Bab 7

42.9K 5K 166
                                    

Ternyata setengah jam setelah kedatangan Leona ke rumah, Bu Ningsih langsung pamit pergi. Ada satu mobil yang sudah menjemput Bu Ningsih di depan rumah Yudha. Beliau bilang kalau itu adalah temannya yang akan ikut menghadari undangan nikah di Banyuwangi.

Mirna langsung merasa linglung ditinggal berdua saja dengan Leona. Dia yang jarang berinteraksi dengan anak kecil, tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Interkasinya bersama anak kecil hanya sebatas dengan saudara sepupunya. Itupun saudara sepupu jauh yang intensitas bertemunya bisa dibilang sangat jarang.

"Mbak Mirna kita main yuk," ajak Leona menarik tangan Mirna.

"Main? Mau main apa?"

"Main di kamarku."

Mirna pasrah dan mengikuti kemana gadis kecil itu membawanya. Sampai di lantai dua, ia berdiri di depan pintu kamar yang tidak boleh dibersihkan olehnya. "Ini kamar kamu?"

Leona mengangguk. Ia memegang ganggang pintu dan langsung membukanya. Begitu pintu terbuka, suasa pink dan putih terlihat mendominasi ruangan. Ia langsung mengambil rumah barbie-nya dan menyusunnya di atas karpet tebal.

Mirna hanya mengikuti Leona. Ia duduk tidak jauh dari Leona yang tengah menata rumah barbie-nya.

"Mbak Mirna suka main barbie nggak?" tanya Leona mengangkat pandangannya dari rumah barbie.

"Eh--" Mirna menggaruk tenguknya yang tiba-tiba merasa gatal. "Iya, dulu suka." Jawaban ini memang tidak bohong. Walaupun tinggal di desa, tapi mainan yang dimiliki Mirna saat masih kecil bisa dibilang sangat lengkap. Kakek dan Neneknya dari pihak Ibu adalah seorang pengusaha sukses di daerahnya. Sedangkak Kakek dan Nenek dari pihak Bapak, merupakan juragan sawah dan tanah. Bahkan sawah-sawah yang dimiliki oleh Bapaknya saat ini, beberapa merupakan warisan dari Kakek dan Neneknya. Keluarga Mirna bisa dibilang cukup terpandang dan dianggap paling kaya di kampungnya. Dari kecil hidupnya juga nggak pernah kekurangan. Bahkan bisa dibilang sampai sekarang. Jadi, mainan mahal seperti barbie pasti bisa didapat dengan mudah.

"Ini pasangannya barbie." Leona menunjukkan apa yang ia pegang.

"Ken," ucap Mirna tanpa sadar.

Mendengar itu Leona langsung heboh. "Wah, Mbak Mirna hebat. Tau pasangannya barbie," ucapnya kagum. "Bunda aja nggak tau lho kalo Barbie itu pasangannya Ken," lanjutnya.

"Leona umur berapa?" tanya Mirna penasaran.

"Umur tujuh tahun. Sekarang udah kelas satu."

"Sekolah dimana?"

"Di dekat rumah," jawab Leona sambil menggerakkan barbie yang ada di tangannya.

Mirna mengulum senyum. Ia memperhatikan Leona yang sudah sibuk dengan mainannya sendiri. Mirna menyadari kalau Leona adalah anak yang ceria.

"Mbak Mirna sejak kapan kerja di rumah ini?" tanya Leona tiba-tiba.

"Baru aja," jawab Mirna.

"Beberapa hari yang lalu aku diajak Bunda sama Om Sakti ke kebun binatang," ucap Leona mulai bercerita.

"Om Sakti itu saudaranya Bunda?"

Leona menggeleng. "Om Sakti itu pacarnya Bunda."

"Eh?"

"Aku sama Bunda kalo pergi-pergi selalu sama Om Sakti," ucap Leona dengan wajah berubah sendu. "Pernah aku mau pergi berdua aja sama Bunda, eh tiba-tiba Om Sakti ikut. Kadang mereka juga pergi berdua tanpa aku," lanjutnya.

"Emang Om Sakti nggak baik sama Leona?" tanya Mirna.

"Baik kok," jawab Leona cepat. "Tapi kadang aku maunya jalan-jalan berdua aja sama Bunda. Nggak mau Om Sakti ikut."

Gara-Gara Paylater (Completed)Where stories live. Discover now