Bab 58. Trik Licik

1.7K 572 82
                                    

Mengangguk canggung dan bergumam pelan menjawab sapaan Garin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mengangguk canggung dan bergumam pelan menjawab sapaan Garin. Ninda terlihat melangkah memasuki kamar Mayang Pratiwi. Dia tidak menutup pintu dan duduk di kursi di sisi ranjang Mayang.

"Ada apa Nin?"

"Tidak ada apa-apa, Mbak. Aku pikir tadi Mbak sendiri karena perawat dua-duanya pergi ke dapur."

"Huum. Ada Garin barusan. Kamu ketemu dia?"

Ninda mengangguk. "Sehat, Mbak?"

"Alhamdulillah. Masih diberikan hidup yang baik. Kamu bagaimana?"

"Alhamdulillah. Kami, alhamdulilah sehat semua."

"Huum. Syukurlah."

"Huum...apa ada yang penting Mbak? Tiba-tiba..." Ninda menunjuk ke arah luar.

"Oh...Garin kebetulan sedang di Indonesia. Mampir."

"Oh..." Ninda menggumamkan tanggapan singkat.

"Sudah lama sekali. Kami membicarakan rencana mengganti nisan Abah dan Mamah."

"Oh...semoga dilancarkan ya Mbak."

"Terima kasih. Kamu menginap?"

"Iya Mbak. Mas Bondan menyuruh aku dan anak-anak menginap. Keadaan sedikit berbahaya sekarang."

"Apa anak buah Sanusi Baco juga mengawasi rumah kamu?"

"Iya. Mereka berkeliaran di rental. Sudah beberapa hari ini."

"Hati-hati, Nin."

Ninda mengangguk dan menatap Mayang Pratiwi yang menatap langit-langit kamar. Ninda meyakini satu hal bahwa Mayang Pratiwi sedang memikirkan sesuatu atau bahkan merencanakan sesuatu.

"Jangan terlibat dalam bahaya Mbak."

Mayang Pratiwi bergeming. Dia tertawa sumbang dan menoleh ke arah Ninda yang membetulkan selimut di tangannya.

"Apa yang bisa aku lakukan sekarang, Nin? Jalan saja aku tidak bisa."

"Kaki yang berjalan belum tentu sehebat otak yang bekerja Mbak. Tolonglah. Kalau Mbak merencanakan sesuatu yang berbahaya, hentikan. Mbak Agni akan khawatir."

"Tidak, Nin. Aku tahu kapasitasku."

Ninda beranjak dan berjalan menutup jendela kamar itu. Sekali lagi, dia juga memeriksa pendingin ruangan, diffuser dan menutup pintu kamar mandi dengan rapat.

"Sampai ketemu besok pagi, Mbak."

"Iya, Nin."

Ninda mengangguk dan berjalan keluar. Dia menutup pintu perlahan dan terlihat menghela napas lega ketika tidak menemukan siapapun di koridor itu. Ninda menoleh ke arah meja jaga dan mengangguk ke arah dua orang perawat yang sudah kembali ke tempat itu. Dia lalu berjalan ke arah aula rumah dan langkahnya melambat ketika mendapati suaminya sedang bercakap-cakap dengan Garin di ruang tamu.

PINK IN MY BLUEWhere stories live. Discover now