MOMEN EMPAT - PASAR TANAH ABANG

311 59 20
                                    

Kalian inget nggak? Ini tuh hari Sabtu. Haha. Waktunya aku update. Selamat membaca. Jangan lupa ramaikan dengan kasih vote dan komen yaaa.

***

"Nggak bisa, Bu. Harganya 120 ribu kalau yang ini," ucap Kelana dengan suara pelan. "Nah, kalau yang ini, baru bisa 100 ribu."

"Kenapa, Nak?" Ami muncul di sisi Kelana yang tengah melayani salah satu pelanggan perempuan.

"Ini, Bu. Yang warna pink ini bisa seratus ribu kan ya?" Si pelanggan yang menyambar.

Sejenak, Ami menilik pakaian yang ditunjuk. Dia mengangguk-angguk, lantas tersenyum lebar. "Boleh, Bu. Mau berapa baju? Di sini ada banyak soalnya."

"Tuh kan, Neng. Kata Ibunya juga boleh." Pembeli yang dari tadi menawar itu merasa menang. "Satu aja. Yang ukuran S. Buat anak saya soalnya."

"Nggak dicoba dulu?" tanya Ami ramah.

"Anaknya nggak dibawa, Bu. Lagi sekolah."

Percakapan Ami dan pembeli itu berlanjut panjang. Sementara, Kelana memilih mundur. Ada sedikit rasa kesal karena sikap ibunya. Padahal, Kelana berusaha supaya bisa menjual dengan untung yang cukup besar.

"Bu, Bu. Gimana uangnya mau kumpul? Ada yang nawar begitu aja diladeni," ucap Kelana setelah pembeli pergi. "Kalau bisa, ingin sekali Lana menjahit mulut ibu tadi. Nawarnya nggak kira-kira soalnya!"

"Ish. Jangan begitu." Ami menggantung beberapa pakaian wanita di pinggir-pinggir toko. "Nggak apa-apa untung dikit, yang penting kejual. Kalau kejualnya banyak kan lumayan."

"Masih mending kalau kita jualan grosiran, Bu. Lah, kita kan sistemnya ecer."

Ami tidak meladeni ucapan Kelana. Dia hanya tersenyum mendengarkan anaknya mengomel.

Kelana melanjutkan bermain Tiktok. Kali ini, dia sengaja memilih untuk menjadikan kios lain menjadi bacground. Dia menyenderkan ponsel di dinding belakang dan menghadapkan HP ke bagian jalan tempat orang-orang berlalu lalang. Dia mulai melakukan aksi gilanya dengan joget-joget seperti sebelumnya.

"Bu, ayo ikutan!" Kelana menarik tangan ibunya. "Supa tipa tipung ala sipa nando-nando." Kelana mengikuti suara seorang selebtok yang diremix dengan musik kekinian. "Jogetnya begini, Bu. Tangannya ke atas. Digeol."

Ami tertawa melihat tingkah anaknya. Bagi Ami, keceriaan Kelana yang sederhana itu sudah lebih dari cukup. Ami pun ikut berjoget ria seperti Kelana. Mungkin, itu pulalah hiburan terbaik untuk mengisi hukuman dari sekolah.

Video demi video berhasil Kelana rekam. Sekarang, dia membuat video joget lain. Sendirian. Ibunya memilih undur diri karena ingin menghitung pakaian. Dalam situasi ini, Kelana mengangkat tangan. Dia menggerak-gerakkan pinggul ke kanan dan ke kiri dengan tujuan supaya terlihat imut. Belum selesai video itu diambil, ada sesosok manusia yang ikut joget dengan senyum lebar. Badannya ikut memeragakan gerakkan yang dilakukan Kelana. Kontan, Kelana menyetop video, lantas dia berbalik.

Berdiri seorang cowok mengenakan kaus oversize berwarna cream yang dipadukan dengan celana cargo hitam. Saat mata Kelana menyorot ke wajahnya, cowok ini langsung mengusap rambut ke atas, bergaya bak model papan atas.

"Hai artis Tanah Abang," ucap Bian.

"Gila!" Kelana meberenggut. Wajah yang diimut-imutkan itu menghilang seketika. Sekarang, dia mendekat ke arah Bian yang tengah berdiri di depan toko. "Ngapain lo di sini? Pake ada acara ngikutin gaya gue lagi. Ngejek lo?"

"Dih." Senyuman Bian semakin lebar. "Santai aja kali, Bu."

"Santai, santai." Kelana memonyong. "Kehadiran lo ganggu gue. Padahal videonya hampir selesai."

Glow Up Moment (Tamat)Where stories live. Discover now