part 34

12.8K 585 5
                                    

Happy reading guysss
Semoga suka yaaa

Satu Minggu kemudian....

Ballroom hotel di hiasi dengan sedemikian rupa dengan bunga-bunga cantik, zora menatap takjub dekorasi yang tak main-main, dirinya di tuntutan oleh dewa dengan pelan melangkah dengan pelan di iringi alunan musik.

Dirinya tak bisa berhenti menatap kagum dekorasi setiap sudut yang seperti dunia fantasi, dengan di baluti gaun pengantin dan make up tipis semakin menambah kecantikan pada perempuan itu.

Dari ujung sana, seorang laki-laki berdiri dengan gagah menunggu pengantin nya, matanya tak henti-henti nya menatap kagum pada sosok perempuan yang telah mencuri hatinya, perempuannya sangat mempesona malam ini, jika saja perempuan itu ia tinggal kan di atas pelaminan sebentar saja, ia jamin akan ada pria hidung belang yang siap menggantikan dirinya untuk duduk bersanding.

Para tamu undangan menatap kagum mempelai wanita dan pria, mereka seolah-olah tengah menyaksikan pernikahan seorang putri dan pangeran di negri dongeng, visual yang luar biasa.

"Dia sangat cantik." Lirih gara, semakin dekat zora dan dewa semakin berdetak pula jantung nya.

"Bro adik gue cakep kan." Bisik dewa, Zora tentu saja dapat mendengar nya dengan jelas, seketika itu pipi itu memerah.

"Iya, sangat cantik." Balas Gara dengan mata menatap dalam perempuan dihadapannya tanpa berkedip.

"Untuk yang kedua kalinya gue serahin adek gue ke orang lain, pegang janji lo seperti yang lo ucapin saat ijab qobul di rumah sakit Gara." Ucap dewa di akhiri dengan senyuman tipis.

"Tentu saja, dan untuk lo, jangan lupa cari pasangan, keburu tua." balas Gara terkekeh, dihadiahi delikan sinis dari Dewa.

"Songong lo anjir!" Ketus Dewa sembari memberikan tangan Zora kepada adik iparnya.

"Jangan ngomong kasar, entar anak gue denger." Decak Gara, kemudian menerima dengan baik tangan sang istri.

Keduanya lanjut melangkah dengan Tangan Zora yang mengait pada lengan kekar milik Gara.
"Hati-hati sayang." Dengan sigap Gara membantu Zora untuk menaiki tiga anak tangga menuju pelaminan.

Keduanya duduk bersanding, dengan tangan Gara yang senantiasa mengengam erat tangan Zora, jangan lupakan mata itu tiada hentinya menatap memuja wanitanya.

Para tamu undangan yang melihat interaksi itu terkekeh gemas melihat tingkah laku dari pengantin pria.

"Udah ih, kenapa liatin mulu." Ucap Zora dengan pelan.

Gara terkekeh, pasti istrinya tengah malu.
"Kamunya kelewat cantik sih, mata aku kan nggak bisa berpaling." Gombal Gara.

"Udahh, malu." Cicit Zora dengan mata bergulir kesana kemari untuk menghindari mata Gara.

"Nanti kalau capek bilang ya, jangan diam aja." Peringat Gara, mengingat kata sang dokter beberapa Minggu lalu, ia harus menjaga anak dan istrinya sedikit lebih ketat.

Zora mengerucut kan bibirnya kesal, dari keluarga yang ia temui pasti akan mengatakan hal yang sama, terkadang mereka akan bolak-balik kedalam kamar hotel hanya menanyakan apakah ia baik-baik saja.

gefa figuran novel (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang