18

296 58 2
                                    

Sepanjang perjalanan menuju tempat acara luhan hanya diam membeku di tempat duduknya, di sampingnya Sehun juga tak berbicara sepatah kata pun.

Luhan menutup matanya menetralkan nafasnya, sebelum dia mengatakan, "aku bisa jelaskan sehun ge, itu-"

"Nanti saja", sehun mengisyaratkan dengan matanya bahwa mereka sedang berada di dalam mobil dan orang-orang wang yang lain ada di sana saat ini.

Luhan mengulum bibirnya urung menjelaskan apa yang terjadi.

Hah, kenapa nasib sial datang pada luhan setelah kedatangan xiao zhan yang sembrono itu? Lihatlah, semenjak ada xiao zhan pekerjaannya semakin bertambah, tepatnya bertambah kacau. Image-nya sebagai seorang kepala pengawal tercemar karena xiao zhan memanggilnya dengan sebutan Lulu yang tidak gentle sama sekali. Dan lagi, diam-diam luhan harus menjadi designer pribadi untuk xiao zhan. Dan parahnya, ah siaal.. bagaimana luhan mengatakan ini, karena kecerobohan xiao zhan bisa-bisa semuanya akan terbongkar besok.

"Malangnya aku.." gumam luhan sedih, dengan bibir yang di tekuk ke bawah.

Sementara sehun di sampingnya hanya tersenyum kecil saja, sambil mengubah arah pandang ke jendela mobil di sampingnya.

Mereka tiba setelah beberapa menit, Wangs dan para pengawalnya telah menapaki karpet merah untuk menyambut mereka dan beberapa tamu penting lain.

Wang leung yang tiba lebih dulu menjadi sorotan penting untuk acara ini, dia jarang menghadiri pesta semacam ini. Dia terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya, hingga hanya wang yibo saja yang datang sesekali mewakilinya. Hingga tuan rumah yang malam ini punya acara merasa sangat beruntung karena wang Leung akhirnya bisa menghadiri pesta milik mereka, sambutan baik wang leung terima sedari dia masuk dan berjalan di Red karpet.

Tak jauh berbeda dengan Wang yibo dan xiao zhan di belakangnya. Mereka berdua juga tak kalah jadi sorotan utama. Pasalnya pewaris Wang's Grup itu kali datang tidak sendirian, ada seorang gadis cantik yang mengapit lengannya. Gadis putih langsing dengan wajah cantik bak Idol itu juga menjadi sorotan yang membuat seluruh undangan di dalam pesta tak berhenti memandang penuh kagum.

Sorotan mata memuja mereka juga tak lepas dari tatapan mata elang wang yibo, dia merasa tak suka saat orang lain memandang xiao zhan seperti ingin menjilatinya. Mata itu, wang yibo ingin mencongkelnya satu-satu. Entah apa yang ada di benaknya, dia sangat tak suka wajah cantik xiao zhan di nikmati oleh orang banyak.

"Sekarang aku menyesal mendadani mu terlalu cantik, mereka seperti anjing yang mengeluarkan lidahnya sambil menatap mu, menjijikkan" gerutu yibo di samping xiao zhan.

Xiao zhan mempertahankan senyuman indah di bibirnya, bibir yang di balut lipstik warna merah plum itu tersenyum cerah bak bunga Peony yang baru saja mekar dan wangi. Tak salah jika semua orang memandang kagum, xiao zhan sangatlah cantik bak seorang artis papan atas yang berlalu lalang di siaran televisi.

Mata rusa xiao zhan melirik ke arah yibo sekilas, bukan dia tak mendengar gerutuan wang yibo, hanya saja tak mungkin mereka berdebat di depan umum untuk saat ini. Lagi pula, bukankah bagus untuk wang yibo saat wajah sean di kagumi banyak orang? Itu berarti selera wang yibo tidak murahan.

Sampai mereka masuk dan mendapatkan kursi di dalam ruangan, wang yibo tak melepaskan tangan xiao zhan barang sedetik pun.

Xiao zhan merasa kurang nyaman, bukannya karena tangannya yang berada di genggaman wang yibo, tapi karena mereka masih menjadi pusat perhatian, ayolah, mereka berpikir bahwa wang yibo adalah seorang laki-laki yang sangat posesif hingga masih enggan melepaskan tangan pasangannya.

"Yi- yibo,, bisakah kau lepaskan sebentar?" Zhan merasa kebas di tangannya.

Namun yang di dapati xiao zhan hanya tatapan tajam manik yibo.

Oke baiklah, xiao zhan tak akan meminta lagi. Batinnya.

"Ekhem.." bahkan tuan wang Leung sedari tadi juga ikut merasa risih karena pandangan seluruh orang mengarah pada meja mereka.

Wang yibo apa yang sedang putranya itu lakukan? Menggandeng tangan pasangannya tampa melepasnya sedetik pun, astaga wajah wang leung terasa panas melihat kebucinan putranya yang benar-benar tak tahu tempat.

Wang yibo menoleh saat ayahnya batu, "apa?" Dengusnya.

Wang leung menghela nafas, "yibo, dimana sopan santun mu? Lepaskan tangan sean, kau membuat semua mata tertuju pada meja kita"

Wang yibo tetap acuh, xiao zhan akhirnya menarik tangannya kasar, dan berhasil mendapat plototan mata tajam milik wang yibo.

"Kau-"

"Maaf, tapi sebaiknya kita lepaskan dulu, aku juga tak leluasa mengambil makan dan minum" terang zhan.

Wang yibo hanya berdecak, kemudian kembali fokus melihat ke acara hiburan di hadapannya.

Makan malam berjalan sebagai mana mestinya, malam juga semakin larut, sebagai acara penutupan tuan rumah memutar iringan musik slow romantis agar para undangannya bisa berdansa dengan pasangannya masing-masing.

Tak terkecuali wang yibo yang dengan gentle mengulurkan tangannya ke hadapan xiao zhan.

"Mau berdansa?"

Xiao zhan menoleh, dia tak pernah menari semacam ini sebelumnya, setiap hari kaki dan tangannya dia gunakan untuk memupuk dan memanen labu untuk di jual.

"Ta- tapi, aku tidak bisa" zhan menoleh ke kanan dan ke kiri.

Wang yibo tersenyum, "tak apa, ayo" wang yibo dengan lembut menarik tangan xiao zhan untuk berdiri.

Tuan Leung? Salahkan dirinya yang masih menduda di usianya yang sudah berumur, tentu saja dia tak akan berdansa atau apapun itu, tak ada lengan yang bisa dia tarik untuk menjadi pasangan. Dan lagi pula, dia tak tertarik pada hal semacam itu.

Mencari pasangan hidup tentulah sangat mudah baginya jika dia mau, Uang, kekuasaan, harkat dan martabat dia punya. Tapi, dia tak pernah tertarik pada siapapun setelah mendiang istrinya pergi. Baginya, cintanya hanya satu, dan itu untuk mendiang istrinya seorang.

Wang leung hanya menatap datar setiap pasangan tua muda yang berdansa di lantai dansa. Hingga Sehun datang mendekat dan membisikkan sesuatu di telinganya.

Wang Leung begitu terkejut, dia segera berdiri dan meninggalkan tempat acara bahkan sebelum acara selesai.

"Sialan.." hentaknya sebelum pergi.

 

Little pumpkinsWhere stories live. Discover now