MOMEN 33 - Modeling

80 16 1
                                    


Guuuuys. Apa kabar? Apa kalian masih nunggu cerita ini? Sorry ya, akhir-akhir ini aku memang belum sempat nengok wattpad lagi. Akhirnya sekarang bisa up part baru. Selamat membaca yaaa.

***

Kelana melangkah dibarengi oleh Adi menuju studio sekolah model yang cukup terkenal di Jakarta. Sekolah model itu bernama Keyz School yang didirikan oleh seorang model senior bernama Laura Chan. Sementara, Irgi sendiri adalah salah satu pemilik aset di sekolah ini. Irgi yang memang senang dengan dunia fashion mulai menggelontorkan uang untuk turut andil di sekolah model, salah satunya milik Laura Chan.

Dalam sebulan ke belakang, Kelana sudah dikenalkan banyak hal di kelas modeling. Tentang aksi, ekspresi, gesture, konsep, dan pelajaran lain dalam dunia model. Maka saat ini, tepat sebulan setelah mengikuti serangkaian kelas, Kelana ada dalam situasi yang menegangkan. Praktek. Itu pulalah kenapa jadwal kelas Kelana digeser ke sore hari. Ini berkenaan dengan kesiapan berbagai pihak yang lebih avilable di waktu ini.

"Hai cantik." Irgi memeluk Kelana setelah masuk ke studio, disusul menyalami Adi. "Bapak totalitas banget sampe nganterin Kelana segala. Padahal saya nggak punya ekspektasi lebih lho, Pak. Sejak kerja sama untuk mengurus talent di KAM, saya belum pernah lihat Bapak turun langsung menemani talent."

Ucapan itu membuat Adi seperti tertangkap basah. "Kamu bisa aja, Gi. Saya memang ingin melihat progres Lana. Apalagi dia baru banget, kan? Talent KAM rata-rata udah punya jam terbang sebelum gabung di KAM. Nah kalau Lana kan beda lagi."

"Bohong banget nih, Pak Adi!" Irgi tertawa. "Jangan-jangan Lana ini akan jadi salah satu kandidat buat calonnya Ken. Makannya Bapak turun dan ngenilai langsung Lana kayak gimana."

"Wah, makin ngaco!" Adi tertawa. "Lana cocok jadi adiknya Ken. Bukan pacar."

"Iya, iya." Irgi mengangguk-angguk, mengakhiri celotehannya.

Percakapan itu membuat dada Kelana sedikit mendidih. Kandidat buat jadi calon, Ken? Ada kebahagiaan saat Irgi berbicara begitu. Namun di sisi lain, Kelana sadar diri. Apalagi saat Adi bilang jika Kelana lebih cocok jadi 'adik'. Di mata Kelana, itu bentuk halus dari penolakan Adi bahwa anaknya, Ken, akan mendapatkan sosok yang lebih dari Kelana.

"Udah siap, girl?" Irgi melirik ke arah Kelana. "Praktek pertama lo berupa photoshoot dengan tema anak SMA. Jadi, lo nggak perlu ganti baju. Cukup gue touch up aja bentar."

Kelana mengangguk-angguk. "Nanti harus ngapain aja, Kak?"

"Lho, lho?" Raut wajah Irgi langsung berubah. "Bukannya lo udah belajar banyak?"

Kelana memang mengikuti kelas tanpa bolong. Namun, tak banyak yang menempel di otak. Rata-rata, materi yang dia terima hanya singgah sementara, setelahnya buyar. Apalagi harus dikombinasikan dengan pelajaran lain di dunia acting yang jelas berbeda bidang.

"Awas lo ye kalo ngecewain!" tegas Irgi.

Kelana hanya mengangguk sambil diam-diam menggigit bibir.

Konsep photoshoot kali ini berada di sebuah ruangan. Di dalamnya terdapat bangku, kursi, buku tulis, papan tulis, dan benda-benda lain seolah kelas pada umumnya. Kelana diharuskan untuk mengkeskpolari gaya foto dengan benda-benda yang ada.

"Lana?" Laura, sang guru yang juga model terkenal berbicara lembut. "Inget kata gue ya. Seorang model itu bukan hanya perkara gaya, gerakkan, dan mimik, tapi juga soal kenyamanan. Pastiin lo nyaman ada di sini."

Kelana menatap perempuan 30 tahun itu. Laura adalah guru yang lembut sekaligus tegas. Selama belajar dengannya, Kelana sama sekali tidak pernah dimarahi. Namun, kemarahan akan diganti dengan nasihat yang penuh filosofi. Sementara untuk menghardik dan menekan, Irgilah yang punya kuasa.

Glow Up Moment (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang