Bab 63. Klenik

1.8K 563 108
                                    

Agresivitas dan perilaku buruk lelaki sebagai predator puncak dalam kehidupan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Agresivitas dan perilaku buruk lelaki sebagai predator puncak dalam kehidupan. Kenyataan itu menciptakan hidup yang tidak terlalu menguntungkan para wanita dalam berbagai aspek sosial.

Menikah dengan cinta. Itu mungkin yang terjadi di hidup seorang Siti Juariah yang rakyat jelata ketika menikahi Raden Mas Bhisma Danurwendo. Kala itu, wanita sepuh cantik itu pasti gadis polos yang memandang dunia dengan sangat sederhana. Tapi lambat laun dia menyadari bahwa pernikahan itu bukan semata miliknya yang bisa dia atur dengan tatanan sesuai dengan pemikirannya yang sederhana. Dia menemukan kenyataan bahwa pernikahan yang disetujui oleh istri tua adalah pemilik konsekuensi sejati yaitu pernikahan itu akan selalu ada campur tangan istri tua di dalamnya.

Mengapa dia tidak mundur ketika tahu bahwa yang dia cintai adalah pria beristri? Oh...dunia dan semesta yang menggaungkan kalimat atas nama cinta. Lalu hidup nyaris seperti cerita dalam sebuah dongeng dengan akhir menyedihkan.

"Tidak usah ke Bantul. Simbah Kakung sudah perjalanan kemari. Ankaa, duduk Le. Mau makan apa?"

"Nanti, saja Bulik." Ankaa tersenyum.

Kiko menghela napas lega dan memperhatikan Ibunya yang menuangkan teh ke dalam dua buah mug. "Ibu nelpon Simbah?"

"Tidak. Simbah yang nelpon Ibu menanyakan kamu dan Gempar apa baik-baik semua."

"Kalau sudah seperti itu pasti ada yang tidak beres." Kiko menyahut dan merebahkan kepalanya ke meja makan. Namun tubuhnya segera tegak kembali ketika Ibunya menepuk pundaknya keras. Dia melirik Ankaa yang terdiam dan memperhatikannya.

"Apa yang tidak beres? Kan Simbah memang selalu kemari kalau ada waktu."

"Kiko kan hanya tidak mau Simbah khawatir, Ibu."

"Ibu tidak cerita apa-apa kok. Dan Simbah memang mau berkunjung."

"Simbah bisa tidak sih tinggal di sini saja. Atau di rumah Kaliurang, Bu?"

"Simbah urusannya banyak. Beliau juga lebih sreg hidup di Bantul. Tetangganya baik-baik."

"Memangnya di sini tetangganya tidak baik-baik?"

"Hiiish...ada oknum tetangga yang rame kemarin itu. Teriak-teriak WiFi nya dipakai teman-teman anaknya. Masalah sepele begitu saja...duh..."

Perbincangan khas ibu-ibu segera dimulai membuat Ankaa yang sejak tadi berdiam diri dan menyesap tehnya, menahan tawanya. Kiko menatap Ibunya yang terus berbicara tentang masalah sepele sesuai versinya sambil mondar mandir membenahi segala sesuatu.

"Ibu ke paviliun dulu ya."

Ankaa yang mendengar hal itu segera beranjak. "Biar saya cek Eyang Siti sebentar, Bulik."

"Huum...baiklah. Terima kasih banyak."

"Sama-sama, Bulik."

"Bu, Eyang Mayang ada?"

PINK IN MY BLUEWhere stories live. Discover now