Issue 0.6 : Spartan : Mission Plan

638 87 2
                                    

Sebuah obat tidur yang Harry selipkan di gigi geraham palsunya berhasil membuat Draco terlelap saat mereka baru melakukan dua ronde hubungan seksual, merasa tidak ada pergerakan dari pria yang memeluk di belakangnya dengan hati-hati Harry bergerak untuk melepaskan kemaluan Draco dari dalam tubuhnya. Harry mendesis saat berusaha mengeluarkan  kemaluan Draco yang berukuran besar itu, sungguh ini pertama kalinya Harry berhubungan intim dengan lelaki. Rasanya sangat perih dan menyakitkan, di rasa telah terbebas dari tusukan milik Draco, Harry melepas rengkuhan manusia yang harus di lindungi nya ini. Kemudian ia menyeret tubuhnya menjauh.

Harry lagi-lagi meringis merasakan lubang analnya berkedut, cairan putih banyak keluar dari sana. Entah seberapa banyak Draco keluar di dalam dirinya, perut Harry terasa sangat penuh. Harry menarik napas panjang, di tatapnya sosok Draco yang terlelap dalam tidur.

Hatinya merasa tak tega telah melakukan hal sekejam ini pada Draco, cinta yang di milikinya begitu tulus. Sangat tulus, hingga Harry merasa tak pantas untuk mendapatkan semua afeksi yang Draco berikan padanya. Harry hanya memanfaatkan Draco malam ini, hanya untuk sebuah kelangsungan misi— membuat Draco membencinya, dan melupakan cintanya pada Harry.

Menarik selimut putih, dengan hati-hati Harry menyelimuti tubuh telanjang Draco. Tubuhnya sedikit condong ke depan, mengecup kening lelaki berambut perak itu lama. Jejari lentik Harry mengelus helaian halus di atas kepala Draco, memandangi paras tampan si lelaki primadona yang memikat pria atau wanita. "Maaf, mungkin tindakanku akan menyakitimu, Drake. Aku mencintaimu. Sayangnya, aku tak pernah pantas bersanding dengan mu. Sampai kapanpun."

Kecupan singkat Harry beri di bibir Draco, lalu ia beranjak dengan langkah terpincang-pincang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Harry tampak lebih segar usai membersihkan diri, jarum jam menunjukkan pukul satu dini hari. Ponselnya menunjukkan beberapa panggilan tak terjawab dari Ron dan Hermione, dia terlambat dengan pertemuan mereka. Harusnya Harry sudah ada di sana sejak pukul dua belas. Sebelum pergi, Harry kembali memandangi Draco. Ini mungkin terakhir kalinya ia bisa melihat Draco sebegini leluasa, sudut bibir Harry tertarik membentuk kurva cantik. Harry mendekati Draco, tubuhnya membungkuk sedikit. Sebuah ciuman selamat tinggal Harry bubuhkan di bibir dan kening Draco.

"Senang bertemu dengan mu kembali, Malfoy."

🎭

Rumah minimalis bertingkat dua, masih sama seperti terakhir kali Harry melihatnya. Hanya cat berwarna ungu pastel yang membedakan rumah ini dengan masa lalu Harry, beberapa mobil terparkir di pelataran. Penjaga berbadan besar dengan setelan hitam berdiri gagah di pintu masuk, Harry menunjukkan id card nya saat melewati mereka.

Tata letak ruangannya pun tetap sama seperti apa yang Harry ingat, kakinya melangkah membawa dirinya ke dapur di mana orang tuanya tewas. Harry melihat dari potret investigasi petugas forensik beberapa tahun lalu, banyak sekali darah menggenang di tempat ini. Entah dengan cara apa musuh membunuh orang tuanya hingga membuat dapur banjir darah.

"Aku pikir kau tak akan datang?" Suara seseorang menyentak Harry dalam keheningan, Harry menoleh ke sumber suara. Mendapati seorang wanita berambut pirang, itu mengingatkan Harry pada Draco.

Luna Lovegood, seorang model kenamaan di Inggris merangkap sebagai salah satu bangsawan yang bekerja pada Ratu Inggris. Sebelumnya ia tak tinggal di rumah yang dulunya keluarga Potter tinggali, namun setahun setelah pasangan Potter di temukan tewas keluarga Lovegood di giring untuk meninggali rumah ini.

"Apa pertemuannya sudah selesai?"

"Belum, mereka masih menunggu mu. Kemana saja?" Harry mendekati Luna, berjalan di sampingnya.

Mille Fleur | DrarryWhere stories live. Discover now