2. Kepergok Arghi

216 159 178
                                    

"Lo itu keren karena berani beda dari cewek lainnya. Jangan pernah ngerasa kecil dan tetaplah jadi diri sendiri"
Edrea Leta Leteshia

Mobil sport Ayla berwarna putih terparkir di depan pekarangan rumah sederhana dengan pagar dari bambu. Salah satu dari kedua penumpang di dalam mobil tersebut keluar.

"Thanks Re. Mau singgah dulu gak di rumah buluk gue?" Abel sedikit tertawa setelah mengatakan hal tersebut. Rea yang berada dibalik kemudi menatap Abel datar. Selalu saja merendah, pikirnya.

"Gak usah. Tadinya gue mau ikut lo nyopet, tapi gue telat. Yaudah gue anterin lo pulang aja"

"Jangan ikutin gue Re, gue itu sesat. Lagian gak ada yang mau jadi kriminal juga, capek-capek dikejar warga. Kalau bukan karena terpaksa gue juga gak mau. Lo kalau nyopet juga nyari apa sih Re? Hidup udah enak gitu" Rea memutar bola matanya malas.

"Nyari pengalaman Bel. Lo itu keren, nyopet terus dikejar-kejar warga itu kayak menguji adrenalin tau gak. Gue pengen ngerasain juga Bel, biar hidup gue ada tantangannya gitu"

"Emang agak lain nih bocah" batin Abel.

"Lain kali kalau lo mau beraksi kabarin gue yaa. Bareng-bareng kitaa. Dahh" Setelah mengatakan itu, Rea menyalakan mobilnya dan meninggalkan Abel di pekarangan rumahnya.

Abel sendiri heran melihat Rea, cewek yang terlahir dari keluarga berada ingin bergaul dengan Abel yang nasibnya seratus delapan puluh derajat berbeda dengannya, terlebih lagi Abel punya pekerjaan sampingan yang berbahaya. Yaitu nyopet, dan Rea malah mau mencoba-coba.

Menghembuskan nafas pelan, Abel berdiam lama di pekarangan rumah sebelum masuk ke dalam.

Seorang pria paru baya yang sedari tadi memperhatikan Abel menatap putrinya datar. Tangannya terulur meminta setoran hasil copet.

"Dapat berapa kamu hari ini?" Dirga menatap anaknya dengan tatapan mengintimidasi. Tidak sabar mengambil uang dari dompet biru navy yang dipegang Abel, langsung saja Dirga merampasnya.

"240 ribu, hmm lumayan. Potongan yang kamu pakai hari ini kamu ganti besok" Setelah mengambil uang dari dompet tersebut, Dirga mengembalikannya dengan cara melempar ke wajah Abel.

"Yah Abel minta sedikit lagi. Dari tadi uangnya Abel pakai cuma untuk bayar angkot dan beli air mineral, Abel lapar"

Sejujurnya Abel takut membeli makanan di kantin yang rata-rata harganya di atas sepuluh ribu rupiah. Takut ayahnya marah, makanya Abel tidak membeli makan dan hanya membeli air minum sebagai pengganjal perut.

Dirga mendelik tak suka. Uangnya mau ia gunakan untuk judi, mana cukup kalau dikurangi lagi.

"Kamu jadi anak beban banget, gak guna. Udah gak bisa kerja, disuruh nyopet juga perhitungan banget" Dengan sangat terpaksa Dirga mengambil uang sepuluh ribu dan memberikan ke arah Abel secara kasar. Setelahnya Dirga beranjak keluar rumah untuk menemui teman - temannya.

"Makasih ayah" senyum Abel merekah. Uangnya mau ia pakai untuk beli bakso saja.

🌻🌻🌻

Setelah berganti pakaian seragam dengan pakaian sweater berwarna hitam serta celana panjang joger berwarna khaki, Abel berjalan santai sambil mencari tukang bakso gerobak yang sering mangkal di halaman rumahnya.

Bukannya mendapatkan abang tukang bakso, Abel malah ketemu Bara, adiknya yang babak belur. Abel menatap datar adiknya.

"Lo kenapa lagi Bar?" Bara menatap sang kakak acuh.

Bad Girl and Her SupermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang