Issue 15 : Who is She?

635 85 6
                                    

"Fathel, sole ini Fathel beljanji untuk membangun Lego kan?" Bocah berusia dua setengah tahun itu menatap ayahnya yang sedang berkutat menyimpulkan dasi, Draco mengangguk. 

"Tentu, aku akan mengusahakan pulang lebih cepat dari biasanya." Draco mengecup kening Scorpius, mengambil tempat di sebelah kursi tinggi Sang anak.

"Seminggu ini kamu terus lembur, Drake. Ada baiknya mengambil waktu libur," ujar Narcissa, mata Draco malah mengerling pada kepala keluarga Malfoy.

Merasa di tatap oleh anak- istrinya, Lucius mengerutkan dahi dan bertanya. "Apa?"

"Luce, kalau memberi pekerjaan pada anakmu jangan terlalu banyak. Kasihan Scorpy, waktunya bersama Draco jadi berkurang." Narcissa berucap tajam pada suaminya, Draco mesem-mesem sendiri melihat Sang ayah kena semprot ibunya. Ia sungguh menikmati sarapan pagi ini.

"Itu sudah tanggung jawabnya sebagai pemimpin perusahaan," Lucius menjeda sebelum melanjutkan, "memangnya kau mau menjadi pengangguran, Draco?"

"Tidaklah, mana mau. Meski uang ku sudah banyak, aku masih perlu menabung untuk masa depan Scorpius. Walaupun, anak itu sudah banyak uangnya juga." Draco memelankan kalimat terakhirnya, Narcissa yang mendengar itu tergelak.

"Scorpy, jangan terlalu lama bermain di luar. Udara sedang panas-panasnya, tidak baik untuk kesehatan." Peringat Lucius.

"Yes, Glanpa." Scorpius menyahut patuh, lalu kembali fokus pada sarapannya.

"Apa jadwal mu hari ini?" Tanya Narcissa sembari menyeka sudut bibir Scorpius yang belepotan selai stroberi.

"Ada tiga meeting yang harus ku hadiri hari ini, bersama perwakilan perusahaan pariwisata, kepala kontraktor pembangunan Mall, dan terakhir bertemu investor perusahaan ekspedisi." Draco mendikte satu persatu jadwalnya, tangan kecil Scorpius menggapai-gapai serat kain kemeja bagian lengan atas Draco. Meminta atensi, "attention pweaase...."

Suara imut Scorpius mengalihkan perhatian Draco, kepalanya menunduk agar bisa melihat lebih jelas wajah Scorpius di sampingnya.

"Kenapa, Dear?"

"Aku ingin, bulung hantu lagi Fathel. Bial nanti, Hewwig punya teman!"

"Memangnya, kamu tidak menemani Hedwig?"

"Aku menemani Hewwig! Kata Glanpa Legulus, Hewwig halus punya teman laki-laki bial tak kesepian." Kepala Draco manggut-manggut, jarum jam menunjukkan pukul tujuh lebih. Ia harus bergegas berangkat atau Blaise akan berteriak tepat di lubang telinganya.

"Oke, nanti Father belikan burung hantu. Aku harus berangkat, jadi anak baik dan tidak boleh merepotkan Grandma." Draco  mendorong kursinya seraya bangun, di kecup singkat kepala Scorpius sebelum pergi.

"Okay, Scolpy selalu jadi anak baik buat Glandma!"

"Anak pintar."

Satu setengah tahun berlalu, pasca orang-orang WMI datang membawa berita mengenai Harry, Draco menjalani hari-harinya cukup baik. Kendatipun sesekali rasa rindu hinggap ia bisa mengatasinya dengan melihat pada sepasang mata hijau milik Scorpius, sedikit mengobati kerinduan Draco pada Harry.

Setiap malam, Draco akan mengucap syukur dan terima kasih atas kehadiran Scorpius dalam hidupnya. Ia tak bisa membayangkan seandainya Scorpius tidak pernah hadir dalam hidupnya ketika mendengar kabar mengerikan tentang Harry, apakah Draco mampu berdikari melawan arus kesepian dan kehilangan yang menghantam hidupnya. Sedikitpun tak pernah bisa Draco bayangkan. Ia tangguh berkat Scorpius.

Saat mobil yang Draco kendarai mendekati gerbang utama, matanya menangkap kehadiran Regulus sedang mengisap cerutu di pos jaga. Satu setengah tahun ini, pria itu sering berkeliaran di sekitar mansion. Katanya, sedang mengambil cuti tahunan. Rehat sejenak dari segala macam kesibukan yang menyita waktu, dan sekarang sepupu ibunya itu malah luntang-lantung tidak tahu mau melakukan apa. Draco hanya menyapa sebentar, menyuruhnya masuk ke dalam rumah untuk sarapan. Setelah itu, ia benar-benar meninggalkan rumah.

Mille Fleur | DrarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang