Terhalang Restu

2K 290 79
                                    

Berita tentang Lisa Blackpink dan Frederic Arnault; pengusaha muda sekaligus salah satu pewaris kerajaan LVMH, tengah santer diberitakan di berbagai kanal berita dunia. Kecurigaan para penggemar akan kedekatan mereka sebenarnya sudah mulai tercium sejak beberapa waktu yang lalu.

"Kau benar berkencan dengan pria itu?" Jiyong kembali menghisap rokok yang ada di tangannya.

"Bisa dikatakan begitu." Jawab Lisa acuh. Dirinya kini tengah sibuk membaca berbagai komentar netizen di media sosial, dirinya begitu penasaran akan reaksi seperti apa yang akan ia terima kali ini.

"Kukira kau sedang dekat dengan artis Park Bogum itu. Pria itu bahkan rela pindah ke Blacklabel agar bisa selalu dekat denganmu, bukan?"

"Cerita karangan siapa itu?! Bogum Oppa pindah ke Blacklabel karena kemauannya sendiri. —Ah dan karena saran dari Sean Sunbaenim, mereka kan dekat sekali."

"Kenapa kau selalu tidak peka seperti ini?! Dia menyukaimu, Lalisa!" Jiyong gemas melihat Lisa yang selalu acuh pada setiap pria yang mendekatinya, —dan selalu ada rasa bersalah di dalam diri Jiyong karena sedikit banyak pasti hal ini terjadi karena ulahnya.

"Sudah jangan dibahas lagi, Oppa! Bogum Oppa itu baik pada semua orang... tidak ada yang special dari hubungan kami." Lisa melepaskan ponselnya, lalu ikut fokus pada lukisan abstrak yang tengah Jiyong buat di hadapannya. "Itu bunga apa?" Tanya Lisa merujuk gambar yang ada di kanvas.

"Lily. Seperti namamu." Senyum Jiyong penuh makna.

"Hm... Begitu. —Oppa, aku pergi dulu ya? Aku harus latihan untuk Coachela.—bye!" Lisa segera pergi meninggalkan studio milik pria itu tanpa menunggu jawaban darinya. Dirinya selalu merasa canggung jika Jiyong sudah mulai membahas atau menyinggung hal-hal sensitif diantara mereka.

Bukan! Bukan karena Lisa yang belum bisa melupakannya, hanya saja Lisa malas jika harus terjebak di situasi yang akan membawa ke masa lalunya dengan sang King of Kpop itu. "Yang lalu biarlah berlalu." Gumam Lisa reflek ketika pikirannya kembali dipenuhi oleh kenangannya bersama Jiyong dulu.



🐤🐤🐤

"Kau tidak mau turun?"

"Aku boleh menunggu disini saja tidak, Sajangnim?" Lisa tersenyum merayu, berharap hal itu bisa terwujud. "Aku sedang tidak enak badan, Uhuk-uhuk."

"Tidak enak badanmu bisa habiskan burger dua dan ice coffee, ya? —Ayo cepat turun." Tatapan maut pemilik YG Entertainment ini memang tidak main-main.

Dengan terpaksa, lemas dan gelisah; Akhirnya Lisa membuka pintu mobilnya dan ikut turun bersama atasannya itu.

Bukan tanpa alasan kenapa Lisa berusaha untuk tidak ikut turun dengan Yang Hyunsuk, hal ini tak lain karena saat ini ia dan sang Bos akan bertemu dengan pemilik langsung LVMH, Bernard Arnault! Ya, kalian tidak salah dengar. Beliau sengaja datang ke Korea untuk membahas isu yang tengah marak menerpa Lisa dan anak keempatnya itu.

"Aku... Aku harus menjawab apa nanti, Sajangnim?"

"Jawablah apa adanya. Tenanglah, Lice! Bernard tidak semenyeramkan itu." Sajangnim lalu membawa Lisa memasuki salah satu kamar di hotel berbintang 5.

Mereka memasuki ruang tamu yang ada di dalam president suite itu, menunggu dengan hikmat ditemani oleh tatapan-tatapan siaga dari beberapa pengawal yang berdiri di setiap sudut ruangan.

"Lalisa. Hello?"

Napas Lisa terhenti. Suasana mendadak dingin dan canggung. Sambil meringis, Lisa berjalan mendekat dan menunduk sopan sebelum akhirnya menyambut jabatan tangan dari orang terkaya nomor satu di dunia itu.

"Apa kau baik-baik saja? Kau sangat pucat, manis." Bernard menerima uluran tangan Lisa, dan mengurung jemari tangan Lisa dengan tangan kirinya, menepuk-nepuk lembut sembari memperhatikan Lisa dari atas hingga bawah.

Menelan saliva berkali-kali, Lisa mencoba dengan sangat keras untuk bisa segera menguasai diri. "Saya baik-baik saja, Tuan. Saya hanya sedikit grogi."

