part 1

30.1K 1.6K 13
                                    

Hollaaa

Happy reading

Gadis itu mengeliat dalam tidurnya, saat samar-samar mendegar suara kebisingan dari sekitarnya, kepalanya terasa sangat berat, dan kelopak mata itu terasa berat untuk di buka.

"Ra, bangun woy!" Suara yang begitu nyaring, membuat mata Gefa mau tak mau terbuka.

Ketika membuka mata, pertama kalia yang ia lihat hanya ruangan serba putih dan bau minyak kayu putih tercium sangat menyengat masuk kedalam indra penciuman nya.

"Anjirt, ini bau minyak kayu putih siapa!!!" Histeris Gefa, karna sedari dulu ia tak menyukai minyak kayu putih.

"Zora lo napa dah?" Heran gadis yang sedari tadi menunggu dirinya sadar, tumben sekalil sahabatnya ini berteriak histeris, biasanya mengeluarkan satu katapun susah.

"Lah lu sapa neng?"tanya Gefa bingung, ketika menemukan satu orang gadis tengah berdiri dengan wajah khawatir yang sangat kentara pada wajahnya.

"Mentang-mentang kena lemparan bola, lo pura-pura amnesia gitu?"cibir gadis tersebut.

"Gue beneran nggak tau, suer tekewer-kewer." ucap Gefa sembari menunjukam jari peace nya.

"Gue Luna anjrot, Luna Gavela!!"gereget Luna.

"Hah Luna Gavela?" alis Gefa mengerut heran, karna merasa tak asing dengan nama itu.

"Nama gue siapa?"tanya Gefa, sembari menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuk.

"Geser beneran ya otak lo,"ujar Luna mulai merasa kesal.

"Ya Azora Deanda lah, siapa lagi!!"geram nya, karena nama sendiri saja Zora tak ingat haduhh.

Mata bulat berhazel coklat terang itu, seketika melebar dengan bibir mungil yang ikut terbuka lebar lebar.
"ANJING!!"Reflek Gefa berteriak.

"berisik begok!"decak Luna, karna suara Gefa memenuhi gendang telinganya.

Yaallah perasaan dosa hamba nggak banyak-banyak banget, kenapa malah di lempar kesini sih, mana jadi figuran yang bakalan mati hikss.

Suara batin Gefa yang terdengar sangat miris, meratapi nasibnya.

"Zor, lo nggak beneran amnesia kan?"tanya Luna panik.

Sekarang kita panggil Gefa Zora deh mwehehe

Zora menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali.
"hehe bercanda doang."cengir Zora.

"Yaudah gue ke kantin dulu, beli makan buat lo,"

"Anteng aja lo disini, jangan kemana-mana."peringat Luna, pasalnya ia tahu sahabat nya yang satu ini begitu nakal dan membenci bau obat-obatan

Setelah kepergian Luna, Zora meluapkan segala sumpah serapah nya kepada apa yang baru saja terjadi kepada dirinya yang tak masuk akal.

Dia memang suka membaca novel, tapi bukan berarti dia ingin menjadi salah satu karakter fiksi disini.

"Anjing bangetttt"

"Mana gue bakal mati."

"Nggak, gue nggak boleh mati."monolog Zora, ia harus mencari cara agar tak mati untuk yang kedua kalinya, ia akan bertahan hidup didalam novel ini.

Eh tapi, apakah tubuhnya didunia nyata telah mati atau tidak?ah entahlah, Sekarang ia harus merencanakan hidup kedepannya, agar tak mati sia-sia ditangan sang pemeran utama.

Terutama dengan antagonis sialan, yang ikut serta membunuh nya.  Karna seingatnya, Setelah dirinya tertembak dan faleri yang diseret Bara entah pergi kemana, dirinya pun ditinggal begitu saja dengan satu pria yang menyaksikan kejadian tertembak nya sang figuran.

