tiga

719 89 4
                                    


Kesamaan nama tokoh, latar, tempat, waktu, suasana, dsb. bukanlah sesuatu yang disengaja. Cerita ini juga tidak berniat menyinggung pihak manapun.

Selamat hari minggu dan happy reading!

****

Kirana ditarik paksa dari lamunannya. Keesokan harinya dia benar-benar menyerahkan surat izin sakit pada pak Bram selaku kepala divisi.

Walaupun dengan berat hati, pak Bram tidak bisa menolak lagi. Dikala surat keterangan sakit dari dokter mampu membungkam mulut atasannya yang sudah siap untuk dipakai misuh-misuh itu.

Kemarin malam, gadis itu meminta dokter Sadewa untuk membuatkannya surat izin sakit selama tiga hari. Ya walaupun badannya sudah merasa baikan, tapi tak apalah. Hitung-hitung membayar rasa sakitnya yang hampir satu minggu itu.

Mengingat kembali obrolannya dengan dokter Sadewa, eh tunggu ataukah dia sekarang boleh menyebut pria itu dengan panggilan kak Sade seperti kata nya kemarin? Padahal Kiran ingin sekali memanggil pria itu dengan sebutan mas, biar lebih gimana gitu.

Gadis ini benar-benar! Sudah dikasih hati malah minta jantung. Eh? Emang kak Sade sudah memberi hatinya pada Kiran kah?

"Woy!"

Seorang pria dengan dengan seragam dinas salah satu perusahaan BUMN itu memasuki kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Dan lebih membuat sebal adalah karena laki-laki itu dengan seenaknya meraup mukanya.

"Huek! Bau ikan asin!" Teriak Kiran dengan penuh drama. Gadis itu bahkan menutup pangkal hidungnya dan mengerngit jijik. Menatap sang abang bagaikan kuman yang harus dihindari.

"Enak aja, abang nggak pegang ikan asin ya. Mulut kamu sembarangan aja!" Ucap laki-laki itu tak terima.

"Waalaikumusalam," ucap Kiran menyindir dengan gaya.

"Hehe, iya Assalamualaikum adiku yang paling jelek Kirana adiknya bang Keano yang paling ganteng se dunia," ujar keano dramatis.

"PD gilak lo bangke."

"Apa lo bilang? Sini lo sini!"

Keano mengalungkan sebelah tangannya dan meraup muka adik satu-satunya itu.

"Mama! Arghh! Tolong kiran!" Teriakan super melengking itu mampu membuat Hana, sang mama menggeleng dari ruang tengah. Sudah biasa, jika anak lelakinya itu pulang, suasana rumah akan menjadi ramai seperti pasar.

***

"Apa lo bang ke?"

"Kiran!" Mama Hana menegur Kiran yang memanggil abangnya dengan plesetan tidak baik itu.

"Tau ni Kiran ma, marahin aja tu!" Keano balik mengompori sang mama agar menegur Kiran lebih keras.

"Kean, kamu juga sama. Nggak malu apa udah punya istri begitu," ucap sang mama kembali menegur Keano.

"Iya ya, bisa-bisanya mbak Sarah suka sama pria modelan bang Kean gini?"

Sarah yang ada di seberang meja Kiran hanya tersenyum saja menanggapi pertengkaran imut dua saudara ini, sudah biasa.

"Namanya cinta ya sayang," Kean mencium sayang puncak kepala istrinya, membuat sang mama tersenyum senang sedangkan Kiran mendelik jijik dipameri adegan sayang-sayangan seperti itu.

"Lo mau kayak gini? Buruan cari jodoh dong mangkanya," ucap Keano pada Kiran yang sedang asik melahap makan siangnya.

Mereka saat ini sedang ada di meja makan. Abangnya sudah menikah satu tahun yang lalu, dan sudah punya rumah sendiri. Hari ini abangnya dan kakak iparnya itu hanya melakukan kunjungan rutin untuk melihat mama Hana saja. Dan tentu saja membagikan kabar baik, kakak iparnya itu sedang mengandung sekarang.

Let's Get MarriedWhere stories live. Discover now