Bab 14

39.3K 4.4K 65
                                    

Mirna menarik napas panjang sebelum melangkah masuk ke gedung perusahaan. Ia berjalan ke arah resepsionis dan mengatakan tujuannya datang ke sini. Perempuan yang ada di balik meja resepionis langsung menelepon seseorang yang tak tahu siapa. Tak lama kemudian, ada satu perempuan yang datang dengan name tag bernama Dila.

"Ini salah satu yang mau interview hari ini," ucap perempuan di balik meja respsionis kepada perempuan bernama Dila.

"Mari, ikut saya."

Mirna yang mendengar itu langsung mengikuti langkah kaki Dila. Ia dibawa naik ke lantai atas dan menuju ke sebuah ruangan. Ternyata sudah ada beberapa orang yang duduk di sana. Dan mereka juga dijadwalkan untuk interview hari ini.

"Mbak, ini tolong di isi dulu. Nanti untuk interview-nya akan dipanggil satu persatu."

"Makasih." Mirna menerima secarik kertas yang diberikan oleh Dila. Ia lihat ada beberapa pertanyaan yang harus ia jawab. Setelah membaca sekilas, ia langsung mengeluarkan pulpen dari dalam tasnya. Saat tengah fokus mengisi, laki-laki yang duduk di sebelahnya mencolek bahunya membuatnya langsung menoleh.

"Punya pulpen lagi nggak? Saya mau pinjam."

Mirna membuka tasnya dan mengambil satu pulpen dari kotak pensilnya. Ia menyerahkan pulpen itu pada laki-laki yang ada di sebelahnya.

"Makasih."

"Sama-sama," balas Mirna. Setelah itu ia kembali fokus mengisi kertas yang tadi sudah diberikan. Ada perintah untuk menyebutkan kekurangan dan kelebihan tentang dirinya. Jujur Mirna bingung harus menjawab apa. Ia mengangkat pandangannya dan melihat yang lain sibuk dengan kertas masing-masing.

Begitu jawaban sudah terisi semua, perempuan yang bernama Dila kembali masuk ke ruangan dan mengambil semua kertas yang sudah terisi.

"Halo, nama saya Dila. Di sini saya aka  jelaskan sedikit ya mengenai wawancara hari ini. Hari ini akan ada dua wawancara. Wawancara pertama akan dimulai lima menit lagi. Kalian akan dipanggil secara bergiliran. Lama waktu wawancara tidak bisa dipastikan."

Mirna memperhatikan Dila yang berdiri di depan untuk menjelaskan proses wawancara. 

"Wawancara kedua akan dilakukan setelah istirahat makan siang dikarenakan yang akan mewawancarai kalian masih harus menghadiri meeting. Kalo rumah kalian deket, habis wawancara pertama boleh pulang dulu. Kalo yang mau nunggu di sini juga nggak papa. Atau kalian bisa cari makan di kantin karyawan yang lokasinya di seberang."

Semua kandidat langsung saling tatap mendengar pengumuman itu.

"Lima menit lagi saya akan mulai panggil satu persatu dari kalian, untuk memulai proses wawancaranya."

***

Melamar pekerjaan memang nggak mudah dan butuh perjuangan. Mirna baru saja selesai proses wawancara sekitar jam tiga sore. Ia menyemoatkan mampir ke salah satu kafe yang lokasinya tidak jauh dari perusahaan yang tadi ia datangi. Tubuhnya terasa lelah hanya karena kelamaan menunggu. Belum lagi menghadapi cercaan pertanyaan dari interviewer yang membuatnya mati kutu. Sejujurnya Mirna tidak yakin dengan jawaban yang tadi ia berikan. Tapi apapun hasilnya, Mirna pasti akan terima. Anggap saja ini pengalaman untuk bisa lebih lancar kalo ada panggilan interview lainnya.

Satu jam kemudian, Mirna melihat sosok Jini memasuki kafe. Ia melambai begitu tatapan Jini tertuju padanya.

"Astaga, maaf aku telat," ucap Jini seraya menarik kursi di hadapan Mirna. "Udah pesen?"

Mirna menggeleng. "Baru pesen minum aja," jawabnya. "Tapi aku mau nambah minum lagi," lanjutnya dengan melirik gelasnya yang sisa setengah.

"Oke." Jini memanggil pelayan untuk memesan makanan. Begitu pelayan sudah pergi, Jini kembali fokus pada Mirna. "Gimana tadi interview-nya."

Gara-Gara Paylater (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang