30. Luka & Dibalik Sel

69 35 23
                                    

"Layaknya penyakit kanker, selingkuh pun seperti itu. Sekali melakukan, akan ingin mencobanya terus menerus dan tidak bisa disembuhkan."





Happy Reading




Arghi tidak menyangka bahwa di umurnya yang ke delapan belas tahun ia akan menjadi saksi atas perceraian orang tuanya sendiri. Arghi merasa ini seperti mimpi, mengingat selama delapan belas tahun lamanya keluarganya masih tetap baik-baik saja sebelum sang perusak datang.

Tidak bisa menyalahkan salah satu pihak saja, sebab Pak Tama mengaku telah bermain belakang selama setahun belakangan dengan alasan bosan dengan Mama. Pak Tama hanya ingin mencari pelampiasan atas rasa penat yang dialaminya karena banyaknya tuntutan kerja. Pak Tama mengaku khilaf, meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Namun sekali lagi, Ibu Wina-Mama Arghi adalah wanita yang realistis.

Mama Wina bukan tipe orang yang akan memaafkan kesalahan orang yang sudah pernah berselingkuh. Layaknya penyakit kanker, penyakit selingkuh pun seperti itu. Sekali melakukan, akan ingin mencobanya terus menerus dan tidak bisa disembuhkan.

Bukannya Mama Wina tidak memikirkan perasaan putra semata wayangnya, Mama Wina tahu anaknya bisa berpikir rasional. Mama Wina tahu jika Arghi sudah dewasa. Meski berat, meski semuanya merasakan sama sakitnya, tapi beginilah hidup, penuh dengan kejutan. Sebab seumur hidup terlalu lama, jika terus memaksa hidup dengan orang yang salah, hidup yang terlalu lama ini terasa sia-sia. Mama Wina harap Arghi bisa mengerti itu. 

🌻🌻🌻

Setelah persidangan selesai, Mama dan Papa Arghi sempat bersalaman. Tanpa mengucap sepatah kata pun Pak Tama pergi terlebih dahulu.

Kini mata Mama Wina berkaca-kaca, memandang anaknya yang sedari tadi diam menunduk. Merasa diperhatikan, Arghi mendongak menatap sang mama. Mama Wina merentangkan tangan, Arghi yang paham tersenyum kecil. Lantas berjalan menghampiri mamanya. Arghi menyambut pelukan sang mama, mendekap mama erat.

"Maafin Mama, ya." Arghi melepas pelukan keduanya. "No, it's not your fault, Mam. Disini Mama adalah korban. Jadi berhenti menyalahkan diri Mama atas kejadian ini,"

"Mama merasa gagal menjaga keluarga kita. Mungkin Papa berani bermain di luar karena merasa kurang akan Mama," ujarnya lirih.

"Bagi Arghi, Mama yang paling baik, Mama yang paling cantik,"

"Manusia kadang gak  pernah merasa cukup atas apa yang mereka punya. Jadi Ma, ketika mereka gak bisa bersyukur atas apa yang mereka miliki, mereka akan tetap merasa kurang sekalipun mereka telah memiliki segalanya," sahut pemuda itu mantap.

Mama Wina tersenyum haru mendengarnya. "Anak Mama udah dewasa ternyata."

"Ghi,"

"Iya, Ma?"

"Jangan benci sama Papa kamu ya, bagaimana pun dia tetap Papa kamu. Kalau gak ada Papa, Arghi gak bakalan lahir di dunia ini." Mama Wina berujar sembari mengelus kepala anaknya.

Arghi menarik nafasnya, sesak. Bagaimana bisa dia tidak membenci seseorang yang telah membuat hidupnya dan mama semenyedihkan ini? Bagaimana bisa Arghi tidak kecewa pada sosok yang menjadi panutannya sejak kecil karena dulu terlihat begitu mencintai mama-istrinya, kini mengkhianati mereka berdua. Lukanya mungkin suatu saat akan sembuh, tapi bekasnya akan susah hilang.

"Mama sendiri? Setelah apa yang Papa lakuin, apa Mama membenci Papa?" Tanyanya.

"Mama berusaha ikhlas. Mungkin ini rencana Tuhan, jadi Mama mencoba untuk menerima semuanya dan tidak membenci siapa pun,"

"It's hard and so hurt Ma, right?" Tanya Arghi lirih.

"It's hurt but, don't hate him. He's always your Dad, hargai dia seperti kamu menghargai Mama," Arghi memejamkan mata sejenak.

"Okay, i'll try, Ma." Putusnya. Mama Wina tersenyum.

"Ayo pulang Ma, mampir makan bakso di langganan kita dulu, yuk!" Mama Wina mengiyakan. Kini keduanya meninggalkan kantor Mahkamah Agung dengan motor yang dikendarai Arghi.


🌻🌻🌻

"Jangan malas-malasan kamu, kerja!"

"Hey, itu belum selesai jangan lari dari tanggung jawab!"

"Ikuti perintah atau gak akan dapat jatah makan malam,"

Beginilah keributan didalam rumah tahanan  pagi ini. Semua tahanan sedang mengerjakan tugas dan hukuman yang diberikan.

Bughh

"Sshh, sialan!" Ringis Bara lantaran rahangnya baru saja terkena kepalan tangan  orang berkepala botak.

"Maksud lo apa botak hah?!" Tanya Bara dengan urat sembari menatap tajam manusia di hadapannya ini.

"Heh bocah ingusan, jangan mentang-mentang lo paling kecil disini lo jangan seenaknya ya. Enak banget lo duduk santai sementara kita kerja keras."

"Anjir, gue baru istirahat setelah push up 50 kali!"

"Alah, gak usah bohong deh lo! Yang ada lo cuma santai doang dari tadi," sahut yang lainnya.

"Tau, lo cuma lolos dari pantauan polisi ya. Kita aduin mampus lo mati kelaparan." Bara maju, ingin menghajar laki-laki yang barusan berbicara itu. Jika dilihat-lihat, lelaki itu seumuran dengannya, jadi Bara tidak takut-takut banget.

Abel yang sedari tadi memindahkan barang-barang berat, melerai adiknya yang hendak menghajar orang.

"Berhenti, Bar. Hukuman kita udah berat disini, jangan bikin tambah berat dengan  cari masalah lagi." Bela datang menasihati adiknya dalam kondisi yang basah kuyup. Bara mendecih, lantas membuang liur ke samping. Lanjut melakukan pekerjaannya dengan sangat tidak ikhlas.

Di dalam sel, selama berbulan-bulan lamanya, kehidupan Abel jauh dari kata damai. Tahanan lelaki hampir setiap hari disuruh melakukan olahraga fisik yang keras, seperti push up dan scoat jump sebanyak sepuluh kali. Tahanan perempuan disiram hingga basah kuyup dengan pakaian lengkap.

Kemudian, mereka diberikan pelajaran, apabilan pihak polisi memberikan pertanyaan baik tentang pelajaran umum atau pun tentang kasus sanksi yang mereka jalani. Apabila tidak mampu menjawab maka akan mendapat tamparan sebanyak jumlah kesalahan yang dibuat.

Mental Abel sejujurnya agak terguncang. Untungnya dia sudah terbiasa dibentak jadi tidak kaget apabila pihak kepolisian menyuruhnya melakukan sesuatu tidak dengan cara baik-baik. Di dalam sel ini, Abel benar-benar mendapat pelajaran berharga. Setidaknya dari hukuman yang didapat, diharapkan para narapidana tidak lagi berani melakukan kesalahan yang sama, dan bertekad untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.




TBC



Haloo, semoga masih ada yang nungguin ceritaku yaa.

Untuk scene dalam tahanan hanya fiksi belaka. Aku emang udah riset gimana keadaan para napi dari beberapa sumber di internet but i'm not sure karena aku tidak pernah melihatnya secara langsung.

I hope you guys enjoy this story...

See u👋💓

Bad Girl and Her SupermanWo Geschichten leben. Entdecke jetzt