dua

911 105 7
                                    

Haihaiii chapter dua di sini! Happy reading!


****

Kiran mengetuk-ngetukan penanya di atas meja samping keyboard, kepalanya bahkan terlungkup di atas meja. tuktuktuk bunyi sebuah pena yang asik mencumbu meja. 

Hembusan nafas berat terdengar dari kubikel sebelahnya. "Lo kenapa masuk sih Ran, bukannya kemarin udah dikasih surat izin sakit juga?" Sasa bertanya pada Kiran yang masih setia menelungkupkan kepalanya di atas meja kerjanya itu. 

"Tanggung, laporan juga bentar lagi selesai. Jadi Gue bisa bener-bener istirahat tanpa diganggu gugat," setelah mengucapkan hal itu gadis berambut sepunggung itu mengangkat kepalanya. 

"Arghh! Kaget Gue Ran, Ya Tuhan!" Wisnu berucap kaget, pria itu sepertinya baru kembali setelah menghadap pak Bram sekitar satu setengah jam yang lalu. Mukanya tampak kusut, pasti ada apa-apa nih. 

Salsa tergelak kaget melihat reaksi terkejut Wisnu yang bisa dibilang mm agak sedikit girly. "Loh Wisnu bisa ngucap juga ternyata, biasanya Lo udah ngeluarin peliaran Lo sekebon binatang itu," ucap Sasa masih tergelak.

"Yee, lo kira gue nggak inget Tuhan apa. Gue pingin tobat ah," ucap pria itu sembari berjalan menuju kubikelnya yang ada tepat di depan Sasa. Kubikel sebelahnya kosong, itu sebenarnya tempat mbak Lily, beliau sedang cuti melahirkan anak pertamanya. Dan salah satu alasan yang membuat pak Bram gampang marah juga, dikarenakan pekerjeaan mereka sedikit terhambat karena mbak Lily yang sedang cuti tersebut. 

"Aamiin, gue aamiinin paling serius loh Nu." ucap Sasa kembali. 

"Kenapa lagi tu anak?" Wisnu berbisik ke arah Sasa, sembari pandangan matanya diarahkan kepada Kiran yang penampilannya seperti ODGJ (orang dengan gangguan jiwa). Rambut panjangnya awut-awutan, tentu saja wajahnya yang terlihat lesu dan yang paling mengganggu, hembusan nafas beratnya itu seperti kuda yang sedang kelaparan. 

"Biasalah," ucap Sasa menimpali, kemudian gadis itu berkutat kembali pada kerjaannya. Terbukti ruangan yang sudah dipenuhi dengan suara hentakan keyboard kembali. 

***

"Ma, Kiran pergi dulu ya. Mau ketemu sama Miranda sama Seva juga," Ucap Kiran menghapiri mamanya yang sedang asik menonton sinetron di ruang tengah rumah mereka. 

"Jangan malem-malem pulangnya," ucap mama Hana menyambut tangan Kiran agar bisa diraih oleh gadis itu. 

Setelah berpamitan pada sang mama Kiran mengambil motor metik yang ada di garasi, dan pergi berlalu meninggalkan rumah minimalis berlantai satu itu. Gadis itu tentu saja bohong, ia bukan ingin menemui Seva dan Miranda, kedua sahabatnya itu terlampau sibuk untuk diajak bertemu. Iya, sibuk bucin maksudnya. 

Kirana sudah membuat janji dengan dokter Sadewa melalui Suster jaga kemarin yang diketahui bernama suster Bila. Untung saja buka praktiknya sampai jam 21.00, jadi gadis itu masih sempat mendaftar. Ya, walaupun menjadi pasien dengan nomor urut terakhir sih, siapa tau kan bisa jadi yang terakhir untuk dokter Sadewa hehe. Ngawur! Sepertinya gadis ini terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan. 

"Selamat malam Ibu Kirana, jadi apa keluhannya hari ini?" Tanya dokter Sadewa, Kirana seperti tidak asing dengan dokter yang berada di hadapannya ini, sebenarnya dari pertemuan pertama mereka beberapa hari yang lalu sih. Tapi siapa ya? 

"Perut saya masih berasa kembung dok, rasanya nggak nyaman banget," ucap Kiran menceritakan keluhannya.

Dokter Sadewa mengangguk-anggukan kepalanya, "oke, kita periksa dulu ya."

Let's Get MarriedWhere stories live. Discover now