Gara adalah orang yang menyaksikan langsung, bagaimana peluru menembus dadanya. Namun bukannya kasian, Gara justru melanjutkan aksi gila nya dengan memotong-motong tubuhnya, karna kesal ia menyelamatkan Faleri yang sudah berani mengusik Lena.

Ia kira Faleri tak akan berani menyakiti Lena, ternyata kenyataan nya Faleri justru berencana membunuh Lena dibelakangnya.

"ANTAGONIS ANYING, GUE SUMPAHIN LO GAK BISA NAFSU LIAT CEWEK SELAIN GUE!!"pekik Zora dengan meninju-ninju angin.

"Mampus lo, mogahan aja lo gak bisa nafsu lagi, selain liat gue."

"biar gue godain lo tiap hari, tapi nanti mah gue jual mahal aja bro!!" Terdengar suara tawa jahat Zora menggelegar diruangan uks yang sepi.

"Itu si Bara gue apakan ya enaknya??"ujarnya sembari bertopang dagu.

"Apa gue bedah aja, terus gue ambil jantung nya, terus jual deh fiuwttt" ucap Zora sembari bersiur ria seperti laki-laki tengah menggoda seorang gadis.

Cklekk

"Lun, gu--" Ucapan Zora terpotong, ketika melihat sang pembuka pintu bukanya luna, malainkan sosok laki-laki berambut hitam pekat dan wajah yang sempurna tanpa cacat sedikitpun.

Tubuhnya yang jangkung melangkah mendekati Zora, dengan wajah datar dan tatapan menusuknya, laki-laki itu meneliti setiap inci tubuh Zora yang terlapisi seragam sekolah.

"Nahloh ini bocah napa dah, gue tabok juga lo."  Zora bergidik ngeri dengan laki-laki berkulit pucat di hadapan nya ini.

"Woi bang, lo mesum yak!!" Pekik Zora sengit

Laki-laki itu hanya memandang Zora tanpa mengeluarkan suara sama sekali, namu juga tak urung pergi meninggalkan ruangan yang isinya hanya Zora dan dirinya.

"DIHH, BENERAN GILAK YA LO!" Histeris Zora, karna tiba-tiba laki-laki itu mendekatkan wajah menyeramkan milik lelaki itu, tepat didepan wajah Zora yang imut.

Sontak tubuh Zora yang tengah duduk santui, langsung saja loncat turun dari atas brankar yang lumayan tinggi, dan menyebabkan tubuhnya tersungkur dengan tidak elit.

Brak

Krekk

"akh Anjir kaki gue!!"

"Berdiri."suara berat itu mengalun indah di indra pendengaran zora.

Sontak kepalanya mendongak, dengan wajah memerah dengan nafas menggebu-gebu.

"Lo siapa sih!"

"Udah dateng gak diundang!"

"Malah mesumin anak gadis orang!"

"ANAK MANA LO HA--"

"Garasa fagaza ya." cicit Zora seketika, saat tak sengaja membaca name tag yang tertera di seragam laki-laki itu.

"Sorry, udah ngelempar lo bola" Gara sang antagonis novel itu mengulurkan tangannya berniatan untuk membantu gadis yang jatuh mengenaskan di depannya saat ini.

Jika bukan karena merasa bersalah, sebab telah melempar bola dan mengenai gadis ini dan menyebabkan gadis ini pingsan, ia tak akan mau sampai sedekat ini dengan yang namanya seorang perempuan, karna selama ini ia merasa risih berdekatan dengan lawan jenis, justru dirinya lebih nyaman berdekatan dengan sesama jenis, yah dia memiliki kelainan semenjak menginjak remaja.

Zora menerima uluran tangan dari gara dan berdiri, namun tiga detik kemudian Zora mengeluarkan jari tengah nya kehadapan wajah tampan gara dan berlari terseok-seok, meninggalkan Gara yang menatap nya heran.

Namu sedetik kemudian, sebuah senyuman kecil terlihat dari bibir gara.

Shit

"Lucu"

Bersambung......

gefa figuran novel (Tahap Revisi)Where stories live. Discover now