Pupus

1.5K 222 44
                                    

"Gue mau pulang." adalah apa yang Gavi katakan setelah bersusah payah menghentikan tangisnya yang terasa berat. Matanya hanya menatap pada jemarinya yang saling bertaut, akan memalukan untuk menatap Shakeel langsunv dengan kedua matanya yang basah.

"Ayo, gue antar."

Tawaran Kajevrian tidak ia dengar, Gavi memilih beranjak tanpa mengatakan apapun setelah suara milik Kajevrian terdengar oleh telinganya. Ponselnya diraih dari dalam saku, ia perlu Skyler. Perlu Skyler untuk menjemputnya, meski jarak antara tempatnya saat ini dengan rumah terhitung dekat, Gavi tetap membutuhkan Skyler.

"Siapa yang mau lo telpon?"

Ponsel pada tangan Gavi direbut, Kajevrian menatap layar ponsel yang tengah menampilkan ruang obrolan Gavi dengan Skyler itu sekilas. Lalu memasukan kembali ponsel Gavi kedalam saku cardigannya. "Pulang sama gue."

"Bisa berhenti?" Gavi tatap kedua mata Kajevrian dengan air matanya yang masih mengalir. "Apapun yang coba lo lakuin, tolong berhenti. Gue gak mau lagi terlibat kedalam masalah lo dan perasaan lo terhadap Shakeel yang gak kunjung selesai."

"Gavi, lo dan asumsi jelek lo." tangan Gavi diraihnya dengan paksa. "Sampai kapan lo—"

"Gavi?"

Keduanya menoleh secara bersamaan saat suara milik Skyler terdengar dari arah belakang. Lelaki dengan perawakan sedikit lebih tinggi dari Gavi itu datang dengan satu tangan yang tengah membawa kantung plastik putih.

"Kai!" suaranya memekik, genggaman tangan Kajevrian pada lengannya dilepas dengan paksa. Gavi membawa kakinya melangkah kehadapan Skyler yang jelas terlihat bingung melihat wajahnya yang sembab oleh air mata.

"Lo kenapa?" tanya Skyler pada Gavi yang kini bersembunyi dibelakang punggungnya.

"Pulang, bawa gue pulang, Kai."

"Jawab gue dulu, kenapa bisa lo nangis kaya gini?" tangan Gavi ditarik hingga tubuh yang bersembunyi dibalik punggungnya itu kini berada tepat didepannya.

"Tolong, bawa gue pulang aja."

"Oke, ayo pulang."

Gavi biarkan tangannya digenggam oleh Skyler, dengan kepala menunduk Gavi berjalan bersama dengan Skyler di sampingnya. Melewati Kajevrian begitu saja, lelaki itu hanya diam dengan wajah yang jelas terlihat marah. Bahkan kedua tangannya terkepal begitu erat disisi tubuhnya.

"Tangan lo bisa ngehancurin semua gerobak disini kalau kepalannya sekuat itu."

Sagara Berujar, membuat Kajevrian mengalihkan pandangannya dari Gavi dan Skyler yang kini sudah mulai hilang dari pandangan.

"Dibanding Skyler, gue selalu kalah kan?"

"Cara lo barusan terlalu kasar, Gavi jelas ketakutan." pundak Kajevrian dirangkul. "Lo juga gak memperhitungkan soal Shakeel yang ternyata ada ditempat ini, Gavi jelas merasa kalau lagi dan lagi dia lo pakai sebagai alat terhadap ego lo dalam menghadapi Shakeel. Kajevrian, lo terlalu sembrono."

"Lepasin tangan lo dari pundak gue." alih-alih mendengarkan apa yang Sagara katakan, Kajevrian memilih berjalan lebih dulu untuk keluar dari area angkringan.

Tangannya disingkirkan, Sagara tersenyum untuk menghilangkan rasa kesalnya karena perkataannya yang lagi-lagi tidak didengarkan oleh Kajevrian. "Mau kemana lagi? Ayo pulang, ada banyak hal yang harus gue kerjain."

"Pulang duluan."

"Mau kemana lo?"

"Bukan urusan lo."

"Jangan minum, besok masih ujian."

"Ya."

Keduanya berakhir pergi dengan saling berlawanan arah. Sagara yang pergi menuju kediamannya, lain hal dengan Kajevrian yang hanya membawa motornya tanpa tujuan. Menghabiskan bensin atau sekedar menghabiskan malam dengan pikiran kacau yang tidak mau meninggalkan kepalanya.

Morosis • JaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang