Interaksi

1.6K 238 47
                                    

Gavi kebingungan, ia sudah kehabisan akal. Motornya terhimpit, tidak ada sedikitpun celah untuknya bisa mengeluarkan motor matic miliknya keluar dari area parkir. Ia juga terlalu malas jika harus menggeser satu persatu motor yang menutup akses keluar motor miliknya melihat jumlahnya yang tidak sedikit jelas akan memakan banyak waktu untuk menyelesaikannya.

Ponsel pintarnya ia keluarkan, jika sudah dalam keadaan begini hanya Skyler yang bisa ia repotkan. Panggilan pertama Skyler tidak menjawab, begitu juga pada panggilan kedua, Gavi sudah ingin memaki pada panggilan ketiga tetapi urung begitu yang terdengar di telinganya adalah suara milik Skyler dan bukan lagi suara operator.

"Ada apa kesayanganku?"

Berdecak, suara Skyler di sebrang telepon sana terdengar menggelikan. "Motor gue kejepit."

"Kejepit gimana?"

"Ya gitu, masih banyak motor." helm miliknya dikaitkan pada tangan. "Motor gue ada dipojok belakang, jadi susah buat keluarnya."

"Hari ini pada sparing futsal, kayanya motor lo ada disekitaran motor anak futsal." Skyler terdiam sebentar, seperti tengah memikirkan jalan keluar. "Lo tunggu aja, jangan dulu pulang, sparing nya juga gak lama paling cuma sekitar satu jam setengah."

"Itu lebih dari lama, lo mau gue mati bosen karena nungguin orang lain main futsal?"

"Lo dan kesabaran lo yang setipis tisu—" Skyler menghela nafas. "Terus lo maunya gimana?"

"Bantu gue geser-geserin motornya, Kai please?"

"Jago banget emang lo kalo soal nyusahin gue." Skyler tertawa, sebelum akhirnya kembali berbicara. "Tunggu sebentar, gue selesaiin urusan gue sama Bu Imas dulu."

"Iya, jangan lama-lama, panas."

Panggilannya berakhir, Gavi kembali memasukkan ponselnya kedalam saku hoodie jaket biru denim miliknya. Matanya menatap pada beberapa motor, ia berpikir untuk menggeser beberapa motor lebih dahulu sebelum Skyler datang agar tidak memakan lebih banyak waktu lagi.

"Untuk siapapun pemilik motor yang motornya gue pegang terus gue geser, sorry banget gue mau cepat-cepat pulang."

Selesai dengan dua motor, Gavi dikagetkan dengan keramaian dibelakang tubuhnya. Ia menoleh hanya untuk menemukan sekitar lima orang dengan pakaian futsal juga salah satunya yang masih memakai seragam biasa. Salah satu diantara lima orang bersiul menatapnya yang masih meletakan tangan pada motor yang entah milik siapa.

"Lancang ya, geser motor orang tanpa ada izin?" seseorang dengan tubuh tinggi, rambut hitam yang sedikit panjang hingga menutupi kening juga senyum culas yang terlihat meremehkannya berbicara.

Harus pada siapa ia meminta izin jika dia sendiri tidak tahu pemilik dari masing-masing motor yang menutupi akses keluar untuk motornya. "Sorry kak, kalo kesannya gue lancang karena geser motor lo tanpa ada izin lebih dulu, tapi gue perlu ngelakuin itu buat ngeluarin motor gue yang ada diantara motor lo." suaranya mengecil, Gavi sedikit takut sebab begitu banyak tatap mata mengarah padanya. "Dan gue gak tahu kemana harus minta izin karena gue juga gak tau motor yang ada disekitaran motor gue itu milik siapa aja, sekali lagi sorry."

"Emang bener kata orang, adek kelas sekarang banyak yang kurang ajar."

Gavi melangkah mundur saat orang yang sama mendekat padanya. Tiba-tiba saja ia diliputi rasa takut. Kepalanya menunduk tidak berani untuk menatap sepasang mata asing yang masih mengikis jarak dengan dirinya.

"Lo gak perlu mengintimidasi, apa lagi berpikir buat mukul dia cuma karena perkara geser motor lo doang."

Gavi menoleh cepat, hanya untuk menemukan Kajevrian yang mengenakan pakaian futsal yang sama seperti yang dikenakan orang-orang didepannya.

Morosis • JaywonDonde viven las historias. Descúbrelo ahora