkin dia ingin garis keturunan Wang yang baru"

"Mungkinkah itu alasannya? Tuan Leung cukup cuek ku rasa, dia orang yang acuh dan dingin. Anak-anak, mungkinkah salah satu alasannya?" Luhan tak mengerti.

"Hah, sudahlah. Jangan membahas yang tak seharusnya kita bahas. Oh iya, ku dengar selama tuan Leung pergi ada seorang pria yang tak sengaja menabrak Tuan muda, dan tuan muda memerintahkannya menjadi kacungnya?"

Luhan mengangguk, "benar" jawabnya singkat sambil mendorong cookies ke mulutnya.

"Lalu, dimana kacung itu sekarang? Aku ingin menemuinya atas perintah Tuan besar.."

"Uhuk..uhuk.."

Little pumpkinsWhere stories live. Discover now