MOMEN TIGA - TENTANG KELANA

357 71 24
                                    

Gais, please berikan dukungan dengan klik VOTE dan KOMENTAR. Aku akan sangat berterima kasih ke kamu yang meninggalkan jejak-jejak cinta, hehehe. Selamat membaca momen tiga yaaa.

***

Kelana menyebar penglihatan di sekujur tubuh yang terlihat jelas di cermin. Tubuh itu memiliki tinggi 166 sentimeter. Cukup menjulang bagi cewek kelas dua SMA. Rambutnya sedikit acak-acakkan, terlihat dari anak rambut yang menutupi ujung mata bulatnya. Rambut acak-acakkan itu menjadi kombinasi yang buruk saat disandingkan dengan wajah kusamnya. Ah, Kelana benci bercermin. Selalu muncul suara-suara buruk saat dia melihat badannya sendiri.

"Lo berkulit gelap, kusam, pantas banyak yang nggak suka sama lo!"

"Harusnya elo berusaha lebih keras. Lo dandan. Lo bergaya lebih feminim. Dengan begitu, orang-orang akan suka sama lo."

"Kalau lo pake make up, gue yakin, lo bakal lebih cantik dari biasanya!"

Kelana menggeleng. Dia pernah menuruti salah satu bisikkan itu. Pada suatu hari, dia memoles wajahnya dengan make up milik sang mama. Dia juga pernah menempelkan sedikit lipstik di bibir.

Hasilnya? Penampilan itu malah jadi bulan-bulanan orang lain di sekolah. Bagi mereka, penampilan Kelana itu bukan 'Kelana banget'. Atau, gaya make up Kelana memang kurang tepat? Kelana hanya memoles wajah dengan bermodalkan menonton video tutorial di youtube. Tentu saja, hasil make up yang bagus tidak bisa didapatkan dengan sekali praktek. Belum lagi, tindakan Kelana mendapat kecaman dari guru-guru. Kata mereka, siswa dilarang memakai riasan. Setelah mendapatkan teguran itu, Kelana sadar jika teman-temannya juga tidak memakai make up. Mereka terlihat cantik secara alami.

"Lana ...."

Kelana menengok ke belakang. "Iya, Ma?"

"Coba pakai baju ini, Sayang. Model terbaru. Baru datang sampel dari pabrik. Rencananya, minggu ini stock-nya akan dikirim ke kios."

Ucapan itu membuat Kelana mengamati mini dress yang ada di tangan mamanya. Warnanya hijau toska, bahannya prime scuba, bagian tangannya pendek dan agak sedikit menggelembung.

"Harus Lana coba?" tanya Kelana ragu.

"Dicoba dan harus dipake kalau ada acara. Kayaknya ini cocok buat kamu."

Kelana mengembuskan napas. Sembilan puluh persen pakaiannya terdiri dari kemeja, kaus, dan celana jeans. Seingatnya, dia tidak punya pakaian semacam gaun yang ditunjukkan mamanya itu. Hampir setiap pakaian yang disodorkan sang mama bahkan tidak sesuai seleranya.

"Ma, Lana ...."

"Cobain!" Ami terlihat greget.

Kelana mengambil pakaian itu, lantas melangkah ke kamar. Beberapa menit setelahnya, dia sudah berdiri di hadapan sang mama dengan penampilan yang berbeda.

"Ma." Kelana menggeleng. "Sudah cukup Lana disiksa dengan rok seragam sekolah. Jangan ditambah ini lagi dong."

"Lana ...." Ami mendekat. Dia mengusap pundak anaknya yang dibalut pakaian itu. Wajah takjubnya tidak bisa disembunyikan. "Anak Mama memang cantik."

"Boong." Lana mencebik.

"Beneran, Sayang. Kamu cantik. Kamunya aja yang kurang PD." Ami mengangguk-angguk. "Satu lagi, kamu kurang telaten mengurus diri. Rambut jarang disisir, wajah jarang dibasuh. Duh, anak perawan itu ya harusnya perhatian sama badan. Kamu ...."

"Mama ...." Kelana memberenggut. "Mulai deh! Lana nggak suka digituin."

"Iya. Mama cuma ngingetin."

"Ma, udah ya? Lana lepas lagi. Rasanya aneh pake baju beginian."

Glow Up Moment (Tamat)Where stories live. Discover now