Bab 79. Insting Laki-laki

2.2K 607 131
                                    

"Kita bicara besok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kita bicara besok."

"Kalau besok-besok kamu akan berubah pikiran."

"Loh...memangnya aku sudah berubah pikiran?"

"Jangan seperti ini..."

"Seperti apa? Yang benar Mas pulang dulu. Tidak mungkin kan menginap di sini." Kiko berusaha melepaskan pelukan Ankaa namun pemuda itu menggeleng.

"Duduk nanti kaki kamu sakit."

Kiko menghembuskan napas pelan. Dia benar-benar menyerah dan akhirnya terhempas duduk. Dia segera beringsut ketika Ankaa mencoba meraihnya. Dan sekarang, posisinya membelakangi Ankaa yang duduk dengan wajah bingung.

"Tadi kemana? Cantik banget."

"Aku memang cantik. Dan tadi memang pergi kencan."

"Kalau kamu kencan kamu tidak mungkin kemari."

"Aku kemari karena aku pikir terjadi sesuatu sama Pak Sis. Eh...ternyata ada orang galau di sini sampai Pak Sis bingung."

Kiko menoleh dan memicing menatap Ankaa yang mengamatinya lekat-lekat. Pemuda itu terlihat menyukai apa yang dia lihat membuat Kiko mencebik lirih. Dia beringsut membetulkan posisi duduknya dan bersandar di sofa.

"Kencan sama siapa? Kan tidak boleh..."

"Kenapa tidak boleh?"

"Karena..." Suara Ankaa menggantung dan pemuda itu menghembuskan napas keras lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. "...ya Mas cemburu." Ankaa beringsut merunduk arah Kiko dan mulai memegang ujung coat yang dipakai Kiko.

"Aaah..." Kiko meniupkan udara dari mulutnya dan benar-benar tidak mengerti situasi itu. Jadi Pakde Angger dan Bude Gemintang tidak memberitahu anaknya kalau mereka akan bicara? Dan Ankaa, dengan mudahnya diledek oleh adiknya? Situasi yang benar-benar menggelikan sebenarnya.

Kiko memukul pergelangan Ankaa membuat pemuda itu berhenti dengan kegiatannya memilin ujung coat nya. Dan tiba-tiba saja mengaduh lirih ketika Kiko memukul tangan pemuda itu sekali lagi namun pukulan itu meleset mengenai perutnya.

"Kenapa?"

Ankaa yang mengusap perutnya menggeleng. "Tidak apa-apa."

"Bohong. Kenapa?" Kiko menyibak kemeja yang dipakai Ankaa dan pemuda itu berusaha keras menghindar. Namun, mata Kiko terlanjur menangkap bekas luka yang memudar berwarna cokelat muda di perut pemuda itu. "Itu kenapa? Heh? Kenapa?"

Ankaa menggeleng membuat Kiko mengepalkan tangan dan bersiap memukul lebih kencang.

"Ini kemarin waktu di kabin..."

"...jatuh?" Kiko menukas ucapan Ankaa dan pemuda itu menggeleng. "Loh...terus kenapa?"

"Ketemu anak buah Sanusi Baco di bawah..."

PINK IN MY BLUEWhere stories live. Discover now