duapuluh

728 47 1
                                    

4 tahun kemudian,

Waktu bergulir sedemikian rupa. Kirana dan Sadewa sudah cukup banyak melewati berbagai macam momen pada kehidupan rumah tangga mereka.

Empat tahun lalu adalah salah satu tahun yang amat membahagiakan bagi Sadewa dan juga Kirana. Tidak hanya mereka, tentu saja kedua belah pihak keluarga juga ikut berbahagia.

Kiran berhasil melahirkan seorang putri cantik bernama Vein Magika Danendra, dengan berat 2,8 kilo gram, dan dengan panjang 54 centi meter tanpa kurang satupun.

***

Saat ini sedang ada acara makan malam keluarga di kediaman Danendra. Jangan tanyakan lagi siapa pemeran utamanya, setelah Vein lahir ke dunia ini semua perhatian seolah tertuju pada gadis kecil itu. Anak itu sungguh menjadi wujud nyata dari kata dirayakan.

Dari mulai kedatangannya yang sudah amat ditunggu-tunggu hingga gadis kecil itu tumbuh sampai sebesar ini.

Ruang keluarga pada kediaman Danendra itu penuh riuh dialiri dengan gelombang gegap gempita. 

Tawa Vein menggelegar bagaikan kidung bahagia yang memenuhi ruangan ini. Perhatian semua orang dalam ruang keluarga hanya tertuju pada gadis kecil itu. Sedangkan sang pusat perhatian sibuk memperhatikan benda layar datar berukuran besar yang sedang memutar video dari kanal youtube khusus anak, Cocomelon.

"Vein udah ngantuk belum?" Reza, selaku sang opa dari gadis kecil itu bertanya penasaran. Nada lembut pria itu haturkan pada cucu perempuan pertamanya.

Vein menggelengkan kepalanya, "Belum, Opa," ucapnya menggemaskan, matanya berfokus sejenak kepada sang Opa untuk menjawab pertanyaan dari laki-laki yang sudah beranjak tua, terlihat dari rambutnya yang sudah dihiasi uban disebagian besarnya.

"Vein mau nonton yang lain?" sekarang Oma gadis kecil itu yang bertanya. Namun lagi-lagi pertanyaan tersebut mendapat gelengan dari Vein sebagai jawaban.

"Mama, Vein mau tanam bunga juga," ucap Vein sembari menunjuk siaran dari kanal Youtube yang menampilkan anak-anak yang sedang bercocok tanam sembari bernyanyi.

"Vein mau tanam juga?" Kiran bertanya lembut pada putrinya itu. Kiran Lantas mengelus rambut Vein dengan sayang. "Vein, mau tanam apa?" Tanyanya lagi.

Gadis kecil itu tampak memikirkan pertanyaan sang Mama dengan serius. Seolah orang dewasa, dia bahkan bersedekap dada dengan satu jari mengetul-ngetuk bibirnya. Ah tidak, kelakuan gemas gadis kecil itu membuat orang-orang yang ada di ruangan itu terkekeh gemas. Bahkan Opa dan Omanya sudah sibuk mengambil gambar dan vidio Vein yang tampak menggemaskan di mata mereka sekarang.

"Sayul, boleh?" ucapnya cedel.

"Vein, mau tanam sayur?" ucap Kiran memastikan, lalu dijawab dengan sebuah anggukan semangat lengkap dengan senyum cantik yang terpatri di bibir gadis kecil itu.

"Coba tanya, Papa."

Sadewa yang sedari tadi menjadi pengamat itu mulai memfokuskan perhatiannya pada sang putri, tatkala langkah gadis kecil itu mulai menghampirinya.

"Papa," panggil Vein lembut dengan bergelendot manja di pangkuan Sadewa. Langkah kecilnya tampak lucu. Mengundang senyum dari orang-orang yang ada di sekitarnya.

"Iya, Vein, sayang," jawab Sadewa tak kalah lembut. Beginilah anaknya, jika ada mau pasti akan sangat super manja padanya, tapi apapun itu selagi baik, Sadewa akan berusaha memenuhi permintaan putri kecilnya itu.

"Vein, mau tanam sayul boleh?"

"Vein, yang tanam atau Papa, hm?"

"Papa, yang tanam. Nanti, Vein yang petik-petik sama Mama, ya, ya, ya?" Jurus andalan dikeluarkan oleh gadis kecil itu, mata hitam bulat yang dihiasi bulu mata lentik itu mengerjap lucu. Menatap Sadewa penuh harap sambil dikedip-kedipkan sesekali. Ah, Sadewa mana tahan kalau begini caranya.

Let's Get MarriedKde žijí příběhy. Začni objevovat