24. Wounded Healer

123 77 46
                                    


Hai, i'm back...
Langsung saja yaa!


Happy Reading!!!



Merasa sendiri ditengah keramaian, have you feel it?
-Arabella Jacqueline

Jalanan pukul sepuluh malam masih terlihat ramai di Jogyakarta. Orang-orang masih sibuk berlalu lalang dengan urusan masing-masing. Terlihat seorang gadis tengah berjalan sendirian di trotoar. Jalanan malam ini ramai sekali, namun Abel tetap merasa sendirian.

Always alone, feeling lonely ever.

Tatapannya kosong, seperti tidak ada semangat untuk hidup lebih lama.

"Kamu ini gak punya sesuatu yang bisa dibanggakan ya?"

Suara Camila bagaikan boomerang di kepala Abel. Terngiang-ngiang seolah kalimat itu seperti lagu penghantar overthinking.

Hingga tanpa sadar, kaki gadis itu berjalan menyeberangi jalan tanpa melihat kanan kiri. Kurang lebih 2 km dari tempat Abel berdiri, sebuah truk melaju dengan kencangnya.

"Awasss!" Teriak orang-orang di sekitar sana dengan ekspresi cemas, menyuruh Abel menyingkir.

Cahaya lampu truk mulai menyoroti retina indah gadis itu, namun ia tetap berdiri kaku ditengah jalan. Antara sibuk mencerna apa yang terjadi, ataukah dia memang pasrah jika memang harus ditabrak saat itu juga.

----

Pukul sepuluh malam Arghi Shaqueel Tamawijaya baru saja pulang dari pameran lukisan. Karena tidak ada yang bisa diajak, pemuda itu menghabiskan me time-nya dengan  melihat-lihat lukisan karya seniman tersohor yang sedang digelar. Ditengah jalan, irisnya melihat sosok gadis yang berdiri ditengah jalan padahal sebuah truk sedang melaju ke arahnya.

Sedikit lagi, body mobil akan menghantam tubuh yang ringkih itu jika saja...

Bugh

Jika saja Abel tidak ditarik ke sisi jalan hingga lengan  sang empu lecet karena terkena batu kerikil.

Abel selamat, semua orang kini bernapas lega. Perlahan-lahan kembali meninggalkan tempat itu dan mulai sibuk dengan urusan masing-masing.

"Lo kenapa? Lo bosan hidup hah?!" Tak memperdulikan telapak tangannya yang berdarah, Arghi menatap gadis di hadapannya. Mengguncang pelan bahu gadis itu.

Abel masih diam, namun matanya memerah. Gadis itu tersenyum, senyum yang syarat akan kesakitan.

"Seharusnya lo gak nolongin gue." Alis Arghi bertaut mendengar jawaban gadis itu.

"Kata mama, gue gak berguna. Gue gak punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Dan juga, ayah yang seharusnya memberi contoh yang baik untuk anaknya, kini malah menjadi sosok yang menyeret anak-anaknya dalam kesesatan," lanjut gadis itu.

Terkadang, omongan orang bisa menjadi belati. Belati yang akan mencabik-cabik mental orang lain.

"Tapi dengan cara kayak tadi gak akan menyelesaikan masalah,"

"Seenggaknya gue bisa tidur dengan damai, gue bisa istirahat! Sekalipun gue harus kembali pulang, itu lebih baik,"

"Bel, jangan kayak gini," suara Arghi serak. Menatap nanar sosok Abel yang berbeda. Abel yang ingin menyerah dengan hidupnya, Abel yang tidak lagi berpura-pura baik-baik saja. Entah mengapa Arghi ikut merasakan sakit yang dialami gadis pemilik retina indah itu.

Bad Girl and Her SupermanWhere stories live. Discover now