Momen 25 - Tantangan Baru

82 15 10
                                    

Sudah dari tadi Kelana sampai di belakang sekolah. Namun, dia berusaha menenangkan dadanya yang seolah berontak. Entah, berhadapan dengan Ken selalu membuat Kelana tidak bisa berkutik. Hal itu pulalah yang membuatnya mogok untuk mendatangi Ken yang terlihat tengah duduk di bawah pohon rindang.

Kelana sadar, meski biasanya dia cuek terhadap cowok yang ditemuinya, situasi saat ini jelas berbeda. Dia akan bertemu Ken yang dia idolakan dari dulu. Ditambah, pertemuan itu akan semakin intens saat mereka ternyata satu sekolah. Tidak ada bayangan sedikitpun Kelana bisa sedekat itu dengan Ken.

Ditemani tenaga besar, Kelana akhirnya menggerakkan kaki untuk mendekat. "Ken!"

Ken mendongak. Dia yang awalnya terlihat fokus dengan ponsel, kini menatap Kelana cukup lama. Disusul senyum tipisnya. "Akhirnya datang juga."

"Ngapain ngikutin gue sampe pindah sekolah?" Kelana berbicara santai sambil duduk di sisi Ken. Ujung mata Kelana tidak pernah berhenti mengamati penampilan Ken. Cowok tinggi itu mengenakan seragam putih abu yang serba pas di badan. Yang jelas membuat badan kekarnya cukup terlihat jelas.

"Geer banget!" Ken terkekeh. "Gue nggak ngikutin lo. Sejak beberapa bulan lalu, gue emang ada niat pindah sekolah. Dan ...."

"Aneh nggak sih?" Alis Kelana mengerut. "Maksud gue, banyak tuh sekolah di Jakarta. Kenapa harus sekolah ini? Lagian, apa nggak tanggung? Udah kelas 12 malah pindah."

"Karena sekolah ini punya reputasi baik. Orang tua gue nggak mungkin milihin sekolah yang buruk buat gue. Soal nanggung atau enggak, sebenarnya itu hanya soal perspektif. Dan menurut gue, pindah sekolah nggak merugikan kok."

Kelana mengangguk paham. "Jadi, gimana rasanya dikejar-kejar ratusan siswi di sini?"

Ken tertawa. "Udah biasa kali, Lan. Justru gue harus tanya sama lo. Gimana rasanya jadi artis baru? Pasti perlakuan anak-anak sini jadi beda kan sama lo?"

Kelana mengangguk setuju. "Lo bener. Bahkan banyak hal yang bikin gue ngerasa masih kayak mimpi."

"Lo harus tahu, kadang manusia bisa berubah dalam sekejap saat menganggap orang lainnya lebih mulia."

Lagi, Kelana harus setuju dengan ucapan Ken.

"Ngomong-ngomong, kenapa lo ngajak gue ke sini?" tanya Kelana, sampai pada inti pertanyaan yang terus berputar di otaknya dari tadi.

"Gue cuman mau mastiin kalo lo baik-baik aja," jawabnya pelan. "Tadi pagi, gue nggak lihat elo sama sekali. Gue pikir, lo bakal nyambut gue kaya yang lain."

Ucapan itu membuat Kelana menelan ludah. Sebenarnya, Kelana sangat ingin datang ke lapangan. Turut berdesak-desakkan dengan orang lain. Namun, Kelana masih menjaga image-nya. Dia tidak mau, rasa sukanya terhadap Ken terendus orang lain.

"Gue baik-baik aja," ucap Kelana pada akhirnya.

"Oh iya, lo udah dapet info kan soal project baru?"

"Project baru?" Kelana mengerutkan kening. "Manager gue nggak ada nge-WA sih."

"Ada salah satu penyanyi yang pengin video klipnya gue sama elo yang ngisi," jelas Ken.

"Maksudnya, kita berdua jadi talent-nya gitu?"

"Iya. Lo keberatan?"

Kelana mengingat-ingat misinya untuk mengumpulkan uang banyak. "Ya enggaklah. Gue bakal seneng dapet project ini." Apalagi project-nya bareng lo! Tambah Kelana di dalam hati.

"Eh ...." Ken mengangkat tangan hingga tangan itu mendarat di kepala Kelana. Dia mengusap rambut Kelana, disusul mengambil daun kering yang menempel. "Udah."

Glow Up Moment (Tamat)Where stories live. Discover now