16 | Hidup Kadang Kidding

41 6 0
                                    


Nothing stays the same and

Seasons keep on changin' as they do

And we're all still just

Stories above concrete

X amount of heartbeats

So, thank God for plot twists like u

—Niki, Plot Twist

***

Hari-hari terlewati, seluruh anak-anak kosan disibukkan dengan urusan masing-masing. Naufal dan Jazmi yang sebenarnya tidak janjian dalam merampungkan skripsi mereka, kebetulan pada waktu yang sama, skripsi yang mereka kerjakan telah selesai setelah melewati banyaknya perdramaan. Hanya perlu sedikit revisi saja, selebihnya mereka akan menyusul Aldo untuk melaksanakan wisuda.

Sementara yang lainnya masih bergelut dengan tugas-tugas perkuliahan. Farris sendiri mengambil pekerjaan paruh waktu di kafe milik Saki yang diberikan oleh orang tua cowok itu beberapa bulan yang lalu. Farris tentu saja senang bukan main. Selain dia belajar hal baru soal perkopian dan semacamnya, dia merasa keren. Memangnya cuma Hanan yang bisa jadi mas-mas barista?

Farris juga bisa! Alasan yang membuatnya begitu semangat untuk bekerja paruh waktu selain karena Saki yang menawarkan adalah cerita yang hampir setiap hari dibawakan oleh Letta. Farris hampir bosan mendengarkan Letta berceloteh tentang Hanan. Temannya itu begitu semangat saat menceritakan soal Hanan yang baru saja mengikuti kompetisi barista se-Jogjakarta atau Hanan yang mengajak Letta menikmati sore hari di Laguna pantai Depok pada pekan lalu.

Farris tidak iri karena dia jomblo. Hanya merasa aneh karena biasanya melihat Letta yang anti romantik dengan makhluk berbatang mendadak jadi bucin banget!

Seperti sekarang ini, keduanya sedang berada di salah satu kedai bubur yang belum lama dibuka. Ide Letta tentunya, karena Farris sendiri lebih suka makan di burjo. Akan tetapi, siang menjelang sore ini, Letta menarik paksa dirinya yang tengah asyik rebahan sembari menge-scroll tiktok di ruang tamu tadi.

"Tau tempat ini dari mana maneh teh, Ta?"

Keduanya duduk sambil menunggu pesanan mereka datang. Farris agak terkejut saat melihat pesanan Letta. Cewek itu tidak hanya memesan satu porsi bubur ayam saja. Letta juga memesan seporsi roti bakar ditambah dengan 2 gelas es kopi jelly.

"Dari temen gue. Katanya buburnya lumayan enak. Gue mau makan bubur tapi nggak mau pagi-pagi."

Reaksi Farris? Cuma bisa geleng-geleng kepala mendengar jawaban dari Letta.

"Gue denger dari si Devan, lo sekarang part time?"

Farris mengangguk sambil mengecek notifikasi dari ponselnya. "Iya, di kafenya si Saki. Naha, kitu?"

"Aneh aja. Lo kan anaknya mageran banget? Kampus sama kosan aja bolak-balik makan waktu, sekarang pake part time segala?"

"Ah, biarin, atuh. Biar ada pengalaman aja urang mah. Kunaon sih, emangna?"

"Emang lo bisa?"

Tanpa meminta izin terlebih dahulu, tangan Farris terulur lalu menyentil pelan kening Letta, membuat cewek itu mengaduh kesakitan sambil berdecak sebal.

"Ngeremehin kitu maneh mah, Ta!"

Letta mengusap-usap keningnya akibat sentilan Farris barusan. "Lagian lo aneh banget, part time di semester tua begini. Orang mah fokus aja sama skripsi lo itu."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 31 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kosan 210Where stories live. Discover now