Bab 9

41K 5K 116
                                    

Mirna terbangun saat mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Ia meraba sisi tempat tidurnya, mencari keberadaan ponselnya. Jam menunjukkan pukul delapan malam. Ia tertidur setelah mendapat pesan dari Yudha kalau ia tidak perlu memasak untuk makan malam. Suara ketukan pintunya kembali menyadarkan Mirna dan membuatnya turun dari kasur. Dengan cepat ia menguncir rambutnya dan membuka pintu kamar.

"Lagi tidur ya?"

Mirna mengucek matanya. "Maaf, Pak. Saya ketiduran."

Yudha menyerahkan bungkusan plastik pada Mirna. "Saya belikan makanan buat kamu makan malam."

Mirna menerima dengan tersenyum. "Makasih, Pak."

"Sama-sama," balas Yudha.

Mirna menutup pintu kamarnya setelah Yudha berlalu dari hadapannya. Ia masuk ke kamar dan membuka bungkusan plastik yang tadi diberikan oleh Yudha. Isinya ternyata nasi dan beef yakiniku dengan porsi besar. Ia membuka plastik yang kecil yang ada di dalamnya, ternyata berisi chicken karage dan egg roll. Melihatnya saja sudah mampu membuatnya merasa lapar. Ia bergegas keluar kamar untuk mengambil alat makan dan air minum.

Makan malam kali ini, Mirna memutuskan makan di kamar sambil menonton youtube. Meski baru beberapa hari bekerja menjadi asisten rumah tangga, ternyata pekerjaan ini cukup menyenangkan. Bagi sebagian orang memang mengerjakan pekerjaan rumah memang melelahkan. Tapi bagi Mirna yang sudah terbiasa sejak kecil, ini seperti rutinitasnya. Bedanya rumah Yudha memang berukuran lebih besar daripada rumahnya. Beberapa hari membersihkan rumah Yudha, Mirna pasti bisa menjaga bentuk tubuhnya meski harus menghabiskan banyak makanan. Karena semua lemak yang ada di dalam tubuhnya ikut terbakar saat ia sedang bersih-bersih.

Selesai makan, Mirna keluar kamar untuk membuang sampah dan mencuci peralatan makan yang ia gunakan. Sebelum mematikan lampu dapur, sekilas Mirna melihat Yudha tengah duduk di ruang tengah yang lampunya sudah berganti menjadi remang.

"Mirna," panggil Yudha menatap ke arah dapur. Ia mendengar suara keran air dimatikan membuatnya sadar kalau perempuan itu yang baru selesai mencuci piring. Dan saat ia menoleh, memang benar Mirna berdiri di dekat tembok untuk mematikan lampu.

"Iya, Pak?" Mirna mengurungkan niatnya untuk mematikan lampu dan langsung menghampiri Yudha.

"Tolong buatkan saya kopi," pinta Yudha.

Mirna ragu untuk langsung mengiyakan. Kopi yang dikonsumi Yudha adalah kopi hitam. Kopi yang bisa membuat orang terjaga. Dan Mirna ragu untuk mengiyakan karena jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

"Mirna, saya minta tolong buatkan kopi," ulang Yudha.

"Mau teh aja nggak, Pak?" tanya Mirna menawari. "Takutnya kalo minum kopi, Pak Yudha nggak bisa tidur," lanjutnya memberi alasan.

Tanpa sadar Yudha mengangkat kedua sudut bibirnya. Sudah lama rasanya tidak mendapat perhatian seperti ini. Bahkan asisten rumah tangganya yang lama selalu memberikannya kopi meski ia minta di atas jam sepuluh malam.

Melihat respon Yudha yang tiba-tiba tersenyum, membuat Mirna kebingungan. "Pak?" panggilnya.

"Yaudah, teh hangat satu."

"Sebentar, saya buatkan dulu, Pak." Mirna langsung bergegas ke dapur untuk membuatkan Yudha secangkir teh hangat. Ia membawa teh itu ke ruang tengah dan meletakkan di atas meja, tepat di hadapan Yudha.

"Makasih ya."

"Sama-sama, Pak."

"Mirna," panggil Yudha sebelum Mirna berbalik badan.

"Pak Yudha ada perlu lainnya?"

Yudha menggeleng. Ia menyesap teh yang dibuatkan Mirna dengan perlahan, merasakan sensi hangat menjalar ke tenggorokannya. "Tadi Leona beliin sesuatu buat kamu."

Gara-Gara Paylater (Completed)Where stories live. Discover now