Bab 29

41.8K 4.5K 109
                                    

Saat ini Yudha sedang berada dalam perjalanan menuju ke Ponorogo. Kali ini ia tidak sendiri. Ada Mama dan Leona yang turut ikut ke rumah Mirna. Setelah menunggu beberapa minggu, tepatnya menunggu Mirna libur kuliah, akhirnya Yudha bisa datang untuk melamar ke rumah Mirna.

"Ayah, rumah Mbak Mirna masih jauh ya?" Leona memajukan duduknya diantara kursi Ayah dan Neneknya.

"Rumah Mbak Mirna masih jauh." Bukan Yudha yang menjawab, melainkan Bu Ningsih. "Kamu tidur dulu aja. Nanti kalo udah sampe pasti dibangunin."

"Aku nggak ngantuk, Uti," sela Leoa. "Masa aku disuruh tidur terus?" lanjutnya dengan bibir mencebik.

Bu Ningsih menoleh ke cucunya. "Habis ini Mbak Mirna kan nikah sama Ayah. Leona manggilnya nggak boleh Mbak lagi."

"Terus aku harus panggil apa?" tanya Leona kebingungan.

"Nanti tanya aja ke Mbak Mirna." Kali ini Yudha yang membuka suara ikut menjawab. "Mbak Mirna mau dipanggil apa."

Leona mengangguk-angguk. "Kayak Om Sakti yang diganti jadi Papa kan, Ti?" tanyanya pada Neneknya.

"Iya, sayang."

Setelah menempuh perjalanan yang panjang, akhirnya mobil yang dikemudikan Yudha berhenti di depan rumah Mirna.

Leona turun lebih dulu diikuti oleh Bu Ningsih dan Yudha yang menurunkan beberapa hantaran yang sengaja ia bawa dari Surabaya.

"Aku juga mau bawa." Leona meloncat-loncat mengadahkan kedua tangannya.

"Mana yang paling ringan?" tanya Bu Ningsih pada Yudha.

"Leona pegang yang ini aja. Yang nggak berat." Yudha memberikan hantaran dengan ukuran yang paling kecil pada anaknya.

Semua hantaran yang dibawa oleh Yudha, sengaja ditutup agar menghindari bahan omongan orang lain. Lagipula dengan menutup semua hantaran dengan kain, membuatnya lebih elegan dan cantik.

Beberapa hantaran ini juga barang-barang yang dibutuhkan dan disukai oleh Mirna. Beberapa minggu sebelum ke Ponorogo, Yudha sudah bertanya pada Mirna barang-barang apa yang dibutuhkan dan disukai perempuan itu. Dengan ditemani oleh Mamanya, akhirnya Yudha langsung membeli semua barang yang sudah diberitahukan oleh Mirna.

Karena hantaran yang dibawa Yudha cukup banyak, ia sampai harus mondar-mandir untuk menurunkannya dari mobil. Untung saja Agung mau membantunya. Sehingga bisa mempersingkat waktu.

Sama sepertinya yang hanya ditemani keluarga inti, ternyata Mirna juga tidak mengundang keluarga lain selain keluarga intinya. Acara lamaran berjalan lancar dan khidmat. Selesai bertukar cincin, mereka mulai mengobrol untuk menentukan tanggal pernikahan Yudha dan Mirna.

***

Penentuan tanggal pernikahan sudah selesai. Kini semua berpindah ke meja makan untuk menikmati hidangan yang sudah disiapkan. Tak tanggung-tanggung, satu meja makan penuh dengan berbagai macam makanan yang sudah disiapkan oleh Mirna dan Ibunya.

Selesai menyantap hidangan di meja makan, mereka berpindah lagi ke ruang tengah berbicang-bincang ditemani dengan berbagai macam kue.

Mirna memperhatikan bagaimana sikap Ibu dan Bapak pada Leona. Mereka benar-benar sudah terpikat pada kepolosan Leona. Bahkan Ibu dan Bapak sengaja menyiapkan sesuatu untuk diberikan pada Leona.

"Bilang apa ke Nenek sama Kakek?" tanya Yudha pada anaknya.

"Makasih banyak," ucap Leona dengan wajah sumringah. Ia mendapatkan satu kotak berukuran besar yang di dalamnya terdapat mainan dan baju baru untuknya.

Gara-Gara Paylater (Completed)Where stories live. Discover now