Dia tertawa. Membenarkan letak kacamatanya. "Apa bertemu denganku begitu menyeramkan? Apa yang sudah Fred ceritakan padamu hingga kau sampai ketakutan seperti ini?"

"Lisa mungkin terlalu banyak membaca artikel tentang anda, Tuan." Sajangnim datang menyelamatkan Lisa, mengambil alih perhatiannya, hingga akhirnya tangan Lisa dapat terlepas dari genggamannya.

"Media terkadang selalu membesar-besarkan. Sama seperti berita tentang hubunganmu dengan anakku itu, bukan?" Bernard masih tersenyum, namun kini senyumnya berbeda. Senyumannya kali ini terasa sedikit dingin dan sinis?!

"Hahaha... Benar! Terkadang mereka akan memberitakan sesuatu dengan sudut pandangnya sendiri, melupakan kenyataan hanya karena ingin menarik perhatian dari pembaca."

Lisa sudah duduk di salah satu sofa yang disediakan, tepat bersebrangan dengan Bernard yang masih sesekali menatapnya penuh intimidasi meskipun saat ini tengah dialihkan oleh Sajangnim dengan obrolan-obrolan seru.

"Permisi Tuan, ada Tuan Frederic di depan." Bisik salah seorang pengawalnya pada sang Tuan rumah.

"Wah! Sepertinya anakku yang satu ini begitu khawatir denganmu, Lalisa." Tawanya muncul kembali, sesuatu yang tidak lucu hingga aku dan Sajangnim kesulitan untuk bisa ikut tertawa dengannya.

"Papa! Kenapa tidak memberitahuku kalau kau bertemu dengan Lisa?" Fred berjalan dengan langkah panjangnya, segera menghampiri ayahnya dan memeluknya.

"Aku hanya ingin mengenal lebih dekat calon keluarga kita tanpa ada intervensi darimu. Tidak masalah, bukan?" Pertanyaan terakhirnya malah ditujukan pada Lisa, yang hanya bisa di respon oleh Lisa dengan sebuah senyum canggung.

"Kau bisa bertanya apapun tentangnya padaku. Jangan membuatnya takut, Papa. Dia pilihanku." Fred berucap cukup pelan namun masih dengan sangat jelas bisa Lisa dengar, dan beruntungnya; Obrolan mereka kali ini menggunakan Bahasa Inggris, sehingga Lisa dapat dengan mudah memahaminya.

"Duduklah. Aku tidak akan memakannya, Fred." Canda Bernard ketika melihat wajah panik Frederic yang belum juga pudar.

"Cherie, kemarilah." Frederic menatap Lisa dengan lembut, meminta dirinya untuk bangkit dari duduknya dan menyambut uluran tangannya.

Kebingungan akan situasi aneh ini, Lisa memilih untuk mengikuti permintaan Fred. Ia lalu menatap Sajangnim yang ternyata ikut mengangguk pertanda setuju akan pilihanku, hingga saat kudengar Fred kembali bersuara setelah genggaman tangan kami terjalin.

"Aku selalu menuruti segala permintaanmu, Papa. Jadi kumohon kali ini, tolong hargai pilihanku." Ucapnya tegas. "Kami pamit. Au revoir, Mr. Yang."

Lisa hanya mampu terdiam dan mengikuti langkah kaki Frederic yang membawanya keluar dari ruangan itu. Dirinya merasa lega karena berhasil terbebas dari pertemuan yang menyeramkan itu. Namun sebagian hatinya pun kini dilanda kegalauan karena mengetahui bahwa hubungan antara Frederic dan orangtuanya, sepertinya tidak baik-baik saja.

'Bagaimana jika orangtuanya tidak menyukaiku dan tidak menyetujui hubungan kami? Lalu bagaimana kalau Fred sampai dicoret dari daftar ahli waris? Apakah dia akan tetap kaya? Atau malah akan langsung jatuh miskin?! Buat apa aku tetap bersamanya kalau dia nanti miskin? Tidak! Aku harus cari cara agar keluarganya bisa menyukaiku.'

"Fred tidak boleh jatuh miskin!" Gumam Lisa, kebiasaan buruk yang tanpa sadar selalu ia lakukan; menyuarakan kemelut yang ada dipikirannya. —dan sialnya kata-kata itu didengar oleh Frederic.

"Aku tidak akan jatuh miskin, Cherie. Kau tenang saja." Jawab Fred saat mereka sudah berada di dalam Lift.

"Hah? Apa katamu?!" Lisa bingung sekaligus panik saat menyadari gumamannya ternyata didengar oleh pria itu.

"Percaya padaku. Semua akan baik-baik saja." Bisiknya tepat di pucuk kepala Lisa, hembusan hangat napasnya pun berhasil menyapu helaian rambut Lisa, membuat Lisa seketika tersipu.

"Good. Aku tidak mau punya kekasih miskin." Ungkap Lisa spontan karena terlalu gugup berada di situasi aneh ini.



🐤🐤🐤TBC🐤🐤🐤

Me with Mr. SmileWhere stories live. Discover now