Bab 3

43.6K 4.7K 101
                                    

Kegiatan Mirna selama dua minggu di rumah Jini adalah diam menunggu temannya itu pulang kerja. Setiap pagi Mirna akan sarapan bersama Jini sebelum temannya berangkat kerja. Saat Jini kerja, yang dilakukan oleh Mirna adalah membersihkan rumah kemudian leha-leha di kamar. Hidupnya selama dua minggu ini merasa sangat membosankan.

Rencana Mirna untuk ikut pelatihan gagal total.  Ternyata ia ditipu oleh lembaga pelatihan yang ada di sosial media. Emang dia yang terlalu bodoh karena tergiur harga murah untuk pelatihan dari salah satu akun instagram. Begitu ia sudah mengirimkan sejumlah uang untuk pendaftaran, ternyata akun instagramnya langsung diblokir. Karena sadar ini bentuk kesalahannya sendiri, akhirnya Mirna memilih merelakan uang itu.

Uang yang dikirim orang tuanya hanya cukup satu bulan. Sedangkan minggu pertama, uang itu habis untuk ongkos ojol yang mengantarnya dari career expo satu ke yang lain. Belum lagi uangnya harus melayang karena harus membayar pelatihan abal-abal. Ia juga berinisiatif mengisi token listrik Jini meskipun beberapa kali temannya itu menolak apa yang ia lakukan. Dan jangan lupakan biaya makan sehari-hari selama dua minggu di Surabaya.

Yang membuatnya pusing adalah, disaat uang di ATM-nya menipis, ia juga masih haru membayar tagihan paylater di aplikasi belanja Shopa. Kepala Mirna rasanya mau pecah seketika. Mau minta uang ke Ibunya, tapi ia tidak berani. Karena sebelum berangkat, Ibu dan Bapaknya memberinya uang dengan jumlah yang banyak dan harus cukup untuk satu bulan.

Saat merasa pusing memikirkan tagihan paylater-nya, Mirna mendengar ponselnya berbunyi. Ia melihat nama Ibu muncul di layar ponsel. Sepertinya Ibu memiliki ikatakan batin dengannya saat ini.

"Halo, Bu."

"Halo, Mir. Kamu kapan pulang?"

"Belum tau, Bu," jawab Mirna apa adanya.

Terdengar helaan napas dari seberang. "Kalo emang kamu belum dapet kerja, kamu bisa pulang aja. Nggak baik ngerepotin Jini terus."

"Tapi aku lagi usaha, Bu. Setiap ada expo selalu aku datengin."

"Kalo belum ada hasilnya, kamu bisa pulang dulu, nduk. Bantu aja Bapak sama Masmu di sawah."

"Aku nggak mau bantu di sawah, Bu! Aku maunya kerja kantoran," ucap Mirna tegas.

"Yaudah, paling nggak kamu pulang dulu. Ibu khawatir sama kamu. Kamu nggak ada pemasukan, tapi tinggal di kota besar."

Mirna diam, tidak menjawab.

"Pulang aja ya, nduk. Ibu sama Bapak bener-bener khawatir sama keadaanmu."

"Lihat nanti deh, Bu."

"Kamu jaga diri."

"Iya. Udah ya, Bu. Aku sakit perut, mau ke kamar mandi," ucap Mirna beralasan. Akhirnya karena alasan itu ia bisa mengakhiri telepon Ibunya.

Kalau Mirna pulang, itu artinya dia tidak bisa membuktikan pada Ibunya bahwa dia bisa mendapat pekerjaan di Surbaya. Tapi kalau dia tidak pulang, tagihan paylater-nya akan semakin membengkak. Setelah mengobrol dengan Ibu membuat kepala Mirna semakin pusing. Ia mengambil obat di dalam tasnya dan langsung menelannya yang didorong oleh air yang ia minum dari botol kemasan. Mungkin tidur sebentar akan membantunya untuk bisa lebih sehat.

Sebelum tidur, Mirna sempat membaca pesan masuk dari Jini.

Jini: Aku hari ini lembur
Jini: Maaf ya...
Jini: Kamu bisa beli makan duluan aja

Setelah membaca itu, Mirna meletakkan ponselnya begitu saja dan langsung berbaring di atas kasur lipat. Tidak butuh lama, begitu Mirna memejamkan matanya, ia langsung masuk ke alam mimpi dengan cepat.

Gara-Gara Paylater (Completed)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant