01 | Keputusan Yang Tepat

368 13 0
                                    

Aku tergerak mencari jawaban

Aku berjalan mencari alasan

Langit yang membiru

Hangat matahari berbisik padaku

Tolong beri kami waktu

Kunto Aji ft. Nadin Amizah, selaras.

***

Siapa pun yang mengalami hari-hari beratnya pasti akan melakukan apa saja untuk menenangkan diri. Entah memesan makanan favorit, menghabiskan seharian penuh di kamar dengan menonton serial kesukaan, atau pergi keluar tanpa arah dan tujuan yang jelas.

Netra hitam itu mengamati lalu lalang yang lewat. Burger dan kentangnya sudah tandas dia habiskan bermenit-menit lalu. Menyisakan soda yang hampir habis dan tulang dari ayam goreng spicy yang dia pesan.

Pandangannya memang tampak sedang memperhatikan kendaraan yang lewat di jalan raya, namun hati dan pikirannya sedang bergelut hebat untuk membuat sebuah keputusan.

"Cari kos di sana gampang-gampang susah. Apalagi kamu bukan orang asli sana, ngekos juga cocok-cocokkan."

Lagi, yang terngiang-ngiang di dalam kepalanya adalah suara Ibunya. Hal itu yang masih dia pikirkan baik-baik. Apakah keputusannya untuk memilih tinggal sendiri sudah sepenuhnya benar? Dia sendiri pun masih ragu.

Tapi, senyaman-nyamannya tinggal dengan sanak saudara tentu ada beberapa yang bikin sungkan dan enggan berlama-lama buat numpang hidup di sana. Hal itu yang membuatnya menjadi termenung akhir-akhir ini.

Ingin pulang ke rumah rasanya bukan sebuah pilihan tepat. Gadis itu merasa enggan meninggalkan Jogja meski hanya beberapa hari. Padahal dirinya pun bukan asli kota ini hanya kebetulan Tantenya menikah dengan orang asli Jogja. Menjadi alasan kenapa dia bisa berada di kota ini sekarang.

Bermenit-menit berlalu dengan ponsel yang masih bergetar karena pesan masuk. Gadis itu mendengus saat melihat pop up pesan yang masuk. Berusaha mengabaikannya karena energi untuk membuka semua pesan itu hilang. Untuk saat ini, dia membiarkan dirinya tenang tanpa gangguan siapa pun.

"Ibu mau masuk nggak? Biar sekalian pilih menunya apa."

Suara yang terdengar tidak jauh dari tempat dia duduk membuat perhatiannya teralihkan.

"Nggak usah, Mas. Ibu tunggu luar aja, ya? Itu antre banget e di dalem, Ibu duduk di sini aja." balas seorang Ibu paruh baya itu. Wajahnya cantik meski sudah termakan usia.

"Beneran, Bu? Saya pesankan sama kayak anak-anak yang lain, ya?"

Ibu itu mengangguk. "Iya, wes ndak papa. Sana kamu masuk sebelum antreannya makin panjang."

Cowok jangkung yang bersamanya tadi melenggang masuk ke dalam tempat makanan siap saji itu. Menyisakan si Ibu di luar yang seakan takdir lalu menghampiri gadis yang sedari tadi diam-diam mendengarkan percakapan keduanya.

"Permisi e, Mbak. Boleh numpang duduk sebentar?" Ibu itu bertanya halus. Senyumnya ramah sekali.

Gadis itu mengangguk sopan. "Nggih, Bu. Boleh, silakan duduk. Maaf berantakan, baru selesai makan soalnya." Dia berdiri sambil mempersilakkan Ibu tersebut duduk di hadapannya.

"Ibu nggak biasa datang ke tempat kayak gini."

Gadis di hadapannya tersenyum rikuh. Bingung untuk membalas apa, tapi dalam hati agak sedikit julid.

Kosan 210Where stories live. Discover now