Bab 30 [end]

57.5K 4.5K 71
                                    

"Kok nggak cerita?" tanya Yudha dengan wajah galak.

"Ini cerita," jawab Mirna dengan terkekeh.

Yudha menarik napas panjang. Setelah mendengar cerita lucu yang dimaksud oleh Mirna, ternyata tidak selucu yang ada dibayangannya. Malah kejadian lucu yang dialami Mirna membuatnya ketar-ketir.

"Aku nggak ngasih nomerku kok."

"Instragram?"

"Nggak juga." Mirna mendekatkan duduknya ke Yudha. "Aku udah jujur duluan. Eh, ujung-ujungnya dia minta maaf karena udah salah ngira kalo aku mahasiswi S1."

"Mukamu terlalu imut. Masa udah S2 masih dikira mahasiswi S1," geram Yudha. "Lagian kamu iseng banget. Suka banget jahilin orang," lanjutnya mengomel. 

Mirna tertawa, merangkul lengan Yudha. "Lucu tau, Mas."

Perlakuan Mirna membuat rasa kesal Yudha berkurang. Jarang sekali Mirna merangkulnya duluan. Biasanya perempuan itu akan malu-malu. Tapi rangkulan itu tidak bertahan lama sampai ia mendengar suara anaknya yang datang.

"Buna!"

Mirna melepaskan rangkulan pada lengan Yudha, yang membuat laki-laki itu tampak kecewa. Ia langsung menyambut Leona yang baru datang bersama dengan Mama. Setelah acara lamaran, Mirna diminta untuk memanggil Bu Ningsih dengan sebutan Mama. Meski awalnya sedikit kagok, tapi lama kelamaan ia mulai terbiasa.

"Buna sama Ayah habis dari mana?" tanya Leona yang saat ini duduk di pangkuan Bunanya.

"Habis coba baju buat nikah."

Leona cemberut. "Aku kok nggak diajak? Malah disuruh nunggu di rumah Uti?"

"Hmmm ... kalo Leona, coba bajunya hari Sabtu. Nunggu libur sekolah dulu."

Mendengar itu, bibir cemberut Leona berubah menjadi senyuman. Ia mengalungkan lengannya ke belakang leher Buna. "Buna hari ini nginap di sini?"

Mirna menggeleng. "Buna hari ini pulang. Karena besok masih harus kuliah."

Leona kembali cemberut. Kemudian ia beralih mentap Utinya. "Uti bilang kalo hari ini Buna bakal nginap di sini."

"Eh, Uti nggak bilang gitu," sela Mama cepat. "Uti kan bilangnya kalo Ayah sama Buna udah nikah, Buna akan tidur di rumah ini terus."

"Nikahnya kenapa nggak besok aja sih, Yah?" Kali ini Leona menatap ke arah Ayahnya.

"Nggak bisa, sayang." Yudha meringis. Seandainya anaknya tahu, ia juga ingin menikah dalam waktu dekat. Kalau bisa besok, pasti ia akan menikah besok. Tapi menikah tidak semudah itu. Banyak hal yang harus dipersiapkan. Terlebih ini pernikahan pertama bagi Mirna. Dan berharap akan menjadi pernikahan terakhir untuk mereka berdua. Tentu saja Yudha ingin acara pernikahan ini berkesan seumur hidup.

"Kenapa Bunda sama Papa Sakti bisa nikah cepet?"

"Hmmm...." Yudha diam sejenak, mencoba memikirkan jawaban yang aman untuk diberikan pada Leona. "Karena persiapannya udah dari lama. Tapi Leona nggak pernah tau kalo sebenarnya persiapannya udah lama."

"Ooo .... kenapa Bunda nggak dikasih tau?"

"Karena nanti Leona capek kalo ikut ngurusin acara pernikahan Bunda sama Papa Sakti," jawab Yudha beralasan. Dia tidak tahu, Leona akan puas dengan jawabannya atau tidak.

"Yaudah kalo gitu. Aku mau masuk ke kamar dulu." Leona turun dari pangkuan, dan langsung menarik tangan Buna sampai berdiri dari posisi duduknya.

"Buna ikut ke kamarmu juga?" tanya Yudha pada Leona.

Gara-Gara Paylater (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang