Bab 6

43.9K 5.1K 128
                                    

Di depan Yudha kini sudah duduk seorang laki-laki yang usianya lima tahun lebih muda darinya. Dia adalah Gio. Selain menjadi karyawannya, bisa dibilang Gio adalah salah satu saudara sepupu yang dekat dengannya. Mereka sepakat untuk memakai panggilan profesional saat berada di kantor. Jika di luar jam kerja, panggilan itu akan berubah selayaknya panggilan keluarga pada umumnya.

"Cewek tadi siapa, Mas?" tanya Gio dengan wajah semangat.

"Cewek yang mana?" Yudha mengerutkan keningnya menatap Gio.

Gio berdecak pelan. "Yang Mas Yudha lihat di rekaman CCTV."

"Ooo ... itu asisten rumah tangga baru yang dibawa sama Mama."

"Asisten rumah tangga?" tanya Gio tak percaya. "Yakin asisten rumah tangga secantik itu? Wajahnya manis banget lho, Mas," lanjutnya.

"Berarti tadi kamu ikut ngelihatin CCTV-nya lama ya?" Yudha menatap Gio curiga.

Gio meringis. "Habis seru banget, Mas. Dia semangat banget bersih-bersih rumah," sahutnya. "Budhe dapet dari mana sih asisten rumah tangga secantik itu? Dari yayasan ya?"

Yudha mengedikkan bahunya. "Aku juga nggak tau," jawabnya sekanannya.

"Kalo Mas Yudha udah ngerasa nggak cocok, biar kerja di rumahku aja, Mas."

"Dia baru kerja di rumahku satu hari. Sejauh ini kerjanya cukup bagus."

"Ya sapa tau Mas Yudha sukanya asisten rumah tangga yang udah berumur," sahut Gio. "Baru kali ini kan punya asisten rumah tangga yang masih muda dan bening gitu."

Yudha membenarkan ucapan Gio. Asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya minimal usia empat puluh tahun. Atau kadang bisa lebih tua dari itu. Ia berpikir kalau punya asisten rumah tangga masih muda, pasti akan sibuk bermain ponsel sepanjang hari. Atau paling parah akan telfonan dengan pacarnya setiap saat. Hal ini pernah dialami oleh Mamanya yang memiliki asisten rumah tangga dengan usia muda. Makanya itu ia menghindari untuk memiliki asisten rumah tangga yang masih muda.

"Aku bakal sering main ke rumah Mas Yudha," celetuk Gio semangat.

"Ngapain?" Yudha menaikkan sebelah alisnya.

"Ya, mau lihat cewek itu lah," jawab Gio dengan cengengesan.

"Mirna. Namanya Mirna," sela Yudha.

"Iya, mau lihat si Mirna," ucap Gio semangat.

"Kamu kayak kurang kerjaan aja. Ke rumahku cuma mau lihat si Mirna," ucap Yudha geleng-geleng kepala.

***

Mirna mengambil jaketnya untuk melapisi kaos lengan pendek yang saat ini ia pakai. Setelah memastikan rumah terkunci, ia langsung bergegas ke taman kompleks untuk menemui Jini. Begitu sampai di taman, ia melihat Jini sedang duduk di bangku kayu yang menghadap ke wahana bermain anak-anak.

"Lama ya?" tanya Mirna.

Jini menoleh kemudian menggeleng. Ia menyerahkan bungkusan bewarna hitam kepada Mirna. "Aku beliin yang harga satu juta lima ratus. Katanya ini udah paling bagus di-range harga segitu."

"Makasih, Jin."

"Kamu beneran kerja jadi asisten rumah tangga?" tanya Jini memastikan.

Mirna mengangguk.

"Bukan jadi sugar baby laki-laki beristri kan?" tanya Jini berbisik.

"Astaga!" seru Mirna terkejut. "Nggaklah. Emang mukaku bakal laku kalo dijadiin sugar baby pria hidung belang?"

"Kamu cantik tau. Aku takut ada Om-Om yang godain kamu, makanya kamu disuruh tinggal di sini."

Mirna mendesah pelan. "Nggak mungkinlah. Udah, kamu jangan mikir yang macem-macem."

Gara-Gara Paylater (Completed)Where stories live. Discover now