tigabelas

421 56 1
                                    

Selamat malam minggu jombs, happy reading!

*****

Katanya malam minggu adalah malam kesengsaraan bagi para jomblo. Banyak jomblo-jomblo ternistakan katanya. Kecuali bagi Kiran ya, seperti yang kita ketahui perempuan itu sudah meresmikan hubungannya dengan Sadewa beberapa waktu lalu. Dengan begitu, musnahlah sudah gelar keramat itu dari belakang namanya. 

Kirana saat ini sedang berada di dalam kamarnya yang terlihat sedikit berantakan. Beberapa potong baju teronggok tidak berdaya di atas tempat tidurnya. Jangan tanya perbuatan siapa, tentu saja perbuatan Kirana demi bisa tampil cantik di hadapan Sadewa. Katanya laki-laki itu akan mengajaknya keluar malam ini, ekhem. 

Rambut sebahu gadis itu dibiarkan tergerai. Sedari tadi dirinya hanya berkutat dengan cermin yang lumayan besar pada meja riasnya itu. Jika sang cermin dapat bicara, mungkin dirinya akan berteriak sebal dikarenakan bosan hanya memantulkan wajah gadis itu saja. 

Tak lupa, senyum yang tak pernah luntur dari bibir merah muda gadis itu. Sesekali kekehan geli juga keluar dari mulutnya. Tunggu, apakah gadis itu sudah terkena virus gila? Oh tidak, sepertinya ini adalah virus cinta. 

***

Setelah berpamitan dengan mama Hana, Sadewa juga Kirana berjalan ke arah mobil pria itu. Seperti pria sejati Sadewa membukakan pintu mobil di sisi kiri, agar Kiran tidak lagi bersusah payah untuk itu. Pipi gadis itu jadi bersemu merah. Membayangkan adegan saat ini berubah menjadi sang pangeran yang sedang membantunya menaiki kereta kuda. 

"Makasih mas," ucap Kirana dengan senyuman cantik yang terpatri di bibirnya itu. 

Sadewa membalasnya dengan anggukan dan juga senyuman kecilnya. Argh! Tentu saja membuat ketampanan laki-laki itu bertambah berkali-kali lipat. 

Tenang Kirana, tenang! Kamu tidak boleh pingsan di sini! 

***

Kiran meminta Sadewa untuk membawanya ke pasar kuliner malam. Bukan tempat yang mewah memang, tetapi gadis itu terlihat sangat bahagia. 

Ada satu bungkus lumayan besar arum manis di tangan kiri gadis itu. Bukan maksud Sadewa menyuruh gadis itu untuk membawa sendiri makanannya. Tetapi kedua tangan laki-laki itu juga sudah penuh oleh jajanan-jajanan yang diminta oleh Kirana. 

"Kiran kira mas Sade nggak bakalan mau pergi ke tempat kayak gini," Kirana berucap dengan memeluk satu buah bungkusan besar arum manis, hingga membuat gadis itu tampak lebih lucu. 

Sadewa memandang Kirana yang ada di sebelah kanannya, Laki-laki itu meminta Kirana memegang ujung jaket denim dongker bagian belakang agar gadis itu tidak terpisah darinya. Karena tempat ini lumayan ramai.  

"Kenapa bisa mikir gitu?" Tanya pria itu penasaran. 

"Mas Sade kan dokter, biasanya kan kayak ketat banget sama hal-hal yang berbau kesehatan. di sini kan banyak makanan-makanan yang terpapar debu, di pajang terlalu lama di ruangan terbuka, makanan yang dibakar-bakar, dan gitu-gitu deh."

Ah, Sadewa paham maksud Kirana ini. "Kalau mas pribadi biasa aja sih, kalau sekali-sekali boleh lah," jawaban Sadewa barusan mampu membuat Kiran mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. 

"Ayo kita cari tempat duduk, kamu jangan lepas pegangannya ya," ucapan Sadewa hanya diangguki singkat oleh Kiran. 

Pasar kuliner ini diadakan di tempat yang bisa dibilang tempat bermain anak. Mirip juga dengan taman, dikarenakan memang ditanami tumbuhan-tumbuhan dan juga bunga-bungaan. Terdapat pohon rindang juga, dan tentunya bangku-bangku yang menyebar di banyak sisi dari tempat ini. 

Let's Get MarriedWhere stories live. Discover now