Bab 26

40.2K 4.5K 53
                                    

Selesai kelas Mirna buru-buru mengambil motornya di parkiran. Ia baru saja mendapat telepon dari Bu Ningsih yang mengabari kalau Yudha sedang sakit. Jujur saja ia panik. Padahal beberapa hari lalu mereka sempat bertemu, tapi kondisi Yudha terlihat sehat. Mirna mengendarai motornya dengan kecepatan sedang menuju rumah Yudha.

Begitu sampai, Mirna langsung menekan bel. Berulang kali ia menekan bel, tapi tidak ada yang membukakan pagar. Kepanikannya semakin menjadi. Ia mengeluarkan ponselnya, berusaha untuk menghubungi Yudha. Tapi tidak dijawab oleh laki-laki itu. Akhirnya ia memilih untuk menelepon nomor ponsel Leona. Beruntung Leona langsung menjawabnya. Tidak ada satu menit setelah Leona menjawab teleponnya, anak itu berjalan keluar rumah.

"Kata Ayah nggak boleh bukain pagar buat orang asing. Makanya waktu denger suara bel, aku nggak bukain."

Mirna langsung masuk dan memeluk Leona. "Nggak papa. Leona udah bener. Kalo nggak kenal, nggak boleh dibukain." Setelah memasukkan motornya, Mirna segera mengunci kembali pagar rumah Yudha.

"Mbak, Ayah lagi sakit."

"Iya, aku tau."

"Tadi Uti ke sini sebentar. Tapi karena udah terlanjur ada janji sama orang, Uti nggak bisa di sini lama-lama," beritahu Leona. "Daritadi aku tiduran di kamar aja. Katanya nggak boleh masuk kamar Ayah, soalnya takut ketularan," lanjutnya.

"Leona udah makan?"

Leona mengangguk. "Tadi dibawain Uti pepes tahu sama sayur bayam."

"Ayah sakit apa?"

"Panas, pusing, batuk, pilek, sama radang," jawab Leona. "Tadi sama Uti disuruh ke rumah sakit. Tapi Ayah nggak mau. Bilangnya mau tidur aja di kamar."

"Leona nggak boleh masuk kamar Ayah dulu ya. Nanti Leona ketularan."

Leona mengangguk patuh.

Saat Mirna hendak naik ke lantai atas , ia menghentikan langkahnya karena mendengar suara Leona.

"Ayah belum mau makan, Mbak. Daritadi tidur terus."

Mirna menghela napas lelah. Ia meletakkan tasnya ke sofa, lalu berjalan menuju dapur. Ia mengambilkan makanan yang ada di meja makan. Saat mencari obat di kotak P3K, ia hanya menemukan obat demam dan obat pereda nyeri.

"Mbak, aku ke kamar ya. Mau ngerjain tugas."

Mirna mengangguk. Sepeninggalan Leona, ia menuju kamar Yudha membawa nampan berisi piring dan gelas.

"Ayah kan udah bilang, kamu jangan masuk ke kamar Ayah dulu."

Mirna tersenyum. Sepertinya Yudha salah mengira kalau yang masuk ke kamar adalah Leona. Laki-laki itu tidur membelakanginya dengan tubuh berbalut selimut.

Mirna meletakkan nampan di atas nakas, kemudian ia duduk di tepi kasur. "Mas, bangun yuk."

Yudha langsung memutar badannya. "Kamu kok bisa di sini?" tanyanya dengan suara serak. Wajahny tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya.

Mirna tidak menjawab pertanyaan Yudha. Tangannya terulur menyentuh kening laki-laki itu. "Panas banget, Mas."

"Hmmm...."

Yudha mendekatkan tubuhnya, dan berbaring di pangkuan Mirna. "Kepala saya pusing."

"Sejak kapan sakitnya?"

"Kemarin."

"Kok nggak bilang ke aku?"

"Nggak papa kok. Nanti juga sembuh sendiri."

"Bangun dulu yuk. Mas Yudha harus makan." Mirna memaksa Yudha untuk duduk bersandar pada headboard. Ia berteriak pelan saat mendapati Yudha tidak memakai atasan. "Kok nggak pake baju?"

Gara-Gara Paylater (Completed)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora