Part: 1

45.5K 5K 479
                                    

Setelah 3 hari lamanya Leo terkurung di ruangan pengap itu. Tidak membuat Leo merasa bosan sedikitpun, malah dia merasa senang karena dia bisa tiduran sepuasnya tanpa ada yang menggangu dirinya.

Yahh cuma satu yang dia sayangkan karena dirinya tidak mempunyai makanan di sana, mereka hanya memberikan makanan untuk Leo sekali itupun saat malam hari, membuat Leo tidak bisa menahan rasa laparnya dan membuatnya susah untuk tidur.

Leo menatap pintu yang dibuka, ditatapnya abang pertama Leo dengan raut wajah malas dan menutup matanya lagi hendak tidur. Aidan yang menatap itu merasa aneh, karena biasanya Leo akan menangis dan meminta keluar dari ruangan itu dengan bersikap manja kepadanya. Tapi yang sekarang dia liat Leo malah nyamannya tidur di ruangan kotor itu tanpa menghiraukan keberadaannya sedikitpun.

Aidan mengangkat bahunya acuh berpikir kalau itu trik Leo menarik perhatiannya lagi. Dia mendekati Leo dan membuka rantai di tangan Leo, Leo merasa terusik dan membuka matanya sehingga tatapannya bertemu dengan tatapan tajam itu.

"Kalau kamu menyakiti adek kamu lagi, jangan harap kamu bisa keluar dari sini" ancam Aaidan

"Sekarang keluar, bersihkan diri kamu"

"Setelah itu makan malam, kami tunggu di ruang makan" ujar Aidan, tapi tetap tidak ditanggapi oleh Leo.

Leo malah langsung berdiri dan keluar dari ruangan itu tanpa melirik Aidan sedikitkan, membuat Aidan mengepalkan tangannya emosi karena tidak suka diabaikan seperti itu.

Leo sampai di kamarnya, ditatapnya kamar yang super besar itu, bahkan ada ruang game di sana. Leo bersorak heboh dalam hatinya karena dia bisa melakukan apapun di kamarnya itu, apalagi melihat koleksi komik yang super banyak itu.

"Ahhh ini namanya surga" heboh Leo dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang sangat kotor dan bau.

"Ohh pertama-tama liat wajah baru gue dulu" monolog Leo, Leo langsung menatap cermin dan kaget melihat wajah barunya.

"Anjir akhirnya gue punya wajah keren juga, gue pengen punya rahang tegas seperti ini dari dulu"

"Tapi karena malas, wajah gue malah banyak lemaknya" Ujarnya menatap binar, dan langsung membuka bajunya dan bersorak heboh melihat kotak-kotak 6 itu diperutnya.

"Uhh Leo kayaknya dulu sangat suka olahraga, tapi tubuh lo malah diisi jiwa gue sekarang" ujar Leo terkekeh pelan dan berendam di bathtub sambil menyegarkan badannya yang tidak mandi beberapa hari, tapi dia malah tertidur di sana, membuat orang-orang yang menunggunya untuk makan malam berdecak kesal.

"Kemana dia?" Tanya Andre selaku kepala keluarga.

"Biar El panggil abang dulu dad" ujar Darelio, bungsu Andrean Fernandes.

"Nggak usah dek, nanti dia bikin adek luka lagi" ujar Aldrick Sean Fernandes, putra kedua, Andre.

"Tunggu aja bentar lagi" lanjut Sean dan diangguki oleh Darel. Darel menopang dagunya di meja itu membuat mereka menatap gemes Darel.

Tak berselang lama, terdengar suara gemuruh di perut Darel membuat Darel malu dan cengir menatap keluarganya itu.

"Adek udah lapar hmm" ujar Aidan mengelus rambut Darel.

"Hehe iya bang" ucap Darel menggaruk pipi tembemnya yang tidak gatal.

"Maaf ya baby, sekarang lebih baik kita makan duluan" ujar Andre

"Tapi bang Leo belum datang dad, kita tunggu dulu aja" ujar Darel ingin makan bareng Leo. Walaupun sebenarnya dia sedikit takut dengan Leo, tapi tetap saja, dia ingin makan bersama abangnya itu.

I'm Not Leonard (Tersedia Versy E-book)Onde histórias criam vida. Descubra agora