Kepingan Yang Tertaut

793 118 16
                                    

Jaket dengan aksen merah milik Kajevrian kembali Gavi bawa dihari esoknya, berniat kembalikan pada pemiliknya setelah dicuci bersih menggunakan wewangian, takut bau ketika nanti dikembalikan. Gavi sudah memantapkan diri untuk berikan jaket itu sepulang sekolah nanti atau mungkin saat tidak sengaja berpapasan. Sudah ia lipat rapih dalam tas kecil didalam genggaman tangannya, ia tambahkan pula beberapa makanan ringan sebagai ucapan terimakasih. Bertujuan untuk mengurangi rasa bersalahnya sebab biarkan lelaki itu berjalan hanya dengan setelan futsalnya dibawah guyuran hujan kemarin sore.

"Ditraktir Kajev nya besok kalo dia udah sembuh Jafran."

Didepannya Gavi melihat Sagara tengah menjawil hidung mancung Jafran yang masih duduk diatas motor kuning mencoloknya lengkap dengan helm berwarna senada.

"Semaleman dia demam, balik sekolah hujan-hujanan, mukanya pucet, gue kira cuma karena hujan, tapi beneran karena dia mulai kena demam." helm kuning Jafran diketuk lembut. "Hari ini biar gue aja yang traktir lo."

Gavi mendecih, bagaimana ia bisa berakhir menyaksikan adegan romansa sepagi ini. Tetapi apa yang telah berhasil ia curi dengar buat kakinya melangkah cepat hampiri Sagara yang tengah menunggu Jafran selesai memarkirkan motornya. "Hai." sapanya kaku, malu sebetulnya.

"Hai Gavi, apa kabar?" Sagara balas menyapa dengan cengiran lebar dibibirnya.

"Basa-basi banget pertanyaan lo." Gavi mendengus geli, berdiri kaku didepan Sagara yang postur tubuhnya lebih tinggi sedikit membuatnya merasa kecil. "A—nu, gue mau ngembaliin jaket Kajevrian."

"Oh?" Sagara berucap bingung, namun beberapa detik selanjutnya paham setelah Gavi menunjukan tas kecil berisikan jaket beraksen merah yang dikenalinya. "Gak masuk dia hari ini, sakit."

"Dirumahnya?"

"Gak, diapartnya. Rumah sama sekolahnya jauh, gak mungkin buat dia bolak-balik setiap hari."

"Sendirian?"

"Menurut lo?"

Pelipisnya digaruk lembut, sembari sembunyikan wajah yang merona menahan malu sebab sudah memberi Sagara pertanyaan bodoh. "O-oh, oke gue kembaliin nanti aja kalo dia udah sembuh."

"Gue bisa anter lo, itupun kalo lo mau." diam sejenak, Sagara yakin ia telah melupakan sesuatu. "...ah iya, lo gak bisa naik motor sama orang lain." tertawa pelan, ia ingat akan apa yang selalu Kajevrian katakan perihal Gavi yang menolak untuk pulang bersama sebab lelaki kecil itu terlalu takut menaiki motor, pun tidak akan mungkin jika Gavi mengiyakan tawarannya. Sangat tidak mungkin, mengingat seberapa keras usaha Gavi menolak kehadiran temannya itu. Fakta tersebut buat kakinya melangkah dengan mantap untuk tinggalkan Gavi yang diam tanpa kata ditempatnya semula.

"Gue minta alamat lengkapnya. Kalo lo gak keberatan."

Tapi mungkin, prediksinya telah salah kali ini. Dengan senyum lebar, Sagara gores pulpen hitam diatas kertas putih dengan tulisan berisikan alamat lengkap Kajevrian yang tidak ia sangka akan diberikan pada sosok yang mati-matian menghindari temannya itu.

"Lo bisa telpon gue kalo alamatnya kurang jelas."

+++

Sebetulnya Gavi tidak mengerti mengapa ia begitu repot meminta alamat lengkap Kajevrian hanya untuk kembalikan jaket yang bahkan bisa ia lakukan besok atau hari lain selama dirinya masih hidup dan bernafas? Tetapi mungkin dirinya memanglah bodoh seperti yang Skyler tekankan tiap kali perdebatan panas tentang Kajevrian terjadi.

Bahkan, Gavi tidak mengerti mengapa ia bawa langsung motor matic hitamnya keluar dari area sekolah sesaat setelah Sagara berikan selembar kertas yang sudah ditulisnya. Gavi tinggalkan sekolah begitu saja, tanpa beri kabar pada Skyler yang mungkin akan mencarinya nanti. Semua dilakukan tanpa sempat Gavi pikirkan lebih dulu, tubuhnya bergerak sendiri seperti menolak beri kesempatan untuk kepalanya berpikir apakah hal seperti ini wajar atau tidak. Semua diluar kendali. Tetapi Gavi tidak mau ambil pusing, resikonya akan ia tanggung setelah tujuannya selesai.

Morosis • JaywonWhere stories live. Discover now