PROLOG

1.5K 133 32
                                    

Hai, hai, hai..... 

Aaaaa, akhirnya aku update cerita baru lagiiiiii. Setelah METAFORGAYA dengan tokoh lulusan kuliah, kini aku kembali dengan toko anak SMA. Semoga dengan membaca novel ini, kamu bisa terhibur. Jangan lupa vote dan ramaikan yaa.

****

PROLOG

Semburan tawa keras dan suara embusan AC menjadi kombinasi yang kuat untuk menubruk pertahanan Kelana. Cewek berambut sebahu yang awalnya tengah berjalan dibarengi senandung, mendadak menghentikan langkah di depan pintu kelas. Badannya terasa segar setelah ditimpa udara dari AC. Namun di sisi lain, telinganya berubah panas karena tawa dari beberapa mulut yang sahut menyahut.

"Tumben," ucap Kelana. "Hari ini, gue belum ngelawak lho, tapi kok udah pada ketawa? Ada yang lucu?"

Seorang cewek berkacamata yang duduk di pojokkan melirik ke arah Kelana. Lirikkan itu memberi tanda bahwa tawa yang keluar dari mulut beberapa siswa itu lebih ke tawa mengejek. Cewek itu, dibarengi satu temannya, mendekat. Mereka berdua langsung menempel di kanan kiri Kelana.

"Lo belum tahu, Lan?" tanya Iti, cewek berkacamata bulat.

"Video lo viral!" sambung Puan sambil menarik ujung kerudung ke bawah. "Dari tadi, anak-anak muterin video lo terus."

Pengakuan itu membuat Kelana mengerutkan kening. Spontan, dia mengeluarkan ponsel android dari saku blazer birunya. Dia membuka aplikasi Tiktok dan ... melotot. Kelana melirik ke kanan dan ke kiri. "Gila! Ini ...."

"Tepuk tangan guys!" potong seorang cewek menghentikan riuh. "Akhirnya kelas kita punya artis!" Si cewek memelintir rambut curly-nya. "Artis pasar tanah abang!"

Riuh yang sempat terhenti, berlanjut lagi. Beberapa orang bahkan memeragakan gerakkan Kelana yang berjoget ria. Dalam video yang tersebar, Kelana berjoget di sebuah kios dengan background berbagai pakaian perempuan.

"Oh ...." Kelana terkikik. "Waw!" Sekarang, cewek itu melangkah ke arah Clarissa, cewek yang paling vocal dari tadi. Cewek yang juga paling bening di kelas ini. "Caca, thanks ..." Kelana menyodorkan tangan untuk bersalaman. "Gue bangga bisa ngehibur lo dan teman-teman yang lain!"

"Lo pikir gue suka?" Clarissa melirik ke arah dua temannya untuk mencari dukungan. Saat lirikkan itu mendarat, mereka kontan tertawa lagi. "Gue nggak pernah bangga sama adegan joget-joget nggak jelas. Tindakan lo justru malah bikin citra sekolah kita buruk!"

"Oya?" Kelana menurunkan tangan yang tak dapat sambutan. "Kalau adegan lo jatuh saat pertunjukkan cheerleaders, apa itu nggak bikin malu? Katanya cheerleaders terbaik se-Jakarta, tapi kok ...."

"Diem lo!" Suara tegas itu terlontar dibarengi dorongan cukup keras hingga Kelana mundur dua langkah. "Lo nggak tahu apa-apa soal kejadian itu."

"Ups." Kelana tertawa lagi. "Kok bisa ya ada orang kayak Caca?" Kelana terkekeh. "Aneh aja gitu. Hobinya ngerendahin orang. Eh sendirinya nggak mau direndahin. Apa dia nggak punya cermin? Dia malah ...."

"Dasar cewek sialan!" Ucapan itu terlontar berbarengan dengan gerakkan Clarissa yang menghambur ke depan Kelana. Tangan putihnya membongkah seperti batu, lantas melayang ke wajah Kelana.

Sorakkan demi sorakkan memenuhi ruangan yang berisi 32 siswa itu. Beberapa orang berteriak mendukung Clarissa. Beberapa lainnya menyebut nama Kelana. Tentu saja, Kelana tak tinggal diam. Tonjokan yang telah mendarat di wajahnya dibalas dengan tarikkan keras di rambut serta tendangan di kaki mulus Clarissa.

"Lo pikir gue takut?" teriak Kelana disela gerakkan tangkasnya.

***

Saat baca prolog, apa yang kamu pikirkan tentang Kelana? Tulis di komentar yaaa.

Glow Up Moment (Tamat)Where stories live. Discover now