Bab 122. Ekstra Part ³

2K 569 64
                                    

"Den Ayu

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

"Den Ayu..."

Dida menatap abdi dalem Keprajan yang menaiki undakan teras dan menatapnya.

"Tidak apa-apa, Pak. Tolong diberitahukan sama Paklik Banyu Biru kalau ada tamu."

"Baik, Den Ayu. Permisi."

Dida mengangguk dan beringsut menepi. Abdi dalem itu membuka pintu lebar-lebar dan menoleh berkali-kali dan bisa dipastikan dia takut tamu itu akan menyakiti Dida.

"Aku bukan tamu dong. Aku bagian dari keluarga ini."

Dida tidak menanggapi ucapan Kinanti. Dia mengangguk maklum dan sebisa mungkin tidak menunduk menatap pemandangan di lantai teras itu.
Dia menoleh ketika mendengar suara berderap dan tangannya ditarik mundur oleh seseorang.

"Mbak Kinan. Astaghfirullahalazim...apa-apaan ini?"

Kiko yang datang paling awal membentengi Dida dan menatap lekat Kinanti yang beringsut dengan tak acuh.

"Apa bapak dan ibu belum selesai, Dek?"

Kiko terlihat menggeleng saat mendengar Mbak Dida bertanya lirih. Pandangan gadis itu masih tertuju pada Kinanti dan Kinanti juga tetap bersikap acuh. Kiko segera mengangkat tangannya ketika Kinanti beringsut mendekati pintu membuat wanita itu mendongak dan mendelik.

"Kenapa? Aku tidak boleh masuk?"

"Tidak, Mbak. Mbak Kinanti lihat diri Mbak. Astaghfirullah. Sejak kemarin kita mau urus Mbak tidak mau. Sekarang Mbak kemari. Maunya apa?"

"Mauku apa? Apa ada yang aneh? Aku datang ke rumahku sendiri. Ibuku mati kan? Dan dia adalah bagian dari keluarga ini. Jadi aku juga sama karena aku anaknya. Minggir."

"Heeeeh..." Kiko beringsut dan merentangkan kedua tangannya namun dorongan kuat Kinanti membuatnya terhuyung dan Dida yang berada di belakangnya menangkap tubuhnya. Mereka saling tatap ketika akhirnya Kiko bisa menegakkan tubuhnya.

Hanya sanggup menatap ke lantai yang kotor oleh sesuatu yang tidak semestinya ada di tempat itu. Kiko menoleh pada Mbak Dida yang menarik tubuhnya mundur. Mereka menatap Kinanti yang berhenti tepat di depan pintu. Wanita itu bergeming dan Kiko bahkan sampai menelengkan kepala demi bisa melihat keluarganya yang tentu saja keheranan dengan situasi itu.

"Ada apa, Mbak?"

Kiko dan Dida menoleh dan mendapati Gempar sudah ada di belakang mereka. Pemuda itu segera bergumam pelan saat sudah mengetahui situasi yang terjadi.

Pembicaraan berlangsung di dalam ketika Kiko dan Gempar akhirnya beringsut ingin masuk namun urung karena bau badan Kinanti memang sudah kelewat batas menyengatnya.

"Ada apa?"

Terdengar suara Mas Ilman bertanya pelan dan terdengar pria itu menahan dirinya. Tentu saja dia harus melakukannya sekarang walaupun dia ingin meluap. Berhari-hari dia membujuk dan mencoba membawa Kinanti keluar namun wanita itu dengan tak acuh menolak. Bersikap kepala batu dan bertingkah seperti orang gila. Dan sekarang? Wanita itu datang bersama kekacauan. Semua orang sepertinya berhak kesal.

PINK IN MY BLUEDove le storie prendono vita. Scoprilo ora