21. At Malioboro

136 91 34
                                    

⚠️Hai, jangan lupa support BG&HS dengan cara klik bintang di pojok kiri!

Denting jarum jam kian berdetak. Sang senja pun kini tenggelam, pulang meninggalkan langit yang kini menggelap. Seolah baru saja merayakan akan perginya senja yang memberikan semburat keindahan di menit sebelumnya. Hingga kini, langit pun gulita. Digantikan sang bintang yang baru saja memulai tugasnya.

Di malam ini, di bawah cahaya bintang dan rembulan, seorang gadis tengah memeluk dirinya sendiri dalam gigil. Jaket tebalnya seolah tak cukup untuk merengkuh tubuh mungilnya di musim penghujan ini.

Buliran air yang kini perlahan-lahan tak urung membuatnya beranjak.  Sudah setengah jam Arabella duduk menyendiri di bangku Malioboro. Menatap orang-orang yang berlalu lalang, berjalan bergandengan bersama pasangan, ataupun orang-orang yang bercanda ria bersama sahabat dan keluarganya.

Tak memperdulikan sudah berapa pengamen yang menghampirinya. Mulai dari lagu bergenre semangat hingga lagu melow yang dibawakan seolah mendukung jiwanya agar larut dalam kesedihan yang dialaminya. Abel ingin memberi tapi dia tidak punya uang, ingin pergi pun dia sudah malas. Jadi Abel biarkan saja, hitung-hitung suara pengamen itu dapat menghibur dirinya meskipun  mereka pergi dengan rasa kecewa karena tak mendapatkan hasil. Tapi hidup memang begitu kan, kadangkala hasil tidak mengikut dengan usaha.

Malioboro memang indah ketika malam hari, makanya Abel memilih kesini untuk menghibur diri. Di Malioboro ini, banyak orang-orang yang mencari peluang untuk mendapatkan uang. Tak heran jika banyak sekali pedagang produk dan jasa yang meramaikan tempat ini. Dimulai dari jasa melukis wajah, jasa foto, delman dan masih banyak lagi produk dan makanan yang bisa didapatkan.

Abel merasa miris, ada banyak hal yang bisa dilakukan demi mendapatkan uang yang halal, tapi dia malah memilih menjadi seorang pencuri. Namun Abel tak punya pilihan. Dia merasa bodoh soal berjualan, dan lagipula ia tak punya sesuatu untuk dijadikan modal.

Kini retinanya tak sengaja menangkap sepasang kekasih dengan barang branded  yang melekat tengah asik bercerita. Tas pria itu dia letakkan di punggungnya namun tubuhnya 180 derajat menghadap ke wanitanya.

Abel menganggap itu sebagai kesempatan. Matanya berkeliling, menatap orang-orang yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Adapun yang mulai panik karena hujan sebentar lagi turun dengan derasnya. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Abel mulai beraksi. Abel menaikkan kupluk jaketnya dan memakai masker, tak lupa mengenakan kacamata hitam yang dibawanya dari rumah.

Abel berjalan perlahan mendekat ke arah target. Membiarkan kedua sejoli yang asik dengan dunianya sehingga tidak memperhatikan sekitar. Hingga kini semakin dekat, Abel menatap sekitar sekali lagi. Setelah dirasa aman, Abel dengan cepat mengambil tas yang tergeletak begitu saja. Kemudian berjalan begitu cepat ke ujung Malioboro, menyetop tukang becak dan menyebutkan alamat yang ditujunya.

Abel memeriksa isi tas yang dicurinya sekali lagi. Dan isinya ada uang merah yang lumayan banyak beserta barang-barang pribadi milik pria tadi. Ada earphone, charger, dan dompet yang berisi KTP, ATM, dan kartu-kartu lainnya. Setelah mengambil uangnya, Abel berjanji akan mengembalikan tas itu secara diam-diam pada pemiliknya. Abel hanya ingin uangnya.

"Lumayan lah buat bayar biaya perawatan Ayah," gumamnya setelah menghitung jumlah hasil curiannya kali ini. Untung saja Abel tidak ketahuan. Jika iya, mungkin malam ini Abel sudah menginap di dalam jeruji besi.

Setelah sampai di rumah sakit, Abel membayar tukang becak tadi menggunakan uang hasil curiannya.

"Tas mbaknya kok mirip tas cowok ya, apa lagi nge-trend ya mbak perempuan memakai tas laki-laki?" Tanya si tukang becak polos. Abel hanya tersenyum tipis menanggapinya.

