Bab 35 Pertemuan Yang Direncanakan

2K 573 116
                                    

"Kamu kembali ke kantor saja, Mbak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu kembali ke kantor saja, Mbak. Biar Ibu dan Gempar yang di sini sampai Mas mu pulang."

Kiko mengangguk. Dia baru akan beranjak ketika melihat Budenya menghela napas. Mereka duduk di bangku taman dan berbicara pelan.

"Aku kok takut sama anak itu ya?"

Semua menoleh mendengar perkataan Bude Nesa. Mereka bahkan berbicara sambil berbisik.

"Sabar, Mbak. Kita tidak boleh panik atau dia akan curiga."

Kiko menahan napas ketika Ibunya berkata seperti itu. Semua jelas sudah memahami situasi mereka sekarang.

"Kiko tunggu sampai Mas Ilman pulang saja, Bu. Tidak apa-apa."

"Mbak Dida nanti sendiri loh."

"Tidak apa-apa, Bu. Sudah biasa seperti ini. Nanti Kiko kirim pesan."

"Baiklah."

Kiko beringsut mendekati Budenya dan menyandarkan kepala ke bahu wanita itu dan segera saja tangan Budenya membelai pipinya lembut.

"Kira-kira siapa wanita yang dimaksud Kinanti tadi ya Mbak?"

Kiko tidak menegakkan tubuhnya ketika pertanyaan itu meluncur dari mulut Ibunya.

"Mbak tidak tahu, Dek. Kinanti tidak pernah bercerita apapun soal keluarganya kecuali Ibu dan Bapak sambungnya yang tidak setuju dengan kedekatannya dengan Ilman."

"Kita mengenal Bapak kandung Mbak Kinanti juga kan belum lama, Bu. Tepat ketika Mbak Kinan berkonflik dengan Ibunya. Tiba-tiba saja kan pria itu muncul."

"Huum...benar juga. Dan itu urusan mereka kan? Masalah pribadi. Wanita itu yang membuat pernikahan kedua orang tua Kinanti bubar. Kita bisa apa? Itu sangat pribadi dan kita tidak boleh campur tangan."

"Betul. Ibu jangan kepo."

Suasana mencair ketika Kiko mengatakan hal itu yang membuat Ibunya mencebik pelan. Kiko beringsut mendekati Gempar yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya.

"Tanyakan Mbak Dida sudah makan belum, Dek. Ponsel Mbak di mobil."

"Sudah."

"Heh? Sudah?"

"Sudah ditanyakan."

"Waaah...usaha terus." Kiko menyenggol bahu adiknya yang terus sibuk dengan ponselnya. Yang disenggol tidak mengubah ekspresi nya dan bergeming saja ketika Kiko menyandarkan kepala ke bahunya.

"Kamu itu kok seperti tidak punya tulang, Michiko."

"Capek, Ibuuu..." Kiko memeluk tubuh adiknya dan mulai sibuk menggerak-gerakkan kakinya.

"Mau makan tidak? Tapi Bude tidak masak soalnya Ilman bilang tidak pulang makan siang."

"Tidak usah, Mbak. Gampang nanti makan di kantor Kiko saja."

PINK IN MY BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang