22. UKS

148 90 53
                                    

⚠️Jangan lupa support ceritaku dengan klik bintang di pojok kiri ya!




Happy reading...




Pagi-pagi sekali Abel terbangun dari tidur tidak nyenyaknya. Air conditioner pukul lima subuh sukses membuatnya menggigil. Tubuhnya yang hanya terbalut baju kaos dan cardigan tipis membuatnya kedinginan, juga dinginnya lantai rumah sakit mampu menembus selimut tipis yang menjadi alasnya.

Mengingat hari ini masih ada ujian, Abel buru-buru beranjak mandi. Setelah mandi gadis itu memakai seragam yang sengaja ia bawa ke rumah sakit, kemudian mencari kendaraan umum yang akan mengantarnya ke sekolah.

"Abel ke sekolah dulu," pamitnya dengan suara lirih lantaran belum ada satupun orang yang terjaga dari tidurnya.

Pukul 06.30 Abel sampai di gerbang sekolah. Abel lupa jika semalaman ia belum makan. Perutnya mulai tidak enak, namun Abel memaksakan tungkainya menuju kelas, Abel ingin belajar sedikit karena kemarin-kemarin ia tak sempat.

"Haii, selamat pagi," sapaan hangat dari pria yang lebih tinggi berapa cm darinya menghentikan tungkai Abel. Gadis itu menoleh, kemudian membalas sapaan Arghi.

"Lo mau ke kelas?" Tanya Arghi basa basi, Abel mengangguk mengiyakan. Tatapan pemuda itu lekat memperhatikan gadis di hadapannya.

"Muka lo pucat, Bel. Ke UKS dulu ya?"

"Gue enggak apa-apa," Abel menolak tawaran Arghi. Sialnya respon tubuhnya mengatakan sebaliknya. Tak ingin merepotkan Arghi lagi, buru-buri Abel meninggalkan pemuda itu sendirian di koridor dekat kelasnya.

Ujian pertama disuguhi mata pelajaran matematika. Di meja urutan dua paling belakang, Kaivan seperti sedang tantrum karena kesulitan menjawab soal. Tak henti-hentinya pemuda itu memanggil Hideki yang duduk di depannya untuk meminta jawaban namun Hideki seolah tuli.

"Ck, gue sumpahin tuli beneran lo, Dek!" Kaivan kesal, lantaran Hideki-sumber jawabannya tidak ingin membantunya lagi setelah Hideki memberinya jawaban sepuluh nomor soal pertama.

"Lo belajar gak sih Kai semalam? Satu soal pun lo gak bisa jawab," batin Hideki. Malas meladeni Kai lagi.

Mata Bu Jule menatap tajam salah satu objek, satu-satunya meja yang grasak grusuk di kelasnya.

"Kaivan! Kalau kamu tidak bisa diam lebih baik kumpul lembar jawaban kamu dan keluar dari kelas saya!" Kaivan mengerjap lucu, kaget karena Bu Jule tiba-tiba meneriakinya dengan suara lantang.

"Yaelah peregangan dikit kali, Bu," pemuda itu masih sempat-sempatnya bercanda kala Bu Jule menatapnya seperti ingin menelannya hidup-hidup. Kaivan menyengir, "seram juga," pikirnya. Tak urung kembali duduk tenang mengerjakan tugasnya kala tatapan mematikan Bu Jule masih tertuju padanya.

Sebenarnya tak hanya Kai, sebagian besar dari mereka kepalanya hampir meledak berkat soal-soal yang diberikan, namun mereka tetap tenang lantaran pengawas kali ini tidak main-main. Bu Jule adalah guru fisika yang terkenal killer seantero sekolah.

Dilain sisi Abel mati-matian menahan rasa mual di perutnya. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Sungguh, Abel sangat ingin muntah. Edrea yang berada di dekatnya menatap khawatir sahabatnya yang sangat kentara tidak baik-baik saja.

"Kalau gak kuat jangan dipaksa, Bel. Maag lo kambuh lagi kan? Jangan bilang lo puasa seharian?" Abel tak menghiraukan ucapan Rea. Gadis itu buru-buru menjawab asal 20 soal dari 40 soal matematika yang diberikan. Semua pasang mata menatapnya kaget karena di menit ke-15, hanya dirinya yang baru selesai.

Bad Girl and Her SupermanWhere stories live. Discover now