"Ini tas pacar saya, Pak. Saya pinjam sebentar karena saya kesana gak bawa apa-apa,"

"Oalah, yang penting duitnya halal toh, Mbak. Saya ndak mau memberi makan anak istri saya pakai uang yang tidak halal," ujar tukang becak sembari tersenyum hangat. Abel tertegun, merasa tertampar dengan ucapan sang bapak.

"Kalau begitu, saya permisi, Mbak. Terimakasih."

"Terimakasih kembali, Pak."

"Maafkan saya, karena uang itu sebenarnya gak halal." Lanjut batinnya. Kakinya melangkah memasuki ruang inap Dirga, tak lupa Abel membeli makanan untuk dirinya dan keluarganya di depan rumah sakit.

Sejujurnya Abel merasa tertampar. Tak seharusnya ia memberi makan keluarganya menggunakan uang yang tidak halal ini. Tapi ayahnya yang mengajarkan semua ini, lagipula Abel belum dapat pekerjaan, jadi Abel terpaksa menjadi pencuri.

Langit semakin gelap, dan perlahan-lahan hujan turun dengan derasnya. Alhasil Abel berlarian menerobos hujan menyeberang jalan karena warung makanan ada di seberang jalan rumah sakit.

Di dalam kamar inap Dirga, Abel menyimpan kantung plastik yang sudah basah itu ke atas lemari kecil disamping brankar.Setelah siuman, Dirga dipindahkan ke kamar inap kelas bangsal yang terdiri dari empat brankar bed. Di kamar inap Dirga hanya tersisa dua pasien, dirinya dan satu pasien kakek-kakek yang kini tertidur pulas ditemani sang istri yang setia berada di sisinya.

Bara yang melihat kakaknya membawa makanan segera merampas makanan itu.
"Dapat duit dari mana lo? Hasil mencuri apa melacur?"

Abel seolah tak peduli walau ia sakit hati mendengarnya. Kakinya melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang agak basah. Lagipula tak ada yang menanyakan kondisinya. Dirga masih tertidur, Camila yang hanya diam menatapnya, dan Bara yang hanya menginginkan makanan yang di bawanya.

"Sisain satu bungkus buat gue," ujarnya sebelum menuju ke kamar mandi.

Beberapa menit kemudian Abel kembali. Namun yang didapatkannya hanya bungkusan plastik dan kertas minyak yang sudah tergeletak di tong sampah.

"Lo makan semua, Bar?!" Seru Abel.

"Enggak, buat mama satu, gue makan dua," jawabnya enteng. Pemuda itu asik berbaring sembari bermain game di brankar kosong samping ayahnya.

"Bar, yang satunya punya gue. Lo kok rakus banget sih," kata Abel tak terima. Perutnya sudah lapar sedari tadi, namun Bara malah memakan makanannya.

"Bel, kamu gak ikhlas? Kalau gak ikhlas biar Mama muntahin," Timpal Camila.

"Bukannya gak ikhlas Ma, tapi-"

"Yasudah ikhlaskan adikmu dan Mama  memakannya," sela Camila. Abel menghela nafas. Hujan semakin deras, tak mungkin ia menerobos hujan setelah baru saja mengeringkan tubuhnya. Padahal perutnya sudah keroncongan, alhasil Abel memilih tidur di lantai beralaskan selimut tipis.

"Mama tidur di brankar kosong itu, biar Abel tidur di bawah," ujarnya. Camila yang sedari tadi duduk disamping Dirga menoleh ke arah putrinya. "Baiklah," jawabnya.

Abel tersenyum tipis, kemudian mulai mengistirahatkan tubuhnya dari lelahnya hari ini. Abel memaksakan tidur dalam keadaan perut yang kosong.









Kasih emot buat Bara dulu dong, gemes banget kan sama Baraa😂

Btw aku ambil latar Malioboro karena bulan lalu first time kesana and yeaa aku langsung fall in love with that place...

Pantas Jogja dijuluki sebagai daerah istimewa karena disana, selain aesthetic emang menyenangkan dan menenangkan ketika kita jalan-jalan kesana. Maybe karena orang-orangnya hangat juga yaa.

Nah makanya kepikiran untuk describe sedikit tentang Malioboro ke dalam ceritaku, karena aku gamon guys sama tempatnya.

Hopefully someday ada rezeki kesana lagi yuk bareng2!🤍

Jangan lupa tinggalin jejak yaa readersku, see u🫶

Bad Girl and Her SupermanWhere stories live. Discover now