08 | Mantai, Gas Ngeng.

68 12 0
                                    

Playlist :

• One Direction - Perfect
Aviici - Without You
• Taylor Swift – Style

***

Setelah melewati satu pekan yang cukup padat. Yang mana beberapa anak-anak kosan harus bolak-balik bimbingan serta revisian, akhirnya di penghujung pekan ini mereka berangkat untuk liburan singkat di pantai.

Sedari pagi tadi, Farris sudah sibuk mencari kacamata hitam miliknya. Benda itu wajib dibawa menurutnya karena dengan kacamata, Farris merasa akan lebih keren ketika difoto.

Begitu juga dengan Jazmi yang sedang kepusingan mencari celana pendeknya yang berwarna hitam itu. Cowok itu sudah mencari di lemarinya bahkan sampai ke jemuran.

"Buruan, woy! Keburu siang nanti makin panassss!" Devan berteriak dari ruang tamu. Dirinya sih, sudah bersiap-siap dari subuh tadi.

Aldo yang tengah memakai sepatunya terkekeh mendengar Devan berteriak seperti itu. "Sabar-sabar lo, ya. Belum lagi itu kosan anak-anak cewek. Pasti lebih lama siap-siapnya."

Devan berdecak agak sedikit sebal. "Iya, juga. Ini lo beneran nggak bisa ikut, Do?"

Setelah selesai mengikat tali sepatunya, Aldo beringsut dari duduknya. "Nggak ikut gue. Ada bimbingan hari ini. Have fun kalian!"

Cowok itu berjalan ke depan lalu mengeluarkan motornya dari ruang tamu. Memakai helm fullface hitam kemudian memanaskan motor miliknya.

Dari kejauhan Lia mengamati Aldo yang dengan jelas cowok itu bisa langsung tangkap. Aldo melihat jelas jika Lia memasang raut wajah sedih dan sebal saat melihatnya. Aldo membuka kaca helmnya, lalu terkekeh menatap Lia di tempat cewek itu berdiri.

"Gue sebel sama lo!" Lia berteriak mengatakannya, membuat Aldo tertawa dari balik helmnya.

"Masih pagi jangan teriak-teriak!" Devan ikutan menyambar. Padahal sama saja dia juga berteriak.

Aldo hanya tertawa melihat teman-temannya. Mau bagaimana lagi? Dosennya membuat jadwal bimbingan di hari Sabtu. Bertepatan dengan jadwal anak-anak kosan pergi main ke pantai.

Motor yang Aldo kendarai melewati depan kosan anak cewek. Dengan sengaja Aldo memberhentikan motornya tepat di depan Lia yang masih menatapnya dengan tatapan sebal. Masih dengan kekehan pelannya, Aldo turun dari motornya. Menghampiri Lia yang tingginya hanya sedagu cowok itu.

"Nggak usah ngambek gitu, kan gue bilang di lain waktu ke pantai sama guenya." Tangan besar milik Aldo mengacak-acak rambut hitam Lia.

Lia tidak menyingkirkan tangan Aldo itu. Dia hanya kembali berdecak sebal. "Kan jadi nggak lengkap personelnya, nih! Masa iya jadi ganjil?"

"Mau gimana lagi? Demi skripsi gue juga ini, Li. Sabar dulu, ya?"

"Keburu lo lulus terus balik Manado, nggak jadi kita ke pantai formasi lengkap."

Aldo lagi-lagi tertawa mendengarnya. Kenapa Lia segemas ini, sih?

"Nggak, dong. Gue udah janji jadi harus gue tepatin."

Lia mengacungkan kelingkingnya tepat di hadapan Aldo. "Janji dulu sama gue."

Mata Aldo melirik jari kelingking itu lalu kembali tertawa. "Janji, Li," ujarnya sambil menganggukan kepala lalu mengaitkan kelingkingnya dengan jari kelingking milik Lia. "bulan depan kita mantai lagi."

"Oke, gue pegang janji lo, ya?"

Lagi-lagi Aldo mengangguk dengan yakin, memastikan Lia percaya dengan janji yang sudah dia buat. "Janji, Lia."

Kosan 210Where stories live. Discover now