Momen 26 - Kalah atau Menang

89 15 2
                                    

Bian melempar bola kepada Ken. Tanda jika dia memberikan kesempatan kepada Ken untuk membawa bola pertama kali. Tentu saja, Ken terlihat santai menerima lemparan itu. Disusul dengan gerakkan kaki membuka dan dengkul sedikit menekuk. Ada ancang-ancang sebelum bola itu bergerak naik turun di tangan Ken.

Bian mulai maju setelah Ken melakukan permainan. Ada sedikit kekaguman yang sebenarnya berusaha Bian sangkal. Terutama ketika melihat gerakkan luwes Ken saat mengambil bola yang masuk dan keluar lewat celah kedua kaki. Bian bisa melihat jika Ken bukan seorang amatiran.

"Lo masih bisa mencabut tantangan kalau mau," ucap Ken.

"Kenapa harus nyabut tantangan?" Bian tertawa. "Emang, elo sejago apa?"

Tanpa diduga, Ken melakukan pergerakkan cepat setelah men-dribble bola. Dia bergerak menuju luar garis three point. Dengan satu tangan, dia melemparkan bola dan ... blush. Bola itu masuk tanpa perlawanan. Disusul tepuk tangan dari pinggir. Lagi, Baron bertepuk tangan, kelepasan.

Pergerakkan itu membuat Bian terengah. Dia berusaha menolak fakta jika Ken bukan orang biasa. Dan penolakkan itu ternyata dibuktikan dengan masuknya bola yang langsung mendapatkan tiga poin.

"Gimana?" Ken bertanya lagi. "Inget ya. Gue nggak punya masalah sama lo. Gue juga nggak mau cari musuh. Jadi ...."

"Bacot!" Bian berhasil merebut bola sekarang. Kini, dia yang melakukan pergerakkan. Bian berlari lincah dengan bola memantul tidak terlalu tinggi. Disusul gerakkan memasukkan bola sekitar satu meter dari jarak tiang ring. Masuknya bola tersebut menghasilkan riuh tepuk tangan dari teman-teman Bian.

"Gimana?" Bian tersenyum lebar. "Ini baru permulaan."

Sebenarnya, ucapan itu terlontar hanya untuk menutupi rasa gugup. Meski poin masih dipegang Ken, setidaknya dua poin yang masuk barusan menjadi bukti bahwa Bian juga bukan pemain sembarangan.

Bian kembali fokus memainkan bola. Dia mencari cara untuk bisa sampai ke depan hingga bisa berkesempatan memasukkan bola. Namun, kecohan demi kecohan ternyata tidak semulus yang dipikirkan. Gerakkan cepat Ken mampu membuat bola dari tangan Bian berpindah tangan. Kenlah yang pada akhirnya menguasai benda itu.

Blush!

Lagi, bola masuk yang dilempar dari luar garis tiga poin.

"See?" Ken tersenyum lebar.

Sebelum kembali melanjutkan pertandingan, Ken membuka satu kancing seragam dan menggulung seragam bagian tangan. Kini, dia terlihat seperti 'badbody' yang ada di novel-novel. Terutama rambut rancung Ken turut mendukung penampilan itu.

"Gila si Ken. Gue aja sebagai cowok kagum. Apalagi cewek ya?" Baron terkekeh pelan.

"Bro, lo ada di pihak siapa sih sebenarnya?" Arya menyenggol Baron. "Kapten kita itu Bian, buan Ken!"

Baron hanya terkekeh mendapati ucapan Arya.

Kini, Ken kembali menjalankan misi. Jika sebelumnya dia hanya men-dribble bola dengan gaya standar. Sekarang, beberapa kali dia menganculkan bola di belakang badan. Bahkan, beberapa kali dia berbalik badan dan kembali memegang kendali dengan sangat lincah. Permainan itu membuat Bian mengerutkan kening. Dia mulai sadar jika Ken tengah menunjukkan kemampuannya.

"Sial!" Bian yang tengah mengejar Ken berdecak karena Ken bisa lolos. Hingga Ken bisa dengan gampang memasukkan bola dari jarak dua meter saja.

Poin tertinggal jauh. Bian mulai merasa terdesak. Di sisi lapangan, dia melihat sahabat-sahabatnya berwajah tegang. Ketegangan itu dirasa dua kali lebih besar di diri Bian. Bian yang menantang Ken. Dan sekarang, bagaimana mungkin tantangan itu dijawab dengan begitu telak?

Glow Up Moment (Tamat)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα