EPILOG

286 27 11
                                    

Guys, akhirnya sampai di akhir kisah Kelana. Thank you yang udah ngikutin dari awal. Sampai bertemu di kisah Kelana versi buku (suatu hari jika hendak diterbitkan). So, selamat membaca.

***

Suara roda koper saling bersahutan dengan detak jantung Kelana yang kian mengeras dan menyepat. Sudah banyak yang dia pikirkan. Sudah banyak yang dia putuskan. Akhirnya, sampailah di titik ini. Dua bulan kemudian setelah mamanya berpulang.

Sekarang, suara roda koper itu terhenti. Digantikan gerakkan mengetuk pintu dari tangan Kelana. Ada semacam ketegangan saat dia ada di depan rumah itu. Wajar saja. Dia datang bukan sekadar bertamu, tetapi juga pindah.

Pintu terbuka lebar. Kelana langsung menangkap wajah tegas Adi. Senyumnya mencuat. Kedua tangannya langsung merentang lebar. "Selamat datang, Sayang."

Pelan, Kelana maju dan menerima rengkuhan itu. "Terima kasih, Pak."

"Saya yang terima kasih. Akhirnya, kamu mau tinggal di sini."

Waktu dua bulan bukan waktu sebentar untuknya berkontemplasi tentang banyak hal. Tentang masa depannya. Tentang usaha toko ibunya. Bahkan tentang menerima kehadiran sosok ayah.

Kelana memutuskan untuk membiarkan Dadang mengurus toko Kertarani. Dadang bahkan memboyong keluarganya ke Jakarta dan tinggal di rumah Kelana yang awal. Sementara, Kelana memutuskan untuk tinggal bersama Adi. Bagi Kelana, Dadang orang yang tepat untuk mengurus usaha yang tidak mungkin bisa Kelana urus.

"Ken." Adi memanggil nama itu.

Spontan, Kelana menelan ludah.

Ken muncul dari lantai atas. Saat mendapati kehadiran Kelana, cowok itu mengulas senyum. Dia melangkah kepada Kelana dan mengasongkan tangan. "Selamat datang, Lan."

Sungguh, Kelana tidak berkepsketasi bahwa Ken akan menyambut. Mungkin, itu bagian dari kedewasaan?

"Makasih, Ken," ucap Kelana. "Selamat juga ya. Elo udah bawa nama basket sekolah buat maju ke babak 16 besar."

"Gue cuma berusaha ngelakuin hal-hal yang gue bisa." Ken mengangguk-angguk. "Ngomong-ngomong, udah siap syuting-syuting lagi?"

Kelana mengangguk dibarengi senyum lebar.

Kelana sempat akan berhenti dari dunia enterteint, bahkan keluar dari management. Namun setelah mendapatkan berbagai wejangan dari Adi dan Irgi, Kelana sadar betul bahwa setiap manusia hadir untuk belajar. Saat Kelana memutuskan untuk keluar dari management, sebenarnya itu upaya Kelana untuk lari dari proses belajar. Maka dari itu, Kelana memilih maju, melawan rasa takutnya.

"Ken." Kelana mengangguk-angguk sambil menatap cowok itu. "Makasih ya. Gue harap, gue bisa jadi ... adik yang baik."

"Gue juga. Gue harap, gue bisa jadi kakak yang baik buat lo."

Ada keraguan untuk Ken merentangkan tangan. Namun, Kelana tahu maksud dari gerakkan ragu-ragu itu, hingga Kelana memilih maju dan menyusupkan badan di dada cowok itu.

Di situasi sekarang, Kelana hanya belajar menerima dan menjalani. Semua yang ada memang tampak sulit dan rumit. Namu perlahan-lahan, dia berusaha kembali menyusun benang kusut itu.

"Ma, ternyata Lana sudah sampai sini," ucap Kelana di dalam hati. "Semoga Lana bisa ya, Ma."

***

TAMAT.

***

Gimana perasaanmu setelah baca kisah Kelana dari awal sampai akhir? Kasih pendapat kamu di komentar ya. Mungkin akan menjadi catatan khusus, evaluasi, juga hal-hal yang penting untuk aku sebagai penulis.

Sampai bertemu di karya-karya lain guys.

Glow Up Moment (Tamat)Where stories live. Discover now