02 | Jajanan Klebengan

152 15 0
                                    

Sesuai dengan harapan Lia, sore ini cerah. Hal yang patut disyukuri saat akan pergi keluar ketika melihat kondisi cuaca yang cerah dan tidak mendung.

Rencananya sore ini ialah pergi berbelanja kebutuhan pribadinya. Lia terbiasa melakukan sesuatu sendiri, dirinya tak perlu repot-repot meminta bantuan atau ditemani belanja. Lia juga tidak seakrab itu dengan sepupunya. Selain karena mereka jarang ketemu karena sepupunya lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah juga karena Lia merasa canggung jika meminta tolong karena sepupunya itu cowok semua.

Sepulang kerja tadi dia bergegas mandi. Selesai mandi, Lia langsung buru-buru berdandan seadanya saja, toh, ke mana-mana dia selalu menggunakan masker. Ada alasan kenapa Lia terlihat buru-buru, sebab hari ini termasuk tanggal muda. Manna Kampus atau yang biasa disebut Mirota kampus adalah tujuannya sore ini.

Bagi mahasiswa Jogja tentu tempat ini cukup bersahabat untuk dijadikan sebagai tempat berbelanja keperluan sehari-hari. Selain karena harga yang murah dan banyaknya diskon, stok barang di sini cukup lengkap.

Seperti dugaan Lia sebelumnya, saat cewek itu sampai di Mirota, cewek itu berdecak sebab karena sudah mulai ramai. Sebenarnya Lia tidak ingin buru-buru belanja bulanan, tapi, stok sabun dan shamponya harus habis di saat bersamaan. Jadi dia pikir, lebih cepat akan lebih baik.

Suasana di dalam sudah mulai padat. Antrean panjang menguar di kasir. Bukan Lia tak suka dengan keramaian, hanya saja Mirota yang berada di dekat UGM ini tidak begitu luas. Jadi, mau tidak mau Lia harus berdesakkan saat mengambil barang belanjaan.

Saban hari rame terus, heran. Masa gue kudu ke Mirota yang di Godean, sih? Mager banget, buset.

Dengan terpaksa dan kaki yang agak malas, Lia terpaksa ikut menimbrung berdesakkan mencari belanjaannya.

Kudu kuat kaki ini mah. Mana kesabaran gue setipis tisu, berabeh kalo gue keceplosan di mari, nih.

Lia menghampiri rak satu dengan lainnya, mengambil barang-barang yang akan dibeli tanpa harus pura-pura memilih terlebih dahulu. Karena itu akan memakan waktu yang lebih lama lagi.

Setelah cewek itu memastikan semua list belanjanya terpenuhi, Lia mencari antrean yang tidak terlalu panjang. Matanya menyisir ke seluruh kasir di lantai dasar. Sialnya, benar-benar panjang. Dan terpaksa, cewek itu harus naik ke lantai dua untuk melakukan pembayaran.

Matanya menangkap salah satu baris antrean yang tidak terlalu panjang.

Nah, dapet. Di belakang mas-mas kemeja flanel item itu aja, deh. Belanjaannya kagak banyak syukurnya.

Menghela napas panjang, Lia menaruh keranjangnya tepat di belakang cowok yang sudah mengantre terlebih dahulu itu. Bermenit-menit terlewati. Bahkan semua aplikasi di ponselnya sudah Lia buka semua, antreannya masih belum mencapai kasir juga.

"Masnya ada uang sepuluh ribuan?" tanya si kasir saat sedang melakukan pembayaran.

Cowok yang berdiri di depan Lia itu segera membuka dompet dan mencari uang bernominal sepuluh ribu tersebut. "Wah, nggak ada, Mbak."

Impulsif, Lia mencolek bahu cowok itu yang membuat si pemilik kemeja flanel hitam itu langsung menoleh ke arahnya. "Iya?"

"Saya ada sepuluh ribuan." Lia mengatakannya sembari membuka dompet pinknya dan mengeluarkan uang tersebut. "Kamu bisa pake." Tawar Lia, cowok itu melihat sebentar ke arah uang yang tengah disodori Lia.

Kosan 210Where stories live. Discover now