part 4

23.1K 1.4K 9
                                    

Holla holla

Happy reading guys

"Anjeng bener idop gue, buset." Gerutu Zora pelan.

Gadis itu kini tengah berusaha memanjat pohon mangga disebelah pagar sekolah yang lumayan tinggi.

Hari ini Zora harus rela memanjat pohon setinggi pahalanya untuk masuk, dikarenakan ia terbangun pada pukul 7:15 itu artinya Sekolah sudah tutup.

"Ini semua karna Gara bangke, kalo nggak mikirin dia, gue gak akan susah-susah manjat kaya monyet bekantan begini."

"Babi, anjeng, kodok." Oke baik hanya tiga binatang yang keluar dari bibir mungil itu hari ini.

"Kalo gue mati lagi dalam memanjat hari ini, Gefa cantik ini ingin masuk kedalam novel sebagai tidak terlihat saja ya allah."

Brukk

Krekk

"SANGAT ANJENG!!"

Zora bangun dari atas rerumputan hijau yang ada di halaman belakang sekolah, dan benar saja kaki mungil nan indah nya kini berwarna biru.

Tapi bukan itu fokusnya, tetapi beberapa lelaki yang tengah duduk dengan rokok ditangan masing-masing.

Mereka semua tengah memperhatikan keadaan mengenaskan Zora dari ujung kepala sampai keujung kaki.

Gadis itu tidak bisa dibilang baik-baik saja, apalagi dengan beberapa kotoran noda yang ada di baju seragam putih gadis itu.

"Yaallah ini kenapa malah nemu ajal beneran dah."  Rinti Zora dari dalam hati.

"Hehehe hallo." Ucap Zora dengan cengiran dan tangan dilambai-lambai kaku kepada laki-laki yang ada disana.

"Lah neng bidadari, ngapain nemplok di tanah." Celetuk Bastian.

"Nyari kutu,"

"Ya jatuhlah Sukinem!!" Sinis Zora, membalas pertanyaan tak berfaedah bastian.

"Yaudah sini neng, biar aa ganteng ini tolongin." Cengir Bastian berniat menolong Zora, dengan mengulurkan tangannya ke hadapan gadis itu.

Zora dengan senang hati Ingin menerima uluran tangan bastian, namun sebelum tangan mungil nya menyentuh telapak tangan bastian.

Seseorang lebih dulu berjongkok di depan nya dan memegang kedua ketiaknya, lalu di angkat untuk dipaksa berdiri.

"Kaki gue ngilu bangke!" Pekik Zora, ketika kaki kanannya bergerak secara brutal.

"Lo mau bunuh gue yah?!" Ngegas Zora kepada laki-laki berwajah datar, sedatar gunung Faleri.

"Lebay." Ejek laki-laki itu.

"Lebay ndas mu mas, ini linu anying." Umpat Zora

Gara, laki-laki yang mengangkat tubuh Zora seperti anak kecil, terkekeh mendengar penuturan dari Zora.

"Duluan." Ucap Gara kepada ke-tiga teman nya, lalu pergi meninggalkan mereka yang berwajah konyol.

"Ini pasti ayam jantannya fizi udah netas cok, ampe si Gara kena efek!!" heboh Bagas dengan menutup mulut dengan gaya alay

"Sae si upik." Cibir Bagas, kembali ke acar bermain game nya bersama sang bos.

"Kalo babang gara udah suka cewek, gue sumbangkan dah semua boneka upin ipin gue." Ucap Bagas kembali.

"Gue mau yang meme gas." Celetuk Bastian.

"Kalo ya anjing kalo,"

"ini mah belom pasti, hilal nya belum terdeteksi." Balas Bagas malas.

Sedangkan disisi lain, Zora tengah ketar-ketir sendiri karna dibawah oleh Gara ke ruangan yang tak pernh Zora injak sebelumnya.

Ruangan ini terlihat bersih dengan wangi mint di mana-mana, dan berbagai alat musik ada didalam ruangan ini.

"Ini tempat apaan, lo mau macem-macemin gue yah!?"

Gara menaikkan sebelah alisnya, dan itu sangat menyebalkan dimata Zora.

"Gue gak suka bentukan lo." Balas Gara masih dengan wajah tripleknya.

"Oh iya lo kan belok." Ujar Zora santai.

Tapi tidak dengan Gara, sedikit bereaksi mendengar penuturan Zora.
Dari mana gadis ini tahu kelainan yang ada pada dirinya.

"Pasti nggak tau nganu yah HAHAHAH" tawa brutal Zora, karna ia tahu sekali seorang penyuka sesama jenis tidak akan pernah berhubungan dengan yang berlawanan jenis.

Pasti laki-laki ini tidak pernah berniat ataupun sekedar tahu hubungan seksual antara pria dan perempuan.

"Jadi tenang aja, gue gak akan di perkosa deh." Cicit Zora

"ANJIRT!" pekik Zora kaget, karna Gara tiba-tiba saja menarik kakinya yang keseleo tadi.

"Diem."

Dengan berhati-hati Gara membalurkan minyak kepada pergelangan kaki Zora, dan mulai memijatnya lembut.

Zora memperhatikan pergerakan tangan Gara yang begitu lancar memijat lembut pergelangan kakinya, sepertinya laki-laki ini cocok sebagai tukang urut keliling saja, bukan sebagai antagonis.

Lama-lama menikmati pijitan Gara, mata Zora berkedip-kedip sayu.
Tak butuh waktu lama, mata itu tertutup rapat, dengan menikmati pijitan yang diberikan gara.

Lihatlah betapa ceroboh nya gadis ini,  tidak tahukah ia tengah berada di dekat predator, tapi dengan mudahnya ia tertidur, tanpa memikirkan apakah ia masih hidup setelah ini.

Karna tak mendengar suara cerocosan Zora yang seperti burung beo, Gara mendongak melihat wajah polos Zora yang tertidur.

Dan ada satu hal yang mengganggunya sedari tadi, yaitu rok gadis ini sedikit tersikap ketas, sehingga memperlihatkan paha mulusnya.

"Brengsek."

Karna tak fokus, Gara tak sengaja menekan kuat kaki zora yang tengah tertidur pulas.

"Jancok, sikil gue!!" pekik Zora tiba-tiba bangun dari tidur nya.

"Selesai."

Alis Zora mengerut bingung, kenapa wajah dan telinga laki-laki ini memerah, perasaan disini tidak panas. Justru dingin, karna diujung ruang terdapat satu ac.

"Nahan berak kali." Gumam Zora, lalu berdiri dan memakai kembali sepatu nya.

Saat menegakkan tubuhnya, berniat berterimakasih kepada sosok tadi. Tiba-tiba saja sosok Gara sudah menghilang tak terlihat diruangan ini.

Zora pun tak ambil pusing, ia langsung pergi meninggalkan ruangan ini, dengan mengendong tas nya.

Bersambung....

gefa figuran novel (Tahap Revisi)Where stories live. Discover now