empatbelas

419 65 0
                                    


Mohon banyak bila masih banyak typo. Tolong bantu koreksi ya. Happy reading!

*****

H

ari ini jadwal Kirana dan juga keluarganya untuk fitting baju pengantin. Hari ini juga mereka sekalian melakukan testing menu apa saja yang akan ada di acara pernikahan mereka. Kirana dan juga Sadewa tidak melakukannya secara bersama-sama. Kata mamanya dan calon mama mertuanya sih mereka lagi dipingit. 

"Nah Kiran gimana? Suka nggak sama kebayanya?" 

Mama Lisa, calon mertuanya itu bertanya pada Kirana. Ia memandangi calon menantunya dengan pandangan kagum. Ternyata baju pilihannya sangat pas di tubuh gadis itu. 

"Suka ma," jawab Kirana. Gadis itu masih berdiri di depan kaca besar yang menyugukan pantulan dirinya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Memandangi kebaya berwarna putih tulang dengan motif elegan yang sedang dikenakannya saat ini. Kiran memang tidak perlu meragukan selera calon mama mertuanya. Simpel dan juga elegan, seperti apa yang dia mau. 

"Wah, coba aja kalo Sadewa ada di sini ya jeng. Pasti tu anak nggak ngalihin pandangannya lagi," ucap mama Lisa dengan melayangkan pukulan ringan pada mama Hana yang berada tepat di sebelahnya. 

Ucapan dari calon mama mertuanya barusan mampu membuat pipi Kirana tampak memerah malu. Apa iya Sadewa akan melakukan hal seperti yang dikatakan mama Lisa? 

Kirana beberapa kali mengganti kostum dikarenakan pernikahan mereka akan dibagi menjadi tiga sesi. 

Sesi pertama yang akan dilaksanakan pada pagi untuk akad nikah dengan menggunakan kebaya berwarna putih yang sempat ia kenakan tadi. Kemudian sesi kedua akan dilakukan di hotel mewah yang disponsori langsung dari adik sang calon papa mertua. Hitung-hitung hadiah kecil untuk pernikahan keponakan tersayangnya kata om Haris waktu itu, iya cuma. 

Jika sesi kedua diadakan khusus untuk tamu kolega-kolega dan juga kenalan dari pihak perempuan dan laki-laki maupun pihak keluarga keduanya. Maka khusus sesi ke tiga yang diadakan di malam hari akan mengusung tema garden party yang akan di adakan di area outdoor.

 Apakah mereka tidak takut hujan? Tentu saja, tetapi menurut ramalan cuaca dari BMKG mengatakan bahwa minggu depan yang berarti kurang  dari tujuh hari lagi. Cuaca akan tetap terang benderang. Ya percaya nggak percaya sih, tapi bismillah aja lah ya. 

Nah sesi ketiga ini khusus diadakan untuk keluarga dan teman-teman dekat dari mempelai perempuan dan juga laki-laki. Aggar suasana menjadi lebih intimate. Bisa dikatakan acara khusus anak muda lah. Acaranya juga tidak formal, bahkan temanya casual. Tema khusus yang diminta oleh Kirana, yang langsung diiyakan oleh Sadewa waktu itu. 

Habisnya kalau pernikahan mereka diadakan secara sederhana, ya itu sudah pasti tidak akan mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga Sadewa begitu juga abang dan mamanya. Ya, you know lah ya. 

Untuk jalannya acara nanti, mereka sudah sepakat untuk menyewa jasa WO. Kenapa? Karena kata mama mertuanya dan juga kak Sarah yaitu istri bang Kean. Mereka harus menyewa WO dikarenakan agar jalannya acara lebih terorganisir dan juga tertata rapih. Ya Kirana dan Sadewa pada saat itu manut saja pada yang sudah berpengalaman. Lagian sarannya juga bagus kok. 

***

Sekarang tinggalah mama Hana, mama Lisa dan juga Kirana. Mereka saat ini sedang berada di hotel om Haris. Tetapi pria itu tidak bisa ikut mengantarkan mereka berkeliling dikarenakan dua hari yang lalau harus mengurus hotel cabang di luar kota, biar bisa fokus pada acara keponakan tersayang nanti katanya. 

"Ini ada berbagai macam menu western dan juga tradisional, saya yang ditugaskan pak Haris untuk membantu sekaligus memandu Ibu Lisa, Ibu Hana dan juga mbak Kiran. Pesan beliau, bila Ibu Lisa, ibu Hana ataupun mbak Kirana ingin request menu lain juga sangat diperbolehkan," ucap pak Adam, beliau selaku kepala koki di hotel ini. 

"Nah Kiran dan jeng Hana maunya gimana?" 

Kirana yang mendapatkan pertanyaan tersebut mendadak tersenyum canggung. Ia mendadak bingung dikarenakan menu yang ternyata banyak sekali. Mereka memang diberikan buku menu, tetapi ada makanan yang memang sudah redy untung dicicipi. Dan apabila ada permintaan lain, nanti akan segera dibuatkan saat itu juga. Kurang lebih itu sih yang dikatakan Chef Adam tadi. 

"Kirana bingung ma," ucapnya dengan senyum yang tampak menggemaskan. 

"Haduh, apa mau dicicip satu-satu aja?" Mama Lisa memberikan saran pada calon menantunya yang tampak sedang kebingungan itu. 

"waduh jeng, yakin apa perut kita muat?" 

Perkataan mama Hana barusan langsung mengundang gelak tawa orang-orang yang ada di sana. 

"Nanti Kirana malah naik berat badannya loh, jeng."

"Nggak papa dong, biar enak kalo dipeluk. Ya kan, sayang?"

Apa iya? Ah, calon mama mertuanya ini memang bisa sekali. 

"Ya jangan dong jeng Lisa, kita kan fitting bajunya udah fix. Masa nanti mau ngerubah lagi?" Kata mama yang diangguki Kiran dan juga mama Lisa. Ada benarnya memang, kan revisi gaun yang sudah mepet itu bukan perkara mudah. Sebenarnya Kirana bukan tipe orang yang berat badannya gampang naik kalau makan banyak. Yang tadi itu cuma bercanda rupanya. 

"Gimana kalau chef Adam bantu rekomendasiin?" Tanya mama Lisa meminta persetujuan pada pria itu.  

Chef  Adam tersenyum, tentu saja lelaki itu tidak keberatan. "Mari bu, saya bantu rekomendasikan."

***

Kirana sedang membaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang berwarna biru dengan motif bunga-bunga. Tidak tidur, hanya sekedar mengistirahatkan badannya yang terasa lumayan lelah dikarenakan jadwalnya yang cukp padat hari ini. 

Baju sudah fix, kemudian untuk menu makanan ataupun minuman juga sudah ditentukan. Semua sepertinya sudah berjalan sesuai dengan rencana. 

Untuk sekarang sepertinya Kirana akan lebih fokus ke persiapan mental. Sisanya Kiran percayakan pada keluarganya dan keluarga calon suaminya. 

Mereka baru pulang sore tadi sebelum azan magrib berkumandang. Saat ini jam sudah menunjukan pukul 20.03, Kirana sudah menyelesaikan ibadahnya beberapa menit yang lalu setelah makan malam dengan sang mama tentunya. 

Handphone Kirana yang berada di atas nakas dekat kepala ranjang itu bergetar. Gadis itu memang jarang menyisipkan nada dering pada hp nya itu. 

Gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk bersila setelah berhasil meraih handphonnya. Bukan sebuah telpon melainkan pesan singkat dari Sade, iya calon suaminya. 

"Tumben dia nggak nelpon?" Tanya Kiran pada dirinya sendiri. 

Perlahan ekspresi gadis yang sedang berfokus pada sebuah handphone di tangannya itu berubah, menghasilkan sebuah senyuman manis yang terbit pada bibir kepunyaannya. 

Calon suaminya itu bilang, maaf karena tidak menelpon. Katanya sih agar tidak mengganggu waktu istirahat Kirana yang sudah pasti lelah menghadapi jadwal panjang hari ini. 

Apakah ini bisa dibilang romantis? Apakah sikap Kiran nya saja yang terlalu berlebihan? Sepertinya opsi kedua lebih masuk akal. 

Gadis itu menggeleng cepat. "Nggak boleh berspekulasi dan nyimpulin apa-apa sendiri, harus percaya sama mas Sade," ucap Kiran pada dirinya sendiri. 

Tbc...

*****

Let's Get MarriedWhere stories live. Discover now